Sunday, October 30, 2005

Frustokat

Wah ini langit bikin frustokat banget.

Tadi jam 4 sore, langit masih cerah, terang benderang, matahari ceria. Gw dan Mbak Eni bikin bakwan dong buat buka puasa.

Begitu buka puasa jam 5 sore, langit mendadak gelap gulita, udah kayak jam 7 malem. Dwoh. Pegel amat. Ini kan baru jam limaaaa...

Lalu kelar makan, jam 6 sore, langit makin gelap, udah kayak kalo gw pulang jelang tengah malam gitu.

Huhuhuhuhu... Kalo di Swedia siy, cuaca gak keruan dengan langit yang murung itu mempertinggi angka bunuh diri. Semoga gw tidak menjadi seperti di Swedia.

Gw gak menolak kalo dampak dari langit buruk ini adalah sale dan diskon baru bermunculan di London. Kekekekek.. gak ada hubungannya yak?

Turn Back The Clock

Ah, gw baru tau penjelasan di balik BST (British Summer Time) dan GMT (Greenwich Mean Time).

Setiap akhir musim semi dan akhir musim panas itu, jam dimajuin dan dimundurin satu jam. Nah lhow, bingung kan. Jadi, selama musim semi dan panas, waktu ditambahin satu jam, sementara begitu masuk musim gugur waktu itu dikurangin satu jam. Hm ini berarti, dalam setahun, ada dua kali waktu untuk menyesuaikan jam.

Jadi sekarang ini kan jam 9 pagi nih di London, jadi gw harus mundurin waktu satu jam. Nah berarti sekarang baru jam 8 pagi. Gitu bukan ya? Ah ya ya gitu.

Kenapa mesti maju mundur gitu waktunya? Teorinya adalah penghematan listrik. Orang itu kan biasanya mulai nyalain listrik begitu sampe rumah sepulang dari kantor. Dan itu biasanya terjadi sekitar jam 6 sore kan. Hm, untuk perbandingan, inget kampanye hemat listriknya PLN yang iklannya Rieke Diah Pitaloka itu? Nah, di iklan itu disebut toh kalo beban puncak listrik 17-22... Kurang lebih itu juga yang disasar sama PLN Inggris sini. Hemat listrik. Dengan mundurin waktu satu jam, berarti orang bangun lebih pagi dan tidur lebih pagi. Nah untuk itu, ada yang spakat mundurin jam, ada juga yang menolak.

Yang sepakat dengan mundurin waktu satu jam adalah mereka yang setuju dengan gagasan penghematan energi. Karena ya itu tadi, penggunaan energi kan tergantung pada waktu matahari terbenam dan kapan orang mulai tidur. Nah, karena orang cenderung tidur pada jam yang sama setiap hari, dengan 'menipu' dan mundurin waktu satu jam, maka energi yang digunakan untuk pakai lampu, dll gitu, bisa dikurangi. Gagasan besarnya adalah lebih me-matchkan antara durasi daylight dan waktu produktif yang bisa digunakan untuk sekolah atau kerja.

Nah tapi yang menolak mundurin waktu satu jam itu juga punya argumentasi. Mereka yang menolak ini termasuk Royal Society for the Prevention of Accidents (RoSPA). Mereka bilang, gak ada keuntungan yang signifikan dengan mundurin waktu satu jam. Karena ini berarti perubahan pola tidur dua kali dalam setahun. Nah belum lagi keterkejutan orang karena bangun tidur pada jam yang salah. Kemudian ini terkait dengan jumlah kecelakaan yang terjadi karena (1) commuters kebingungan dengan jam untuk pulang pergi kerja (2) kurangnya waktu tidur (3) orang buru-buru berangkat ngantor karena dikirain udah telat, padahal waktu sudah dimundurin satu jam (4) kecelakaan di jalanan terjadi karena orang-orang memundurkan waktu satu jam di dalam mobil sambil nyetir. Najong, bisa aja ngait-ngaitin.

Tapi meskipun ada pro-kontra geneh, pemerintah Inggris ya teteup menentukan ada perubahan waktu di awal musim semi dan awal musim gugur. Edannya, Inggris bahkan punya yang namanya Council Directive on Summer Time Arrangements yang menentukan kapan waktu itu berubah. Untuk tahun 2005 ini sudah ditentukan bahwa waktu ditambahin satu jam pada tanggal 27 Maret dan dimundurin satu jam tanggal 30 Oktober. Tanggal-tanggal itu sudah disetujui Parlemen Inggris untuk wilayah Inggris dan Irlandia Utara.

Anjrooooottttt... orang Inggris pada kurang kerjaan ya? Heraaaan. Apa gak mendingan mereka ngurus perdamaian dunia atau menghentikan perang Irak? Atau paling nggak nambah warga Indonesia yang bisa sekolah di Inggris berbekal beasiswa Chevening deh. Kayaknya itu lebih berguna ketimbang maju mundurin jam kayak begini.

Ah gw jadi teringat cerita di komik Asterix, ketika perang dengan Inggris dihentikan demi acara minum teh. Berarti kalo perang itu dilakukan di akhir musim panas, maka mereka mesti baek-baek merhatiin jam, kalo gak, bisa-bisa jam minum teh sorenya salah. Kan kasihan. Berabe dwongs.

Najooooooongggg... dasar orang Inggris eduuuuunnn.. Kurang kerjaan!

*pst, kalo mau baca lebih lengkap, ada di sini ya*

Hoya, jadi apa dampaknya dari aksi 'turn back the clock' ini bagi kehidupan kita bersama? Beda waktu antara Jakarta-London TIDAK lagi 6 jam, tapi menjadi 7 jam. Jadi kalo di London jam 12 malem, maka di Jakarta adalah jam 7 pagi besoknya. Waktu di Inggris kembali bersatu dengan GMT dan kami berada di wilayah yang segaris sama GMT 0 (nol). Gitu. Ngarti?

Saturday, October 29, 2005

Cihuuuuyyyy...

Ini moment of truth niy. Setelah denial, sok gak butuh, sok cari-cari yang lain, sok cari-cari yang lebih murah, ahh... kalo udah jatuh cinta emang gak kemana-mana..



Demi si dia ini, gw sampe berkeliling ke Camden Town dulu. Mencoba mencari peruntungan, karena katanya belanja di sana murah.

Seharian tadi gw sama Mbak Eni jalan-jalan ke Camden. Aduh, bahagianya kami menemukan toko "Help the Aged", "Cancer Research" dan "Oxfam" yang berdekatan satu sama lain. Dwoooh.. senengnya ketemu barang bagus dan murah [murah?? weks, gawat, gw udah mulai berpikir dalam mata uang poundsterling!]. Trus nemu toko 99 pence.. duuuuh... senangnya! Akhirnya gw bisa menemukan pengganti agenda 2006 yang "Do It Later!" itu, tergantikan dengan agenda 99 pence dengan warna gonjreng, masa gw tolak...



Gile, Camden itu ramenya kayak kesetanan banget dah. Banyak banget toko baju di kiri kanan. Kebanyakan menjual baju/celana/sepatu dengan style gothic gitu. Orang-orangnya juga tumplek blek gitu di jalanan, dengan dominasi dandanan punk atau gothic. Idih, dasyat bow, kayak lagi fashion show semua gitu. Keyen abisss. Bajunya tuh lucu-lucu ajaib gitu, yang membuat gw langsung teringat sama sepupu gw, Diani. Ah, elu pasti doyan deh ada di Camden, kekekekek...

Lalu tanpa dinyana, gw sempet menemukan sang kekasih hati gw, si sepatu boot ini, di salah satu toko di Camden. Gw langsung jejingkrakan dong, karena artinya gw gak perlu ke toko sepatu di deket stasiun Charing Cross demi menjemput kekasih hati itu. Ah, ternyata... harga sepatu itu di sana adalah 45 pounds! NO WAY. Idih, emoh banget ngeluarin duit segitu bow.

Akhirnya gw bersabar. Yang lebih bersabar kayaknya siy Mbak Eni. Karena dia udah lemah lunglai dengan belanjaan yang banyak, capek jalan kaki, dan gw paksa untuk ke Charing Cross, kekekek. Tapi ini pasti pilihan paling strategis buat dia, daripada tiap pagi-siang-sore-malam gw ganggu dengan keinginan mendalam untuk mendapatkan sepatu boot itu, huehehehehehe.

Dan akhirnya, sekitar pukul 16 sore waktu setempat, gw tiba di toko sepatu deket Charing Cross Station, deket Trafalgar Square, dan menyatukan diri dengan spatu boot keyen itu. Harganya 27 pounds dwongs sodara-sodara...

Aaaaahhhh... selamat datang masa-masa gaya!

Thursday, October 27, 2005

Susahnya Jadi Banci SMS

Sepagi ini gw berkutat dengan tabel-tabel harga dan berbagai situs ngontrak HP. Huhuhuhu, juliiiing boooo..

Di Inggris Raya ini memang begitulah adanya. Pilihannya adalah "pay as you go" (pra-bayar) atau "pay monthly" (pasca bayar). Nah yang pay monthly itu disebut juga ngontrak hp. Karena emang terikat kontrak (12 bulan atau 18 bulan) dengan nominal line rental sekian poundsterling gitu. Asoynya, kalo pay monthly gitu, bisa dapet hp-nya gretoooong boo. Idih asik banget kan.

Mengapa gw terpikir untuk pake pay monthly aja? Soalnya gw banci SMS banget neeeh.. Bawaannya kayak di Jakarta aja, dikit-dikit pengen SMS ngasi kabar. Kekekekek. Terbukti, dalam sebulan pertama gw di London, gw dengan suksesnya top-up sampe 50 pounds! Aaarggghh.. jangan dikurs ke rupiah dwooong.. bisa mati berdiri neh! [huhuhu, mana tahan bow. ambil hp, calculator, 50 x 18000, dan hasilnya adalah sembilan ratus ribuuuuuuuu... huaaaaaa! nangis darah, garuk tembok, gigit jariiiii..]

Jadilah sepagian tadi *sambil belajar, cie, menghibur diri tuh* gw berkutat dengan berbagai provider hp yang ada di sini. O2, T-mobile, Orange, Vodafone. Itu doang yang gw lirik, yang lainnya gak familiar (BT, 3, mobile world). Dari sekian provider itu, gw mencermati satu per satu, harga langganan per bulan, harga menelfon dan harga SMS. Harga langganan per bulan yang masuk akal yang antara 20-30 pounds lah, masih sanggup eke kalo segitu. Lalu SMS juga dicermati yaitu tarif SMS same network dan other network. Lalu biaya nelfon juga, apakah itu nelfon ke landline, atau ke same network dan other network. Hadoooh, sampe situ aja gw udah juling, karena berusaha mencari penawaran yang paling okeh.

Lantas kita beralih ke yang lebih ahoy. Milih hp! Cihuy. Gw berasa kayak orang tajir. Milih-milih hp yang kalo di Jakarta gak bakalan gw lirik karena emoh ngeluarin duit banyak2 buat beli hp. Lah ini mumpung gretong, kita pilih yang paling keyen dooong.

Hati gw tertambat pada Sony Ericsson W550 atau Nokia 6230i. Soal Nokia, sebetulnya hati ini berat betul, karena kan Nokia itu pilihan semua orang banget. Ih, gak gw banget gitu pilihannya sama kayak orang-orang, kekekekek. Tapi ya gimana, itu juga termasuk hp yang gak bakalan gw beli juga di Jakarta, ya cuek aja kalo bisa dapet gratisan di sini. Ah tapi eniwei, gw masih teramat cinta sama Philips Xenium 9@9++ ini.

Nah, dari kombinasi itu, akhirnya gw memadukan Sony/Nokia ini dengan provider O2, paket O2-100. Artinya, sebulan 25 pounds, SMS 12 pence, nelfon hp 10/40 pence, dapet gratis 100 menit dan 100 sms. Hm, sounds fine dooong... Apalagi hp-nya mayan keyen gitu deh.. Ih demen gw bisa dapet hp gretong.

Oke. Maka jalanlah kita dengan hati bertekad bulat ke Carphone Warehouse. Ini adalah toko yang menjual kombinasi berbagai hp dengan berbagai provider. Elu mau gw ada banget deh. Websitenya sangat membantu gw untuk mengambil keputusan. Taela. Suit-suit. Tapi beneran deh, dibandingin sama websitenya The Link.. alamak, ribet, icon-nya norak pula...

Nah sip. Skarang kita udah di toko Carphone Warehouse, Oxford Street. Setelah memandang-mandangi bentuk asli Nokia dan Sony itu, mulai lah kita bertukar sapa dengan penjaganya. Untuk nanya-nanya lebih jauh dong. Keputusan rasanya semakin bulat. Oh aku mau ngontrak hp! Cihuy! Apalagi setelah ditanya, tarif SMS internasional adalah 16pence, berarti lebih murah 8pence dibanding tarif vodafone yang gw pake sekarang. Horeeee...

Mulai dong credit check. Karena kan kalo mau ngontrak hp itu syaratnya punya bank account, untuk mendebet tagihan bulanan kita. Sip. Bung Andrew yang ramah dan baik hati itu pun tanya-tanya nama lengkap, alamat, nama bank, nomor pasport dll. Gw gatau juga sebetulnya dia melakukan checking itu ke mana. Yang pasti, yang dicek adalah 'history' gw sebagai calon pelanggan, dengan segala kelengkapan bank account dan alamat tempat tinggal yang jelas. Dalam hati diam-diam gw kagum, ah indahnya dunia kalo semua bisa dicek dengan cara begini.

Lalu dengan mengejutkannya dia bilang "I got a feeling that you're going to pay a deposit for this." Wakwaw. Ada apa niy? Apakah gw kurang meyakinkan sebagai calon pelanggan? Huhuhuhu, padahal gw berasa keyen sore ini...

Ah ternyata Bung Andrew juga gak bisa menjelaskan. Karena ya si komputer di hadapan dia bilang begitu. Mesti deposit. 150 pounds.

Gubrak.

Tenang, Bung Andrew ini baik kok. Dia langsung memberikan ketenangan jiwa raga. Bahwa uang itu kan cuma deposit, jadi uang itu bisa gw dapatkan kembali setelah 6 bulan, dengan catatan tidak ada masalah dalam pembayaran tagihan hp bulanan gw itu. Huhuhuhu, lega rasanya hati ini.

Sif. Hati semakin manstaaaaf rasanya untuk berlangganan hp ini. Cihuuuy.. Selamat datang penghemataaann... 25 pounds dibandingkan 50 pounds yang sudah gw habiskan di bulan pertama.. rasanya ringaaan sekali... ooh, senangnya.

Kabar gembira kembali disampaikan Bung Andrew. Idih, kamyu tau aja bikin akyu gembira! Jadi ternyata, paduan O2-100 dan Nokia 6230i yang masuk dalam pilihan gw itu, punya tawaran khusus. Special offer, terjemahannya. Hihihi, gak pentiiing deh lu. Special offer-nya adalah : 6 months half price line rental! [eh coba deh ngomong yang cepet : half price line rental. beribet gak tuh?] Ahaaaa... Cihuyyyy.. Jadi, selama 6 bulan pertama gw hanya perlu membayar (25:2) pounds, yang artinya adalah 12,5 pounds SAJA! Yippieeee.. aduh, ini terlalu menyenangkaaaan sodara-sodara! Haduh haduh.. mau dooong masssss... cihuy cihuy cihuy...

Nah, sistemnya adalah begini. Enam bulan pertama itu uang gw tetep akan didebet 25 pounds. Tapi uang kelebihan itu akan kembali.. Syaratnya, di bulan ke-4 gw memberikan tagihan telfon ke sini, dan gw dapet refund duitnya, bisa langsung di bank account, bisa juga didapat duitnya cash. Besarnya 75 pounds. Idih, keren!

Tapi masih inget kan kalo gw naro deposit itu? Nah, ini berarti di bulan ke-4 gw akan mendapat 75 pounds sementara di bulan ke-6 gw mendapatkan kembali uang gw yang 150 pounds. Haduh. Gw langsung berasa tajirun...

Yang kerennya lagi, nomer vodafone gw ini bisa ditransfer ke O2, jadi gw bisa mempertahankan nomor yang lama. Nah, bagus toh itu. Di sini ternyata tak bermasalah betul bertukar provider alias migrasi ini. Sialnya, karena minggu lalu gw barusan top up, jadinya gw mesti ngabisin pulsa itu dulu sebelum memutuskan untuk pindah ke pay monthly. Kata Bung Andrew, butuh 7 hari kerja untuk melakukan proses tukar guling nomor itu. Nah, sip. Rasanya siy bisa lah gw menghabiskan 13 pounds ini dalam 7 hari... kekekek, ngabisin pulsa mah gw jagonyaaaa...

Oke. Bung Andrew, nanti kita bertemu lagi ya! Saya siap berpindah ke pay monthly dan mengantongi Sony/Nokia baru itu! Cihuuuuyy... oooh senangnyaaa...

Nah, begitu sudah bergerak beberapa puluh langkah dan melewati sejumlah toko, baru deh inget belum nanya satu hal yang teramat penting. SMS internasional alias sms ke Indonesia. Lah, kan ya ini yang bikin gw bangkrut pulsa, kekekek, kok malah gak ditanya. Iya, emang udah ditanya kalo 1 SMS internasional itu 16 pence, tapi ini niy yang belum ditanya. Sebulan kan mesti bayar 25 pounds untuk line rental, dengan 100 menit nelfon dan 100 sms gratis. Tapi yang gratis-gratis itu untuk sesama UK. Nah, bagaimana dengan penghitungan total biaya mengirim SMS internasional?

Apakah :
(a) plafon atas gw mengirim sms internasional itu sampai maksimal 25 pounds
(b) bayaran sms internasional itu ya lain lagi

Selama ini gw membangun imajinasi bahwa pilihan (a) lah yang masuk akal. Tapi Bung Andrew akhirnya menghancurkan harapankyuuuu... oh tidaak. Dia bilang "They're separated. You have to pay 25 pounds for the line rental, and another bill for your international text message." Aarrrrggghhh... tidaaaakkkk... *garuk tembok*

Coba itu! Huhuhuhu. Gw langsung patah hati! Kalo pilihannya (a) kan lumayan dong booo gw bisa dapet sms gretong sampai 25 pounds, yang artinya bisa dapat kurang lebih 15-an sms gratis. Ternyata! Aaaaahhhhhh.... akyu kecewaaaaa.... Pecuma aja dong bagi gw yang banci sms ini kalo ternyata toh pengeluaran hp gw bakal teteup >25 pounds! Padahal kan maksud hati untuk berhemat. Yayaya, emang dapet 100 menit gratis dan 100 sms gratis se-UK siy, tapi bakal sering gak siy gw ngirim SMS gitu... Haduh, maunya siy nggak, karena mesti fokus ngirim sms ke Indonesia aja. Kekekekek. Tapi gimana dong, kalo mau pergi belanja-belanja sama temen, gimana coba? Tapi.. tapi kan.. huhuhuhhuu.. kecewa dehhh pokoknya...

Ah gw patah hati. Selamat tinggal Sony/Nokia yang keren itu... huhuhuhuhu... akyu sediiiih berpisah dengan kalian sebelum sempat merengkuhnya... Abisan, kalo pengeluaran hp masih di atas 25 pounds juga, males dong bow ahh.. kalo gitu mah gw bertahan aja dengan vodafone gw tercinta ini. Tapi.. haduh.. gimana yaaa..

Apa gw langganan hp, tapi dengan harga pay monthly yang paliiiiing kecil (ada tuh yang 16 pounds saja dengan O2) demi menopang kebutuhan berkomunikasi sesama UK? Huummmm... masa gw mesti ngeriset harga lageeehhh..

Oh betapa aku merindukan simcard Mentari dan 08161309394-ku!

Surga Dunia



Sahur gw tadi pagi. Oh berlimpah kejuuuu. Slurup.

Wednesday, October 26, 2005

Mari Yuk ke Rumahkyuuu...

Ini adalah pemandangan dari jendela kamar gw.



Huhuhu, enggak banget ya. Gak ada ijo-ijoan gitu buat gw pandangi. Pemandangan gw adalah asrama James Lighthill House, punya kampus UCL. Tepatnya, yang gw pandangi adalah deretan dapur mereka. Nyaris gak pernah gw menemukan cowo berdada tegap, berperut six pack lagi telanjang dada di depan jendela kamarnya. Oh I wish...

Asrama gw bentuknya gitu juga. Kotak-kotak warna soklat dan biru. Gak menarik ya tampilannya? Ah ya nggak papa dong. Karena kan yang penting esensi dan penghuninya. Apalagi gw udah bayar 105 poundsterling sebulan! Huh! Lho kok sewot...

Tapi meski begitu, akyu dengan tangan terbuka menerima kedatangan kamyu-kamyu lhooo...



Nah, ini adalah peta seputaran rumah gw. Di-klik dwongs, trus liat, ada tanda panah oranye kan? Jadi asrama gw adalah Paul Robeson House, 1 Penton Rise, London, WC1X 9EH.

Kalau naik bis dari berbagai arah, maka bis yang lewat di Pentonville Road (jalan besar di hadapan Penton Rise) adalah nomor 73, 30, 205, 214, 394, dan 476. Sementara kalo datang dari arah rumah Tika nun jauh di Pecham, naiklah bis 63. Berhenti di Penton Rise, niscaya itu sepelemparan batu doang dari rumah gw.

Rumah gw ini terletak di antara stasiun Kings Cross dan Angel. Agak persis di tengah deh. Jadi kanan kiri oke.

Nah sekarang kita simulasi ya. Anggap aja perjalanan datang dari tengah kota, yang melintas di depan Stasiun Stasiun Kings Cross. Jikalau sudah ada Kings Cross di sebelah kiri Anda, maka waspadalah. Liat kiri kanan, di kiri ada Killick Street, di kanan ada plang CSV, langsung pencet bel! Turunlah di halte bis sesudahnya. Begitu turun, maka akan bertemu The Best Kebab dan London Central College. Jalanlah ke arah lampu merah, nanti di kiri ada Onyx House. Sekiranya Anda berhadapan dengan si lampu merah ini, nyebrang lah ke kanan. Nah di pojokan itu adalah si Paul Robeson House. Tarrraaa...

Kalo datang dari arah sebaliknya, maka pencetlah bel begitu melihat gedung bertuliskan "National Alamo" di sebelah kanan. Turun di halte sesudahnya. Lalu berjalan ke arah lampu merah yang kelewatan itu dan ketemu deh sama si Paul ini juga.

Tuh liat. Petunjuk gw begitu terang benderang dan cemerlang kan. Jangan sampe nyasar ya kalo ke rumah gw.

Tiada kesan tanpa kehadiranmyuuuu...

Tuesday, October 25, 2005

Asal Muasal Pipi Tembam

Jadi, suatu ketika gw dan Mbak Eni harus makan di luar, karena kita mau ngapain gitu. Mbak Eni yang menyiapkan bekal makanan untuk dimakan berdua. Hemat dungs, makanya bawa makanan dari rumah untuk dimakan bersama di Trafalgar Square. Di tengah hajaran angin sore yang mulai dingin. Menu hari itu adalah nasi dan nugget.

Lalu terjadilah percakapan ini. Oh, bukan. Tepatnya, ocehan Mbak Eni.

"Gw bawa nuggetnya tujuh. Empat buat elu, tiga buat gw. Trus sendoknya juga dua dong. Gw pake sendok kecil, gw bawain elu sendok besar. Bener kan? Bener dong pasti gw..."

Tuh coba liat. Akyu kan jadi malyu. Kesannya kan makan gw banyak.

*kesannya? masa kesannya doang? kekekek..*

Kemudian scene lain, di dapur. Saat itu menu kita adalah sarden dan sepotong ayam. Mengapa aneh begitu menunya? Ya itu adalah hasil wangsitan Mbak Eni yang sepanjang hari itu gak berhenti memikirkan kombinasi menu sahur-buka mana yang paling tepat. Percakapannya adalah seperti ini. Ups, bukan percakapan. Ocehan.

"Jadi kita makannya sarden sama ayam sepotong. Biar besoknya kita bisa makan lagi dengan dua potong ayam. Nah, buat makan nanti, kan kita paroan ayam. Elu bagian yang besar deh..."

Tuh kelakuan. Ini kan memalukan jati diri saya sebagai pemilik tubuh agak sedikit montok yang menghindari baju bergaris horizontal ini...

Sehat Bergizi

laperrr..



kenyaaang..



tuh, makanan kami makin sehat kan. uh, tapi bumbu munik ayam goreng-nya udah abis niiiy..

Monday, October 24, 2005

Kamarku Peraduan Kalian

Kamar gw dijajah empat orang semalem! Kekekeke.. seru banget. Pada umpel-umpelan gitu di kamar gw. Ada Huda, Neni, Maya dan Dedi. Cihuy. Kamar gw udah kayak penampungan gitu...



Diawali dengan Citta (baju coklat) yang dateng jam 20.32 WL (waktu london, alamak gw norak be'eng). Huhuhu, maafkan ya. Sebelumnya dia miskol gw 13 kali gitu, sampai dia menyerah dan udah naik bis lagi menuju pulang. Ah untung baru nyampe Kings Cross jadi dia segera kembali lagi. Gw lagi di dapur gitu dan langsung terbelalak begitu liat angka 13 missed calls di telfon gw. Kekekekek. Kecian kamyu.

Abis itu disusul rombongan Huda-Neni-Maya yang dateng jam 22 lewat. Cihuy, akhirnya komplit sudah penjajah-penjajah kamar gw. Berisik jelas, karena begitu Neni masuk kamar langsung disambut jeritan Citta. Abis itu ketawa-ketawa gak ramah tetangga gitu. Huhuhu, semoga mereka berkenan. Suguhan jelas terjamin, karena gw dan Mbak Eni ini penyambut yang luar biasa manis. Teh manis hangat(buat Citta air putih deng, kekekek), pizza plus muffin coklat. Coba, kurang apa?

Tengah malam, Dedi menyusul datang jauh-jauh dari Kingston. Luar biasa tekadnya untuk bersama kawan-kawannya semalam. Semua kereta dan tube yang dipakai Dedi untuk ke rumah gw adalah rangkaian terakhir. Huibat dah. Begitu Dedi dateng, langsung gw sambut dengan indomi plus teh manis hangat. Kecian, ujan rupanya di luar.

Tiba waktu tidur. Jadi pengaturannya gini. Neni dan Maya di tempat tidur gw, yang adalah tempat tidur single. Lalu Dedi dan Huda tidur di lantai. Tentunya beralaskan duvet dong, mengingat eke masih punya dua duvet sampai sekarang. Kaum tak beruntung mendapatkan tempat tidur itu lantas pake selimut hasil colongan dari British Airways dulu.

Paginya sahur romantis bertiga gw, Mbak Eni dan Huda. Menunya nugget dan telur ceplok serta sup ayam. Ih mantep dah. Kenyaaaang booo.

Dan sekarang udah jam 9 pagi. Neni dan Maya udah dalam perjalanan menuju Birmingham sekarang. Tunggu kunjungan balasan kami ya! Sementara Dedi dan Huda lagi mencicip tempat tidur gw, kekekekkk..

Kamar gw emang sedep. Percayalah.

Saturday, October 22, 2005

Kunjungan dari Luar Kota

Hai teman-teman, selamat datang di London.

Perkenalkan, Huda dari St Andrews dan Neni dari Birmingham. Jauh-jauh datang demi memuaskan dahaga akan kota metropolitan. Kekekekekek...



Ups, jangan lupa juga ada Maya, temennya Neni yang datang dari Birmingham. Hai kamu.

Rombongan pun kumplit di jelang jam 12 siang. Gw, Mbak Eni, Neni, Maya, Huda, Mas Israr dan Dedi, serta Tika dan Pauline menyusul belakangan. Sebagai turis ibukota yang jauh datang dari luar kota, Neni-Maya-Huda dikit-dikit berhenti dan foto-foto. Ah, kami paham kok karena kami dulu juga begitu, kukukukuk...

Rute tur dadakan pun dibuat. Dari Leicester Square, ke Trafalgar Square bertegur sapa dengan patung Napoleon, lalu Downing Street menyapa Tony Blair, belok kiri ke Westminster Abey dan tentunya foto di depan Big Ben, lalu berhenti sejenak di London Bridge, lantas belok kiri menyusuri tepi sungai Thames.



Sayangnya Thames tak bisa tereksplorasi dengan total karena Neni-Maya dan satu lagi temennya (uh maafkan otakku yang kecil ini, gw lupa namanya) kebelet naik London Eye. Akhirnya kami yang ditinggalkan ini nongkrong di McDonalds di tengah terpaan angin yang terasa makin dingin karena kita gak beraktivitas.

Setelah kembali ke titik awal, yaitu Leicester Square, akhirnya hati kami kembali tertambat di Wong Kei. Aduh, itu pujaan hati banget deh. Makan berenam (karena Mas Israr masih setia makan di rumah dan Pauline baru masak) bayar 30,50 pounds. Ih, asik, cuma 5,10 pounds gitu per orang. Kenyang. Huda pun bahagia.

Karena kunjungan mereka singkat dan mereka turis abis gitu, walhasil gw jadi tukang foto keliling buat mereka. Dikit-dikit berhenti untuk foto, lalu bergiliran lah satu per satu. Neni, Huda, lalu nyelip-nyelip dikit ada Mbak Eni. Hahahahah..

Malam ini, anak-anak itu nginep di tempat Mas Israr. Sementara besok Neni, Maya dan Huda akan nginep di kamar gw. Wakwaw. Gimana mereka ngatur tidurnya yak? Ah terserah deh. Yang penting kamar gw udah bersih, udah gw sedot debu-debu di karpet itu kok. Tenang aja. Huda dan Neni bakal disibukkan dengan mengerjakan tugas kuliah mereka di kamar gw. Ah kamyu-kamyu, rajin sekali.. Dan gw bakal ngungsi ke kamar Mbak Eni untuk semalam.

Tetap siaga ceting, kekekekek... Ups, belajar. Eh bener, belajar...

Friday, October 21, 2005

Mengapa Tuhan Menciptakan Mereka?

Louis Althusser
The existence of the ideas of his belief is material in that his ideas are his material actions inserted into material practices governed by material rituals which are themselves defined by the material ideological apparatus from which derive the ideas of that subject.

Theodor Adorno dan Max Horkheimer
The sociological theory that the loss of the support of objectively established religion, the dissolution of the last remnants of precapitalism, together with technological and social differentiation or specialization, have led to cultural chaos is disproved every day; for culture now impresses the same stamp on everything.

Roland Barthes
Articulated language, which is most often robbed by myth, offers little resistance. It contains in itself some mythical dispositions, the outline of a sign-structure meant to manifest the intention which led to its being used : it is what could be called the expressiveness of language.

Ada yang bisa menerjemahkan apa mau mereka dalam bahasa yang lebih ramah gak?

Tau dong sekarang kenapa gw lebih memilih cetingan dan update blog ketimbang menghadapi tulisan-tulisan jahanam ini...

Alamakjan!

Britain faces coldest winter in decade

London, Oct 20: Britain is in for its coldest winter in a decade, the chief meteorologist has warned.

Ewen McCallum, chief weatherman at the Met Office, said the government, business leaders and fuel firms should now begin preparation to meet the winter challenge.

"We have had a pattern of very, very mild winters over the last few years so this will come as a shock," he told BBC Radio 4's Today programme.

Damn, gw berarti mesti segera beli sepatu boot keren itu dong!
Eh gak gitu ya? Kukukukukuk...

Huhuhuhu.. oh spatu boot coklat keyen itu.. mbok yao situ harganya cukup 10 pounds aja ngapa siy..

Tuesday, October 18, 2005

Dua Ibu

Malam ini suhu di London sekitar 12 derajat Celcius. Dua ibu bakal bermalam di tenda, persis di seberang Downing Street 10. Tempat Tony Blair berkantor.



Dua ibu yang akan bermalam di tenda biru itu namanya Rose Gentle dan Susan Smith. Anak mereka, Gordon Gentle dan Philip Smith, meninggal di tengah perang Irak. Gordon meninggal karena kena bom tahun lalu, sementara Philip meninggal bulan Juli kemarin, juga kena bom.

Mereka protes keras sama Blair, karena pemerintah Inggris mengeluarkan kebijakan politik untuk menolak memberikan bantuan hukum kepada dua ibu ini. Karena dua ibu ini sibuk berkampanye meminta supaya Blair berhenti mendukung perang Irak. Sang perdana menteri sendiri udah sejak jauh-jauh hari menolak bertemu mereka.

Aksi protes ini berlangsung 24 jam penuh. Dari jam 3 siang tadi, sampai Rabu jam 3 siang juga.



Ini demo gak ada berisik-berisiknya. Diem-diem aja. Makanya niat mulia untuk 'ngerekam suasana' gagal total, karena pada sunyi senyap gitu.

Beberapa orang yang ngumpul di situ, bawa plang poster. Lalu ada beberapa yang berkumpul di tengah dan terlihat lagi latian. Mereka akan semacam bikin drama protes buat Blair. Pada akhirnya, bukan drama juga sih. Lebih tepatnya, saling membaca dialog. Mungkin gak sanggup drama serius-serius karena angin luar biasa dingin malam ini.

Ah, sayang gw gak sempet ngecap tangan gw di sini.



Maklum dong. Kan sibuk kuliah. Kekekekekek...

Sunday, October 16, 2005

What's The Story Morning Glory Yeaaahh...

Idih, sampai juga kita di Berwick Street. Terima kasih tak terhingga kepada Ravinoldy Boer yang telah mencarikan alamat ini demi gw yang banci kamera ini.

Ini dia informasi dari rekan Boer yang baik hati :
Looking down Berwick Street in Soho one morning gave Oasis the idea for their What's the Story (Morning Glory) album cover. Remember to take along the CD so that you can recognise the exact location from its cover.

Berwick Street itu terletak di wilayah bernama Soho. Soho itu red light district gitu deh. Kalo dari asrama gw, tinggal naik bis nomor 73, turun di Oxford Street, lalu jalan sedikit. Berwick Street ada di sebelah kiri jalan. Masuk ke jalan itu, banyak toko yang jual piringan hitam dan cd-cd lama. Ada salah satu perempatan di Berwick Street itu yang bernama Noel Street. Ih, kesannya tuh area didedikasikan buat Oasis gitu yak. Kalo nerusin Berwick Street sampe ujung, maka mulai banyak sex shop. Dengan pertunjukan-pertunjukan slurup itu. Trus foto-foto cowok bertubuh tegap, berdada bidang, berpantat bulat mulai terlihat di kiri kanan jalan. Idih, Nita psti doyan di sini. [baca soal Soho di sini]

Tarraaa, inilah Berwick Street.



Jadi, sama gak niy?



Patokan utamanya adalah ".. ul Stylist" yang setelah dicari-cari ternyata gak ada. Untung aja, Mbak Eni teringat dengan plang Zacharia. "Exactly," ah gw bisa mendengar Mbak Eni bilang gitu. Padahal gw berani taruhan, pasti Mbak Eni juga gak tau siapa gerangan Oasis itu.. huhuhuhu...

Foto ini mungkin lebih representatif. Ah tapi kan gak ada gw-nya!



Gak percaya ini diambil dari Berwick Street? [fotonya sambil di-klik gitu, biar keliatan tuh plang jalannya yang putih]



Cuma salah timing aja niy kita ke Berwick Street-nya. Harusnya pagi-pagi buta, supaya sama betulan kayak di cover-nya Oasis.

Pagi-pagi buta? Dengan suhu belasan derajat Celsius gini di London? Aih mending ngumpet di balik duvet.

Di Mana Cahaya Itu?

Sore tadi, jam 4 sore, di Trafalgar Square, sumpeeeh rame banget sama orang. Kebanyakan tentunya adalah orang India, karena sore tadi ada Diwali Festival. Siapakah Diwali? Entah lah. Yang pasti, judul dalam bahasa mudahnya adalah Festival of Light. Idih, keren gak tuh. Mempesona gitu.

Lantas kami ke sana. Gw, Mbak Eni, Tika, Citta, Rini, Pauline dan Mas Israr menyusul belakangan. Di mana-mana memang terpampang tulisan Happy Diwali Day, meskipun menurut orang India-nya sendiri, Diwali itu baru diperingati dua minggu mendatang. Jadi, Diwali Festival perjuangan niy ceritanya?

Yang jelas, banyaaaak banget orang tumpah ruah di Trafalgar. Astaganaga. Maksud mulia untuk menghayati Diwali dengan ada di tengah-tengah orang India dan mendekatkan diri ke panggung, mendingan dibuang jauh-jauh. Ngeliatnya aja sempit, gimana ngejajal.



Lalu di panggung, silih berganti orang terlihat menari. Tentunya dengan riuh rendah musik India yang emang bikin goyang banget itu. Kami-kami yang ada jauuuh dari panggung, di belakang patung St-Martin-is-in-da-house ini ikutan joget dan berusaha meresapi makna Diwali, apa pun itu maknanya.

Abis itu kita makin garing di tengah dinginnya angin 11-19 derajat Celcius di London hari ini. Di panggung udah bukan lagi orang nari-nari, tapi udah mulai sambutan dari anu dan itu. Yang pasti ada ketua panitia dan mayor of London yang ngomong di atas panggung. Tapi setelah itu masih ada beberapa orang lagi yang nekat ngasih sambutan. Lah dikira kita peduli gitu? Huhuhuhu.



Lantas, seperti layaknya acara-acara peresmian, diterbangkanlah balon ke udara. Ada lah yang nanya "Kok balonnya warna putih, oranye dan hijau ya?" Lalu ada juga yang nekat menjawab "Ya itu kan warna khas..." Hayo, emangnya warna khas apa? Gatau juga kan? Huehehehehehe..

Karena waktu semakin mendesak, akhirnya yang lebih kita pikirkan adalah bagimana sebaiknya kita berbuka puasa. Pilihannya adalah Misato, Wong Kei dan Subway. Gw jelas emoh Subway. Ada Wong Kei gitu lho, udah jelas lebih enak. Sementara Citta abis-abisan mempromosikan Misato. Oke. Rombongan pun dipisah dua. Tika-Pauline-Israr memilih Subway, sementara kami yang berperut longgar ini pilih Wong Kei. Slurup.

Wong Kei ini adalah restoran Cina. Mayan ngetop dan lumayan murah lah kalo makannya rame-rame. Porsinya gede, pas buat makan tengah. Lokasinya deket Leicester Square. Dari situ, cari KFC (sebelahnya gedung Switzerland yang ada jam geda dan berbunyi-bunyi itu), lalu cari Wong Kei ini sejajar KFC. Lokasinya setelah Misato dan Crispy Duck. Deketan juga sama tempat jual kartu Super Asia alias Superman.

Dan lihat, ini tadi makanan kami. Bukankah mereka tampak begitu enak, sehat dan menggiurkan? Karena ini makan tengah, tiap orang patungannya 5,25 pounds. Sedep toooh.. Nyam nyam nyam...



Jadi, menu ini adalah : chicken with sweet and sour sauce, squid in chilly and bean sauce serta stir-fry mixed vegetable (alias capcay goreng pastinya). Aduh itu sweet-and-sour saucenya sumpah mati nendaaaang banget. Endaaang banget, sumpaaah.

Setelah perut kenyang, semua terasa lebih bercahaya. Bahagia gitu. Lalu balik lagi ke Trafalgar untuk bergabung kembali bersama Pauline-Tika-Israr. Tika promosi es krim 1 pounds yang enaaaaak banget di sebelahnya Subway. Boleh lah kapan hari kita coba.

Tapi, janji palsu rupanya India-India ini. Sampai jam 7 lewat kita ninggalin Trafalgar, gak ada cahaya-cahaya yang ditampilkan. Padahal Rini udah berharap ada fireworks yang mempesona. Ada siy cahaya lampu panggung, tapi ya masa Festival of Light begitu doang.

Jadi, mana itu cahayanya bow?

Teknologi adalah Segalanya, Sodara-sodara

Idih, beruntung betul gw ada di London jaman sekarang. Internet di asrama gw kebetulaan banget baru taun ini mulai gratis. Taun-taun lalu soalnya mesti bayar. Duh, beruntungnya gw. Lalu udah ada kawan-yahoo. Yahoo mail, yahoo messenger dan photo sharing membuat jarak dan waktu bisa gw 'taklukkan' dengan baik. Aduh, senangnya.

Ah, ym-call itu begitu menyenangkan ya. Apalagi kelak kalo udah pake skype, pasti lebih ahoy. Yang membuat Tika dan Mbak Eni iri adalah karena gw punya peranti headset. Cihuy. Sebetulnya siy gak pake headset itu juga gapapa, karena kan di laptop gw ini ada mic internal. Tapi gw berasa gimana gitu kalo ngomong di laptop trus ada suara keluar dari speaker laptop. Kesannya pamer (lah, wong di kamar sendiri, pamer sama syape...)



Tapi dengan adanya headset, aih, gw bisa kayak Michael Jackson atau Britney Spears bow. Ceting sambil disko. Ajep ajep ajep ajep.. huhuhuhu... yeiihaaa..

Gw udah jajal nelfon pake ym-call ini ke sesama perantau di Inggris. Sukses. Lancar, tanpa delay. Tapi begitu nelfon ke Indonesia, waduh. Pertama, suara gw kayak hantu. Kedua, suara gw kayak chipmunks. Ketiga, delay. Keempat, suka bergema gitu berasa kayak denger azan. Yang jadi persoalan kan ya karena delay. Kan jadi gak asik. Mau becanda, jadi berasa garing karena lawan bicara ketawanya telat. Huhuhuhu.

Dan terakhir, gw udah ngobrol lewat ym-call ini sama.. eyang gw! Hahahaha, top banget gak siy? Dia sampe bingung gitu "kok bisa ketemu kamu di sini?" Hum, gimana yah ngejelasinnya, bisa abis tiga hari tiga malem tuuh. Rada delay gitu, jadi gantung ngobrolnya. Mangkanya abis kelar ym-call, masih lanjut cetingan moda standar dengan calo tante gw. Hihihi, seru banget.

Yang paling ahoy dan harmless ya photo-sharing. Mayan, berasa web-cam gitu bow. Hahahaha...

Friday, October 14, 2005

Gimana?

Apakah udah meyakinkan tampilan meja belajar gw kalo belajar?



[kalo tiap belajar mesti difoto begini, kapan mulainya? ha? ngaku dah!]

Ah, gw belum ketemu moda yang tepat buat belajar neeeh. Huhuhuhu, kan gawat. Kalo di kamar, banyak godaannya. Ceting, nyanyi, ke dapur, ke kamar mandi, nyuci baju, ngunyah, dll.

Ok, coba kalau kita buat suasana kamar agak sunyi. Laptop mati, radio mati. Huhuhuhu, gw bisa terbawa suasana sepi dalam nikmatnya memejamkan mata bow. Oke, sekarang radio nyala. Seperti biasa, Virgin Radio terpasang di sana. Lalu, satu, dua, tiga, gw mulai bernyanyi. Oh gawat, gak konsen baca. Huruf pun mulai berlari-larian, kalah sama lelaguan di radio.

Hm, mungkin saatnya tiba untuk istirahat baca (lah kapan mulainya? kok udah rehat aja?). Berarti, saatnya menyapa dunia. Nyalain laptop. Agak cemas juga ketika mengklik yahoo messenger. Karena itu moda yang selalu gw setel sekarang adalah invisible. Huhuhu, maafkan akyu teman-teman, kan ini ceritanya demi masa depan nusa dan bangsa.. Lalu buka yahoo mail. Lalu narsis dengan baca blog sendiri. Ah, sudah itu pasti lupa diri. Gw pasti gak nahan untuk gak nulis email, gak iseng negor orang lalu terjebak dalam cetingan gak mutu, atau update blog.

Gawat. Gw mulai addicted.

Tadi gw menjajal moda baru dalam belajar. Ke perpus. Ini meniru langkah Sophia, flatmate gw, yang doyan banget belajar di perpus. Mungkin ini langkah baik. Siang tadi gw ke perpus kampus dan mencoba belajar di sana. Menit-menit pertama, lancar. Menit-menit berikutnya, perpus yang hangat dan sepi mulai membuai. Oahem. Hap-hap, hayo jangan ngantuk. Jalan-jalan dikit muterin perpus, senam-senam, biar seger. Balik lagi ke depan buku. Eh, ada dua orang yang berisik banget diskusinya. Huh, gatau apa kalo di perpustakaan itu mestinya sunyi? Jadi gw gak konsen deh bacanya (ih, cari-cari alesan banget ya gw. perasaan tadi ngakunya kalo sepi jadi ngantuk...)

Setelah sok bertahan belajar di perpus, gw cabut aja deh. Mungkin belajar di taman lebih berguna. Gw pun keluar kampus, duduk di bangku deket Brunei Gallery dan baca di sana. Oke. Mayan juga. Ternyata gw gak terlalu terganggu dengan suasana bising anak-anak yang lagi nongkrong di luar. Tapi, anginnya mana tahan bow. Dingin banget. Mana gw lagi sok-sokan gak pake sweater, dan cuma ngelapis dua kaos plus jaket dan syal doang. Huhuhuhu, mana tahan. Lalu gw masuk ke Brunei Gallery, mencoba belajar di sana sambil selonjoran di bangku. Haduh, gak mempan juga.

Sudahlah, pulang aja. Kita kembali ke setelah semula : belajar di kamar, ditemani ceting dan Virgin Radio deh.

Thursday, October 13, 2005

Pampasan Perang

Kali ini perjalanan gw ke rumahnya Yudi-Sari-Ansel sungguh luar biasa. Tadi pagi gw sendirian dateng ke sana, tanpa rombongan Tika dan Mbak Eni. Naik bis, sempet nyasar dikit, dikit sumpah (nyasar dikit kok jalan nyampe Shadwell cobaaa..) Setelah naik bis dua kali (tiga kali deng, kan sempet keterusan), trus dijemput Yudi di Iceland, akhirnya gw sampe lagi di rumah mereka.

Begitu gw sampai, bertegur sapa dengan Sari, lalu gw mengomentari satu kantong besar yang isinya pakaian. "Aih, kalian pasti udah kelar beres-beres ya untuk pulang Sabtu besok.." Trus gw duduk dong, menikmati ruangan yang hangat setelah ujan-ujanan menuju rumah Yudi.

Lalu Sari keluar kamar. Dan dia menunjuk kantong besar yang baru gw komentarin itu. "Cit, ntar itu bawa duvet-nya ya. Elu mau sweater lagi gak?"

Dweng-dweng. APA? Jadi kantong besar itu buat gw? Omigod! Ini kantong sumpeh geda banget gitu lho bow. Bayangin aja sebuah kantong yang bisa memuat sebuah duvet single dan sebuah duvet double. Coba tuh. Gile aja.

Lemes dah gw.

Lalu setelah itu Sari mulai bergerak ke arah dapur. Yak, satu karton dikeluarin. Isinya berbagai macam bumbu yang god knows how gimana gw menggunakannya. Ada coriander, ada mixed spice, ada kecap bango dua bungkus gede, ada saus tiram setengah botol gede, ada kecap asin, ada minyak goreng satu botol belum dibuka, ada mayonaise, ada .. duh, ada segalanya deh. Gw sampe puyeng sendiri.

Lebih puyeng lagi karena ada barang-barang yang masuk kategori 'buset, di jakarta aja gw gak bakalan kepikiran masak pake beginian, gimana di sini?'. Jadi barang-barang itu misalnya sambel pecel beberapa bungkus, terasi, asam, dan kemiri. "Sar, ini kemiri bakal apaan? Rambut?" Huekeke, dia pun menjawab "Alis dong bo."

Setelah itu, ibarat sulap, satu per satu barang di dapurnya beralih ke dalam kantong-kantong besar yang dipersiapkan untuk gw. Ada satu kantong gede yang isinya berbagai macam bumbu, termasuk beras, wajan, kursi kecil, tempat sampah kecil, dll. Juga ada tempat baju (yang kayak buat naro hasil seterikaan itu lho), satu kontainer kecil tanpa tutup, lalu isinya berbagai rupa-rupa juga. Trus jangan lupa dong, kantong geda yang isinya duvet itu. Gw langsung buru-buru menyarankan supaya duvet double itu dihibahkan saja ke Tika mengingat Ucup-nya akan segera tiba.

Ah jangan lupa juga. Kini gw punya rice cooker! Huray! Gak perlu ngantri rice cooker-nya Xiaoying lagi deh.. Tadinya Yudi dengan baik hatinya mau ngasih rice cooker PLUS magic jar hanya dengan harga 5 pounds saja. Tapi gw tolak dengan berat hati dan tangan, karena gak sanggup bawa magic jar lagi. Lagian tu magic jar geda gitu, lah emangnya gw mau makan segentong? Akhirnya gw mendapatkan rice cooker dengan gretong, asal gw ngebayarin travel card-nya Yudi untuk nganterin gw dan barang-barang pampasan ini. Deal!

Gw gak sanggup ngerinci dah barang apa aja yang dimasukin ke dalam dua kantong besar plus satu keranjang pakaian itu. Dan, oh jangan lupa. Ransel gw yang semula kempes kosong, langsung padat berisi dan montok gitu disesaki berbagai macam barang. Liat itu barang yang di belakang Ansel. Huhuhuhu, dan itu belum semuanyaaaa...



Karena barangnya begitu banyak, Yudi berbaik hati nganterin gw balik ke rumah. Duh, jelas aja gw gak sanggup pulang sendirian dengan barang yang segumbreng getoh. Untuk pulang, diputuskan untuk naik bis aja. Soalnya kalo naik tube, masya ampun, tobat dah. Mesti jalan lagi dari Kings Cross atau Angel dengan barang kayak rombongan sirkus gini? Nggak dah.

Akhirnya kita naik bis. Naik 115 dari deket rumah Yudi, depan Iceland, sampai Aldgate station. Lalu lanjut dengan 205 sampe depan rumah gw. Huayah, ngos-ngosan abis tuuuh... Barangnya berat-berat byanget!

Stelah Yudi pulang, gw menggelar barang-barang pampasan perang itu. Gw telfon Mbak Eni dong buat bagi-bagi barang. Begitu masuk kamar, Mbak Eni langsung ngikik gitu. "Buset, gak kurang banyak?"



Ini dia barang-barangnya setelah digelar di kamar gw.

Haduh, puyeng gw. Belum sebulan tinggal di London, kok barang gw rasanya banyak banget gitu. Walhasil, udah ada barang yang gw umpetin di bawah meja dan kolong tempat tidur. Kantong besar itu gw biarkan terisi duvet single, lalu ada juga kantong berisi bumbu-bumbu yang bisa bertahan lama. Lalu di kolong tempat tidur, gw selipin kantong besar berisi panci dan peranti makan yang sedianya-buat-Tika-tapi-belum-diambil itu. Ah, jangan lupa juga ada lampu meja yang ada di dalam lemari (ada yang mau gak?)

Gw juga segera bebenah kamar. Isi koper gw bongkar, lalu koper gw umpetin di bawah meja. Keranjang pakaian gw pake untuk naro semua pakaian gw. Bumbu-bumbu segera gw ungsikan ke dapur, ih gw langsung berasa koki profesional itu dengan bumbu-bumbu aneh ini.

Sabtu besok, Yudi-Sari-Ansel akan pulang ke Jakarta. Yudi udah ketawa-ketawa aja ngebayangin dia bakal segera ikut arisan keluarga besar Alibasah. "Haha, iya ya, arisan. Udah ampir dua taun gini gw gak ikut arisan," begitu kata dia. Ansel pasti langsung jadi pusat perhatian keluarga besar karena dia emang menawan betul anaknya.

Titi dj ya bow. Maaci buat semua pampasan perangnya!

Tuesday, October 11, 2005

Selamat Datang HSBC

Oh senangnya hari ini. Kartu HSBC gw akhirnya kelaarr juga.

Yang gw dapatkan dari HSBC yang ramah dan tidak sombong ini adalah debit card Solo (tapi dia gak balapan) dan buku cek (haduh, gw gagap keuangan niy, makenya gimana ya?).

HSBC ini memang luar biasa ramah, sodara-sodara. Lokasinya adalah di Strand, depan stasiun Charing Cross. Deket sama Trafalgar Square. Kalo Anda berdiri sejajar dengan patung Pak Nelson yang berkuda, maka HSBC ini ada di sebelah kiri Anda. Gampang deh nemunya. Kantornya kecil deh.

Mengapa dia ramah? Karena begitu kita sampai di HSBC, tinggal dateng ke customer service-nya, menyerahkan paspor dan mengisi formulir, maka dia akan berkata "There will be an email sent to you in two days, and then four days later you can come here again to collect your cards."

Apa? Cukup enam hari kerja saja? Ah, ini pasti surga dunia.

Sebetulnya sih, gw dan Mbak Eni gak pernah mendapatkan email itu. Mangkanya penasaran, trus kita datengin aja. Ternyata betul saja. Kartu-kartu kita udah kelar. Aduh senengnya. Jadi deg-degan. Akhirnya bisa nabung juga (kan kita kaya raya).

Abis ini tentunya kami harus belajar bagaimana menggunakan kartu ini. Kalo paspor BCA doang mah luar kepala, tapi ini kan barang baru. Siapa tau mesti sambil mencet idung juga kalo mau ambil duit di atm...

Sunday, October 09, 2005

Flatmates Dinner

Perkenalkan, ini dia kawan-kawan asrama gw.



Baju oranye, kamar no 1, ya itu gw lah hay.
Rambut panjang highlight ungu, kamar no 2, Sophia, blasteran Amrik dan Yunani.
Kaos putih, kamar no 3, Xiaoying, dari mana lagi kalo bukan Cina.
Baju merah, kamar no 4, Akiko, ya Jepun lah.
Rambut pendek, kamar no 5, Ruchi, India.

Semalam kami bikin makan malam bersama. Jadi, di invitation yang ditempel di pintu dapur tertulis begini "Everybody makes her best food and share." BEST? Ah, di sebelah tulisan kesediaan gw untuk ikut makan-makan, gw tulis "I will cook harmless food for you guys."

Dan ini dia makanan yang terhidang di meja makan semalam.



Tau dong yang kotak warna coklat itu apa.. oh sudah pasti, tempe itu memang datang dari tangan handal koki Citra. Harmless toh?



Kenyang luar biasa setelah makan malam itu. Soalnya jam 6 sorenya kan gw udah buka puasa, makan kenyang dengan tumis sawi yang semakin ciamik rasanya. Lalu jam 8 malem, makan lagi. Ruchi masak nasi basmati dan apa gitu yang digoreng, lalu Xiaoying masak kentang+keju serta sup khas Cina (rasanya siy gantung gitu bo, tapi kan teteup, mesti muji dong..) lalu Akiko masak omelet isi daging. Huhuhu, kenyang banget, tapi endang.

Karena kenyang, ngantuk deh. Padahal denger-denger siy ada yang bertekad untuk belajar di sepanjang hari Sabtu. Hm, I wonder who could that be...

Selamat Ultah Uti!

Hari ini eyang gw ulang taun ke-80. Fuh, tiup lilinnya!



Keluarga gak kumplit juga siy kumpul di Cipinang. Minus gw, bokap dan Widi, sepupu gw. Tapi cita-cita Uti untuk ngumpul sama keluarga besar paling nggak lumayan tercapai.

Ah, karena ini angka istimewa, 80 tahun, maka ada tumpeng. Huhuhu, jadi inget pas gw mau berangkat, doi maksa ada tumpengan. "Mesti tumpeng mergono ya." Masya ampun, mana eke tau.. apaan tuh 'tumpeng mergono'? Selidik punya selidik, ternyata yang lain juga gak ada yang tau apa gerangan itu 'tumpeng mergono'. Huh, kirain gw doang yang gak sopan dan gak tau itu apaan. Ternyata, setelah ditanya, 'mergono' itu maksudnya adalah 'mergo-mergo ono'. Hihi, karena gw tercerabut dari akar budaya Jawa yah, mangkanya gw tidak serta ngerti. Jadi, ternyata lagi, 'mergono' yang 'mergo-mergo ono' itu maksudnya adalah 'semuanya ada'. Wish you luck lah.

Oalah.

Dan kali in, Uti ulang taun juga pake tumpeng. Gw tanya ke tante gw, kali ini tumpeng mergono juga gak? Huehehe. Ah, ternyata tumpeng biasa. Mungkin ini namanya 'tumpeng begini'.

Selamat ulang taun, Uti! Semoga panjang umur ya.

Saturday, October 08, 2005

Ah Yang Penting Makan

Buka puasa bareng pertama di KBRI, diadain sama PPI London. Sekalian juga ada lapor-diri ke KBRI. Tapi tujuan utama jelas dong : cari makan. Apa lagi? Masa penasaran sama PPI London. Ah byasa ajah tuh.

Acara di KBRI itu sumpeh dah bow, garingnya minta ampun. Dibuka sama orang-orang KBRI yang hhhh, plis deh, hari gini masih ngasih 'pengarahan' gitu bow. Dan tentunya, sebagai warisan feodal dalam kepalanya, dia selalu menyebut kami-kami ini sebagai 'adek-adek'. Yea rite. Ditambah lagi, ketika si siapa itu lah bapak dari KBRI ini ngoceh di depan, dia seolah-olah menafikkan keberadaan kami sebagai audiens. Dia selalu bicara dengan diimbuhi "... jadi begitu Pak KUAI.." Gw pikir, ni orang yang disebut-sebut namanya kok antik banget (kayak dongkrak antiknya Dono, hukukukukuk). Tapi setelah dia menyebut Kuasa Usaha Indonesia, gw langsung tersadar. Gw pun langsung balik badan ke arah Mbak Eni dan berkata "Omigod. KUAI tuh maksudnya Kuasa Usaha Indonesia itu?" Mbak Eni mengangguk dan gw terkikik sendiri. Hari gini manggil nama orang pake jabatan? Ah kalian feodal betul.

Abis itu lawakan-lawakan berikutnya pun terasa getir. Ada pemutaran film. Well, ceritanya pasti profile-nya PPI London. Sampai film itu abis -yaitu film berwarna ungu, oh entah mengapa warnanya begitu, dan amateur abeus gitu- gw tetep gak nyandak. Tika pun dengan gak sopannya : tidur. Ini sebenernya PPI London maunya opo toh? Ah, tapi warga PPI London itu keliatannya mati-matian juga berusaha menghibur kami. Oh, maafkan kami. Mau ketawa, kok gak lucu. Tapi kalo gak ketawa, kok rasanya gak sopan.

Saat yang dinanti pun tiba juga. Makan. Ah, ternyata gak gretong (sigh) tapi bayar cuma 2,5 pounds (well, hurray then). Makanannya adalah ayam goreng, lalu telur bulet dicabein (meski yang lebih terasa adalah rasa tomatnya) serta sayur asem (tapi kenapa sayur asem ada wortelnya ya?). Selain itu juga ada mi bakso di mangkok myny (karena ini lebih kecil dari sekedar 'mini') seharga 1,5 pounds.

Pikir punya pikir, akhirnya kami memutuskan untuk cabut aja dah. Lagian juga agak sulit nyambung sama yang lain. Seperti diceritakan kembali oleh Citta, seorang kawannya hidup-sulit-di-London-dengan-1000-pounds-sebulan. APA? SERIBU POUNDS? Oh. Angka stipend kita pun gak nyampe segitu. Dan SENGSARA? Yea rite.

Dari pertemuan di KBRI itu, gw tau juga kawan-kawan Chevening yang lain, yaitu Citta dan Rini. Wuaduh, asik, nambah lagi deh Londoners yang bisa diajak jalan-jalan, ahoy senangnya!

Oxford Street dan Regent Street pun kita susuri dengan riang gembira (enggak deng, ada juga yang ngeluh 'woadoh, jalannya jauh amat' huhuhuhu), demi menemukan tempat ngupi. Taelaaa... kebiasaan di Jakarta kok dibawa-bawa, nyari kedai ngupi. Akhirnya bener deh, kita nemunya di Leicester Square juga. Di tempat namanya Rendez-vous. Cita-cita Mbak Eni untuk makan es krim di tengah udara dingin pun tercapai, huekekekek.

Kaum have-fun-go-mad di Jum'at malem ini akhirnya berpisah di pukul 22 lewat.



Tika yang semula berjanji menginap di asrama kami (huh, musuhan) akhirnya gak jadi. "Gw janjian ceting sama Ucup." Huhuhu, silahkan permataku. Jadilah cuma Mbak Iis yang jadi nginep di kamar gw. Tuh liat, dia masih bobo sekarang.

Friday, October 07, 2005

Salsa

Ah, gw rindu anak kecil ini.



Barusan kakak gw sms.

Kata sasa : mbak ita mana cih, kok gak puyang2, biasanya tidur di nyinyi sampe ciang.



Namanya Sasa. Umurnya November ini adalah tiga tahun. Pinter luar biasa, sekaligus badung luar biasa. Terakhir dia anteng kalo ditinggal bareng sekeranjang alat masak dan belanjanya. Sebelumnya, dia hanya akan tenang main kalo kita nemenin dia. Sekedar ada untuk dia aja.



Terakhir juga dia mulai jago dandan. Niru mamahnya. Kakak gw hopeless aja kalo peranti (huhuhu, akyu ingat, kalo yang benar adalah 'peranti' dan bukan 'piranti', toh?) dandannya dijajah sama Sasa. Lipstik gw udah patah, lipstik kuas kakak gw udah dipake buat ngewarnain bibir dan kuku.

Dia manggil gw dan kakak gw 'Mbak Ita'. Nama 'Gita' dan 'Citra' mungkin terlalu sulit buat dia. Siapa pun yang duluan dia liat akan mendapat kemewahan dipanggil 'Mbak Ita Satu'. Lalu setelahnya ya harus mengalah menjadi 'Mbak Ita Dua'. Dia memanggil bokap nyokap gw dengan 'Mbak Laki' dan 'Mbah Puan', atau kadang dia manggilnya 'Mbah Doten' (dokter, maksud dia).

Huhuhuhu, anak ini lucu banget. Cantik dengan rambut keriting. Jagoan kandang kalo di rumah gw. Tapi kalo ada orang luar dateng dan menyapa, huah, pemalunya minta ampun. Minta dijitak. Sekarang dia juga lagi seneng minta diceritain. Dari katalog sampai majalah, semua akan minta diceritain. Dia paling seneng liat iklan tivi atau iklan majalah yang ada anak kecilnya. Merasa direpresentasikan kali ya. Dia juga mudah tergiur, sama makanan orang lain atau sama gaya anak kecil lainnya ("mau ucil dua juga...")

Kalo gw berangkat, gw selalu minta dianterin sampe ke ruang tamu sama dia. Well, kecuali kalo dia lagi sok-sokan belagu sama gw. Trus dia dadah dari balik jendela. Uh, lucunya. Trus gw suka 'ingkar janji' gitu sama dia, huhu, ini kan gak baik buat anak kecil toh. Gw suka bilang 'pulang cepet dari kantor', meski walhasil gw pulang tengah malem juga, keasikan sama anak-anak di kantor. Dan besoknya gw dapet laporan dari ibunya, kalo gw ditanyain sama Sasa "Katanya Mbak Ita mau pulang cepet..."

Cerdasnya dia luar biasa. Waktu gw ngepak koper untuk ke Inggris ini, dia selalu nemenin. Nggrecokin, tepatnya. Semua stok obat gw dilipet-lipet, trus dimasukin di plastik, trus dia nyari cekrekan. Abis itu, kami pernah terlibat percakapan seperti ini:

Sasa : Mbak Ita mau pegi?
Gw : Iya. Uh, jauh banget. Ntar Sasa kangen deh.
Sasa : Mbak Ita kok boleh pegi? Mbak Ita kan anak kecil.
Gw : (dweng dweng, lah elu apaan?)


Ah Sasa. Gw masih pulang lama banget nih. Awas ya lupa sama gw! Hayo orang rumah, jangan lupa kasih liat blog ini sama Sasa ya! Awas lho!

Biarkan dia tau gw rindu juga sama dia.

Huhuhu, ntar kalo gw udah pulang, elu boleh deh gangguin tidur gw sepuasnya!

Thursday, October 06, 2005

Terlambat Bangun

Di hari kedua puasa, gw telat bangun. Bukannya telat bangun buat sahur, tapi telat bangun buat kuliah.

Dweng-dweng, alarm hp yang gw setel jam 07.30 sebetulnya berfungsi dengan baik. Gw-nya aja yang gak berfungsi dengan baik. Niatannya mau tidur sebentar, eh malah sejam. Dum dum dum. Dan gw bangun lagi jam 08.25. Padahal kuliah gw.. JAM SEMBILAN! Argh, di Russel Square pula!

Tapi apa daya, setelah sahur tadi gw udah berikrar hari ini bakal mandi, jadilah gw teteup mandi. Duh gimana dong, dress to impress siy bow jargon gw selama di sini, kukukukukuk.. mana tahan!

Lalu setelah kelar mandi tepat di pukul 08.30, gw berpikir keras. Gimana cara gw ke kampus? (a) jalan cepat, hap hap hap (b) naik bis, yang gw belum tau naik apaan, yang pasti mesti dua kali ganti (c) jalan ke kings cross lalu naik tube ke russel square (d) apa gak masuk aja ya?

Akhirnya karena naik bis dan tube itu susah diharapkan di saat-saat mendesak, akhirnya gw memutuskan untuk jalan cepat. Mending kalo kampusnya yang Vernon Square, jaraknya cuma sepelemparan tisu doang. Nah ini, udah telat bangun, kuliah mepet, eh kuliahnya di Russel Square. Lantai lima pula. Oooohhh.. why....

Begini nih perjalanan yang harus gw lalui. Eh, ikutin peta sendiri aja ya. Pokoknya gw di Penton Rise dan kampus gw di Russel Square. Perkenalkan, Russel Square di pojok kiri (yang ada tanda panah oranye) dan Penton Rise di pojok kanan (itu tuh, deket Pentonville Road).

klik akyu dongs, ini peta rumah-sekolah lhow...

Jauh kan bo!

Kalo jalan santai, sambil tengak-tengok dan siul-siul, setengah jam. Kalo jalan hap hap hap, itu 20 menit lah. Nah, pilihan satu-satunya adalah gw jalan cepet dong. Huhuhuhu, pegel boooo..

Yang gw heran, meski udah tau telat bangun, kenapa juga gw ngotot mandi ya? Padahal, seperti kata Tika, "Kalo lu naik bis kan gak ditanya udah mandi atau belum. Yang ditanya kan Oyster lu."

Dress to impress. Camkan baik-baik.

Percayalah..

Hari ini gw mau belajar! Sumpeh!

Soalnya hari ini gw berikrar gak ke mana-mana. Ini sulit lho, karena kan gw bosen di kamar melulu. Apalagi gak bisa ngunyah dan menyeruput apa pun, huhuhuhu. Tapi reading list gw menumpuk puk puk. Kalo gak gw sikapi sejak awal, bisa-bisa gw keteteran. Apalagi jadwal ceting juga padat *woops*

Gw belum menemukan moda belajar yang tepat. Kalo duduk, bosen. Di tempat tidur, rawan merem tak terkendali. Pake musik, bawaannya ikut nyanyi. Kalo sepi, ah ntar gw keder dokem-dokem sendokiran di kamar.. (anjrot ini pilihan diksinya!)

Jadi percayalah hadirin dan hadirot, hari ini gw mau belajar.



Humm, kecuali tiba-tiba ada 'tok tok tok' di monitor laptop dari minke13130 yaa.. uhuy!

Puasa Hari Ketiga

Setelah puasa hari pertama dan kedua dilewati dengan makanan sekedarnya, pagi ini gw lebih serius dalam menyiapkan makan sahur gw.

Alarm hp nyala jam 03.30. Untuk sesaat gw berpikir keras, kenapa gw harus bangun di jam segini ya? Apakah gw mau belajar? Ah rasanya enggak. Lalu?

Oya, mau masak! Cihuy!

Segeralah gw ke dapur dan bergegas memasak sebelum Mbak Eni nelfon untuk ngebangunin gw. Sasaran gw pagi ini adalah sawi. Tadinya mau buka kaleng sarden aja siy, tapi belum nemu bukaan kalengnya (oh no, gawat dong, gw punya dua kaleng sarden niiiyy). Tumis sawi dan telur. Satu-satunya keahlian gw dan sayur yang paling tolerable buat gw.

Ok. Gw tau kok cara masaknya. Tenang aja. Pertama kita panasin minyak dulu. Ini aja butuh waktu yaaa 3-5 menit deh. Kan gw udah menemukan titik api yang cepet panas di antara kompor-kompor listrik siwalan ini. Oke, trus sambil nunggu, kita potong bawang bombay dan bawang putih, lalu kita tumis. Hm, setelah ini, apa dulu ya? Sawi atau telur dulu? Hum, mestinya siy telur ya, kalo telurnya belakangan kan ntar gak mateng. Oke, telur dulu. Srut srut, ditambahin garem. Lalu trus masukin sawi. Sreng sreng sreng, tambahin saus tiram dikit, gw tinggal deh untuk bikin nasi di rice cooker.

Dalam waktu 10 menit, semuanya kelar. Ih gile, gw berasa jago masak gitu. Berasa total gitu dalam hidup. Dwoooh, berlebihan amat!

Begitu semuanya nyaris kelar, telfon di kamar gw mulai krang kring. Oh, Mbak Eni. "Wess, gw udah bangun dari tadi dong dan udah kelar masak. Bentar yak. Ntar gw telfon lagi kalo gw udah siap ke bawah." Setelah naro nasi secukupnya ke piring, lalu gw beralih ke lantai 3. Bergabung makan sahur sama Mbak Eni.

Sejak dua hari lalu, kita emang berduaan gitu kalo sahur. Berhubung kemaren-kemaren makan gw gak total, mangkanya cukup jam 4 aja bangunnya. Toh tinggal ngunyah doang sama manasin nasi di microwave.



Gw udah naro-naro makanan gw di dalam wadah plastik (3 wadah plastik berbentuk bundar seharga 1 pounds, beli di deket Angel. Well, gak mesti beli di situ siy, di tempat lain juga banyak) dan Mbak Eni pun memasak.



Dan ini dia makan sahur gw pagi ini. Ooh, abon ini masih setia menemaniku. Sebetulnya gw punya satu makanan lagi. Itu lho ebi kering yang endang banget itu, merk-nya Suseno dah. Ini langganan makan sahur kalo di rumah. Tapi karena gw gak punya wadah plastik lagi, walhasil si Suseno ini mesti sabar nunggu giliran. Ah, puasa masih lama ini...

Ah, untungnya Mbak Eni memuji masakan gw. Cie cie.. gitu aja gr! Gw jadi lebih percaya diri untuk masak berikutnya. Hm, apa lagi ya masakan gw berikutnya. Sop aja deh. Hahahaha.. tantangan kok masak sop! Itu mah masakan harmless abis gitu, tinggal cemplungin semuanya..

Makan sahur diakhiri dengan menyeruput teh mint panas. Uhuy, sedep dah. Paling doyan gw sama teh mint. Sementara Mbak Eni mengakhiri makan (najong, makannya dikit banget! gw jadi malu *kerjap-kerjap*) dengan energen.



Selamat puasa teman-teman!

Monday, October 03, 2005

HP-Koin-Kunci

Sabtu siang kemarin, gw dodol banget deh. Jadi, suatu siang gw dan M'Eni masak di dapurnya M'Eni di lantai 3. Trus gw mau ke atas, ngambil duit, karena dompet gw kosong. Gw tanya M'Eni, dia bawa hp atau nggak. Jadi ntar gw miskol dia aja kalo udah sampe lante 3 lagi. Sip, dia bawa hp ke dapur. Soalnya untuk masuk ke clusternya mbak eni (yang adalah dapurnya juga), mesti pake kunci.

Oke, gw lari ke atas, trus pas gw mau turun ke bawah, gw baru sadar. Lah, hp gw mannaaa.. Astaganaga, hp gw ternyata gw tinggal di tas, yang adalah di dapurnya M'Eni. Dongo banget gak siy. Pegimane gw bisa miskol mbak eni?

Trus kan gw jadi terkatung-katung gitu di luar lantai 3. Udah ketok-ketok, tapi pastinya dia gak denger, karena lagi masak. Gw naik ke atas, gw nelfon ke kamarnya M'Eni, pakai telfon kamar (jadi interkom doang gini telfon di kamar gw). Ah gak diangkat-angkat, karena M'Eni kan lagi di dapur. Gw bingung dah.

Kepikiran untuk menggunakan kartu superman, lalu menelfon dari payphone di bawah. Rogoh punya rogoh, gw gak punya koin! Semua koin gw ada di tas! Haduuuuhh.. ini sumpe dongo banget gindang.

Haduh, lemes dah. Gimana gw bisa ke M'Eni kalo gini caranya. Gw ngotot aja telfon melulu ke telfon kamarnya M'Eni, biar krang kring dan mengganggu sehingga dia denger. Haleluya, dia betulan denger dan lari ke kamar sambil ngos-ngosan.

Huhuhuhu, gw lega banget. Kalo gak, gw gak bisa makan siang deh.. karena M'Eni lagi masakin supermi buat gw :D

Pesan moralnya adalah gw tidak boleh pergi ke mana-mana tanpa hp, kunci dan koin serta dompet. Ah, mereka nyawa gw di sini.

Sunday, October 02, 2005

Ganti Interior

Gak gimana-gimana banget siy. Ngubah lay out kamar aja. Mendekatkan diri pada heater serta memfungsikan meja belajar yang panjang ini secara maksimal.

Jadinya begini deh.



Dengan begitu maka kalo gw malem-malem kedinginan, tinggal mencet tombol di heater tanpa perlu bangkit dari tempat tidur, lalu mendekatkan kaki gw ke sana. Lalu kalo mau gw belajar, gw masih bisa duduk di tempat tidur, dan tetap dapat meja belajar (godaannya ya rebahan dan memejamkan mata).

Nah, dengan begini, maka meja belajar yang panjang itu gw bagi tiga. Bagian paling kanan buat laptop. Lalu bagian tengah bisa disulap jadi meja makan dan meletakkan cemilan (buah, maksudnya. cie, gak mau ngaku kalo cemilannya muffin coklat Sainsbury). Lalu bagian paling deket jendela itu bisa jadi meja belajar buat baca, pakai cahaya alami alias matahari, jadi hemat energi!

Tsaaaahhh.. cermat banget gak tuh perhitungan gw.

Yang gak masuk dalam hitungan gw cuma gimana caranya menahan diri untuk TIDAK mengupdate blog setiap saat, untuk TIDAK buka YM terus menerus serta untuk TIDAK tersenyum sesaat dua saat sambil memandangi layar desktop gw.

1,2,3, hap! Ayo belajar! Besok kuliah pertama neh. Adududududuh, sekarang tidur aja boleh gak? Atau gw terbang ke kantor gw dan update tentang ledakan bom Bali deeehh, kayaknya itu terasa lebih menantang ketimbang baca tentang Adorno dan Horkheimer ini..

Mari-mari berkonsentrasi. Oh kamu ada di mana, sulit sekali dicari ini si konsentrasi..

Lantas Mengapa Disebut Festival?

Sabtu pagi. Bangun tidur, masak telor, sarapan. Nyalain laptop, ngecek dunia. Apa kabar? Semoga baik-baik saja. Lalu nyalain radio.

"There's an Oxford Street Festival here today, bla bla bla..."

Apa? Festival? Yuk! Segeralah pasukan dirapatkan (meski pasukan hanya terdiri dari Tika dan Mbak Eni belaka). Janji punya janji, kita janjian di perempatan Totenham Court Road - New Oxford Street. Sebetulnya gw pun gak punya bayangan, festival seperti apa yang gw harapkan. Melajulah kami dari lokasi masing-masing, gw dan Mbak Eni dari asrama dan Tika dari Pecham.



Begitu sampai di Oxford Street, ternyata hati langsung tertambat pada satu tulisan besar-besar di sebelah kanan. Virgin SALE! Omigod. Benarkah ini? CD yang biasanya berharga di atas 10 pounds, pada diskon semua. Dengan gugup gw langsung mengirim SMS berjarak ratusan mil. Tak lama, SMS dan kegugupan gw itu berbalas suara ceria di ujung telfon sana. Ah, kamyu pasti ingin berada di tengah sale ini!

Setelah dari sale CD, kami menunggu Tika. Untunglah Tuhan berbaik hati dan mempersatukan kita kembali. Tika pun datang dengan kabar gembira "Ada satu toko yang sale gitu lho, baju-bajunya 5-7 pounds gitu!" Slurup! Ah belagu betul kami ini, nyari sale baju di kota yang muahalnya amit-amit gini.

Kami pun berjalan menyusuri Oxford Street yang maha ramai ini sambil terus menduga-duga. Sebetulnya festivalnya tuh apa dan di mana ya? Ah, tapi sudahlah. Mungkin orang-orang pada segambreng ini pada ke festival semua. Atau emang Sabtu sore rame pisan gini di Oxford Street? Gatau juga. Wong kita bertiga orang baru di sini, huhuhuhu.

Sampai di tengah-tengah Oxford Street itu (setelah mampir di toko laknat yang disebut Tika tadi, oh no!), pertanyaan itu semakin bulat. Jujur saja lah. Festivalnya itu apa? Di mana? Tolong deh. Yang ada malah kita ngeliat panggung dibongkar. Sementara tak jauh di seberangnya ada tulisan gede-gede "Come to Oxford Street Festival!" Ah, penipu. Mannnnaaaa?

Akhirnya, penonton pun sepakat. Keliatannya festival ini memang hanya festival orang belaka.



Jalanan emang ditutup dari jam 10am-6pm, dan orang tumpah ruah di mana-mana. Yang jadi penanda festival mungkin (ini dugaan aja) adalah adanya sale di semua toko. Ada yang sanggup kita sikat, tapi banyakan siy kita pandang-pandangi saja dengan tatapan kesal. Salam sayang aja buat topi in pink stripes berikut syal dan sarung tangannya, jam tangan swatch, payung garis-garis, jaket item dan merah, serta pashmina beraneka warna dan garis-garis yang menjeritkan nama gw gitu. Haduh, kenapa barang mesti pada lucu-lucu sementara duit mesti gw hemat untuk bayar second installment asrama ya? Oh dunia sungguh kejam.

Eh pamer dong deh ya. Tuh pashmina oranye udah pasti barang baru. Juga pashmina merah gonjreng yang ada di kamar. Jaketnya dong, mana tahan. Baru juga! Hasil di Oxfam gak buruk toooh... Trus di dalam tas, ada belanjaan juga!

Astaga. Borong kok ya di London gitu. Ngakunya modal beasiswa doangan... ngakunya cekak.. ngakunya installment asrama gede...

Ah tak mengapa. Gw terinspirasi tagline Oxford Street Festival ini.

Dress to impress. Anjrit! Gw banget tuh! Huekekekekekek.

PS : Turut berduka cita untuk 2nd Bali Bomb Blast. Tiga tahun lalu pas kakak gw di London, ada bom Bali. Sekarang, gw di sini, bom Bali juga. Astaga. Ini pasti kutukan keluarga Sasongko...