Friday, March 31, 2006

Beauty and the Geek

Baru sekali ini gw nonton acara tivi "Beauty and the Geek" di channel four. Sebetulnya dari awal baca judul acaranya gak tergoda untuk nonton acara ini. Tapi berhubung judul program ini sempet terlintas dalam obrolan bersama Dedy-Djatu dan Rizka, jadinya gw sempet-sempetin lah untuk nonton acara ini.

Jadi acara ini bukan acara perjodohan. Semula gw pikir gitu, ngejodohin so-called geek dan so-called beauty. Ternyata gak gitu. Ternyata tujuannya adalah mengubah supaya si geek ini bisa jadi socially attractive dan si beauty ini gak sekadar tampang cantik.

Hmmm... well... ok..

Kemudian mulailah diperkenalkan satu per satu tokoh geek dan tokoh beauty. Yang jadi geek dalam episode yang gw liat ini adalah wild-life fund raiser, evolutionary biologist, ahli matematika, philosopher, dll. Sementara yang jadi beauty adalah model, boxing ring beauty, artis, dancer... ya gitu deh.

Hokee... carry on..

Lalu setiap beauty ini dipasangkan dengan si geek. Caranya gini. Si beauty masuk ke ruangan para geek berkumpul, memperkenalkan diri, lalu keluar ruangan. Setelah itu para geek ini berembuk dan menentukan siapa yang akan berpasangan dengan si beauty itu. Begitu pula ntar sebaliknya. Pasangan ini nantinya mesti saling mentransfer 'pengetahuan' mereka, dan pasangan yang paling berhasil akan dapet hadiah gede banget lah.

Well, gw suka berasa agak tertekan kalo nonton acara kayak gini. Kesel aja gitu dengan istilah geek yang dikenakan pada profesi-profesi keren macem evolutionary biologist dan wild-life fund raiser. Anjrit, mereka kan pasti keren banget. Well, ya boleh aja mereka gak punya kemampuan sosial yang baik, tapi kaan.. ya masa sih kayak gitu adalah segalanya? Huhuhuhu... Di episode kali ini, si beauty dan geek akan tampil di panggung. Si beauty akan diuji spelling dan general knowledge sementara si geek akan diuji gerakan dansa.

Huhuhu, gatau deh... rasanya gak enak dan gantung aja nonton acara ini. Stereotyping, jelas. Meskipun begitu, gw tetep tergoda untuk nonton lagi pekan depan. Ini seperti racun waktu gw selalu nonton dan selalu ngedumel tiap kali nonton Joe Millionaire Indonesia. Nyokap gw sampe ngomel gara-gara itu.

Dan barusan aja ada iklan lotion Summer Glow Dove, di mana semua ce-nya pake bikini tapi perutnya gak ada yang rata...

That's even better.. isn't it?

Thursday, March 30, 2006

Pertama dan Terakhir



Besok Rizka pulang deeehhh...

Lho? Tapi siapa pula Rizka ini? Rizka ini karyawati baik-baik yang bekerja di BBC. (Dulu) sekantor sama Bimo dan serumah sama Tika. Kawan-kawan kita juga laaahh...

Berhubung Rizka besok pulang, maka malam ini adalah saat paling tepat dan satu-satunya untuk berkunjung ke BBC. Setelah Selasa kemarin gw ke Bush House, kantor BBC, di pagi hari buta untuk mengambil 'kotak ajaib', maka tadi gw janjian ketemuan lagi sama Rizka, barengan Djatu juga.

Gw dan Djatu nyampe barengan di BBC meski dari arah yang berlainan. Laperrr boowww. Hari-hari gini emang gak bisa naker perut laper dengan melihat ke langit. Soalnya jam 7 malem di London sekarang tuh langit masih terang, jadi bawaannya tengsin gitu kalo udah laper lagi. Tapi ya gimana dong, emang udah laper kok. Gak berapa lama, Rizka pun turun. Asik asik. Malam ini kita mau jajal kantinnya BBC yang ada di basement.

Begitu nyampe di kantin.. waaa.. senangnya... kantinnya menyenangkaan... Ruangan bernuansa hijau, lega, 24 jam pula. Kan asik. Tapi huhuhu sialnya, semalam itu ya satu-satunya kesempatan untuk makan di kantin BBC. Karena untuk masuk BBC ini ya mesti pake swipe card khusus gitu dwongs, huhuhu..

Selain ruangan kantinnya menyenangkan, makanannya juga menyenangkaaan.. Makan gak sampe £5 dengan menu yang asoy deh. Gw sih langsung tergoda sama grilled salmon seharga £3,2 sementara Riska dan Djatu memilih makan chicken kebab. Sama yummieh-nya sih tampilannya. Tapi gw bertahan di salmon aja deh. Slurup... Djatu terpana betul sama makanan yang terlihat enak di kantin ini plus harganya yang murah meriah. Walhasil dia bulak balik menyesali kenapa baru malam ini kita semua mengetahui keajaiban kantin BBC yang endyang ini..



Dengan bahagianya kami menyantap makan malam diselingi percakapan soal acara tivi. Huh gak sopan. Gw kan masih hijau di dunia pertelevisian.. kok berani-beraninya mereka ngoceh tentang episode demi episode berbagai acara tipi yang jelas-jelas gw gatau. Awas ya! Gw akan mengejar ketertinggalan gw! Hohohoho... *apa kabar essay? oh. baek. kayaknya sih gitu ya.*

Tak berapa lama M'Dedy dateng dan menyusul acara makan-makan kita ini. Hm, itung-itung farewell dadakannya Rizka deh. Sebetulnya M'Dedy ini abis makan 3 potong ayam KFC, tapi Djatu udah geregetan banget nyuruh M'Dedy ngicip makanan di kantin ini. Hihihi, aih kalian lucunyaaa... Akhirnya M'Dedy cuma makan es krim doang deh, haha..

Abis kelar urusan perut, kita naik ke lantai 5, ke BBC Siaran Indonesia. Mampir ke 'kantor kecamatan', begitu Rizka menyebut kantornya. Ada 10an komputer deh kalo gak salah inget. Kantor Siaran Indonesia ini itungannya lumayan gede kalo dibandingin sama siaran BBC bahasa lainnya. Tapi ya bole juga tuh sebutan kantor kecamatan.. huekekekek.. windows komputernya aja masih 98, hihihihi, dasar ini BBC mbahlul..



Sesi farewell dadakan setelah perut kenyang ini dipenuhi dengan acara foto-foto. Hoya, di ruang kerja BBC, kita sempet melongok-longok gambar kawinannya Rizka beberapa bulan lalu. Ngobril-ngobril dikit, trus sesi foto dilanjutkan di studionya BBC.



Widih, perasaan peralatan studio 68h lebih keyen dah dibandingin BBC sinih. Lihat itu Djatu tengah belajar membaca, kikikik.. Rizka juga sempat membandingkan kantor BBC Siaran Indonesia di London dan yang di Jakarta. Kalo kata Rizka, kantor BBC Jakarta itu 'kayak kantor di luar negeri' sementara kantornya sekarang di London itu 'kayak kantor kecamatan', kekekekek... hadoh, kok kebulak-balik gituh, hahaha...

Setiap sesi foto, sebetulnya kita sempet agak keder bakal ditegor satpam. Tapi Rizka selalu mengajukan alesan andelan,"Ah besok gw udah gak kerja di sini!" huekekekek... walhasil jadinya kita semena-mena aja foto di sana-sini. Semoga satpam gak tau kalo taman mini di depan pintu masuk BBC Siaran Indonesia itu agak sedikit... mm.. doyong... sedikiiiiiit aja kok, pasti tak terperhatikan deeh... percayalah!

Malam ini bener-bener total, tiap langkah berarti pose baru. Hahaha. Sampai di lampu merah depan Bush House pun, kita masih terus foto-foto. Huhuhu, abis kan Rizka besok pulang. Abis pulang ke Jakarta, gak berapa lama Rizka pun cabut ke Sydney untuk sekolah lagi.

Nah trus kapan kita ketemunya lagi dong Riz? Huhuhuhu...

Arti Penting Paul Robeson



Ini dia nih promosi gw ke temantemin kerabatkeribit yang mau sekolah di London. Tepatnya sih mau sekolah di SOAS dan mau bertempat tinggal di Paul Robeson, mengikuti langkah gw. Tsaaahh...

FAKTOR EKSTERNAL



1) Deket kampus. Tinggal 3 menit jalan ke Vernon Square campus, 20 menit jalan ke Russel Square campus. Kalau mau naik bis boleh juga. Bayar 80 pence kalau menggunakan Oyster Card, lalu eng ing eng, 10 menit kemudian udah sampe di Russel Square campus.

2) Ramah bus. Asrama ini sangat mudah dijangkau dengan bus. Bus andalan adalah nomor 73 karena dia akan membawa kita ke Central London dengan segera dan mudah. Hoyah, asrama ini tuh terletak di West Central gituh. Bus yang lewat di seputaran asrama ada regular bus, juga ada night bus. Jadi, tak perlu khawatir kemalaman dugem, karena akan selalu ada bus yang menanti kita.. oh senangnyaaa..

3) Ramah tube dan kereta. Asrama ini berada di tengah-tengah stasiun Kings Cross dan Angel. Secara tube, Kings Cross ini dilewati berbagai line tube. Secara rail, stasiun ini juga bernilai penting karena dari situ kita bisa naik kereta ke kota-kota lain di penjuru Inggris. Asik dong? Jelasss... Stasiun yang bernilai tinggi juga adalah Euston, dengan fungsi serupa Kings Cross. Ke Kings Cross tinggal jalan, ke Euston tinggal 10 menit naik bus. Asik tentunya. Hoya, di Kings Cross ini juga ada peron 9 3/4-nya Harry Potter itu yak.



4) Deket tempat belanja rumah tangga. Tinggal 15 menit jalan ke arah stasiun Angel, lalu kita akan bertemu beberapa pilihan. Ada Marks and Spencer, Iceland dan Sainsburry, semua dengan harga bersaing menawarkan kebutuhan rumah tangga Anda! Juga ada open market (Chapel Market) yang menjual berbagai barang rupa-rupa: dari sayur sampai overcoat, dari colokan listrik sampai CD musik, dari daging sampai duvet. Nah, cocok toh?

5) Terjangkau dari Victoria Station. Apa pentingnya Victoria Station? Oh penting dwongs. Pertama, kalo kita belum buka bank account dan cekak duit, maka BC biasanya kirim duit lewat Travelex/Thomas Cook di Victoria Station. Kedua, kalau ada temen dateng dari luar London dengan bus antar-kota-antar-propinsi alias coach, maka dia akan sampai di Victoria Station ini. Secara dia pasti gak paham London, kalo disuruh naik bus sekali doang ya gak masalah pastinya dongs. Victoria Station bisa dijangkau dengan bus 73 saja, dengan durasi perjalanan 40 menit (kalau tidak matjet di Oxford Street yah)

6) Banyak tempat fastfood dan minimarket. Ini penting jikalau kita males masak atau tiba-tiba ada tamu saat kita gak punya makanan. Tinggal dibawa keluar rumah dikit, udah ada beberapa varian tempat makan. Ada kebab, ada fried chicken, ada pizza, ada mediteranian food. Wess, asik kan. Fried chickennya recommended lho, namanya Kings Roaster Chicken, boleh tanya anak Chev sekarang yang tinggal di Leeds dan York, mereka sudah mencicip kenikmatannya, hihihi...

FAKTOR INTERNAL



1) Aman. Untuk masuk ke area Paul Robeson House (plus James Lighthill-nya UCL), perlu pakai swipe card. Masuk ke gedungnya juga pakai swipe card. Masuk ke cluster dan kamar, baru pakai kunci. Tenang, di asrama ini pakai lift kok, jadi gak perlu akrobatik gotong koper naik tangga ke lantai 4 misalnya, kikikik...

2) Kamar lega. Beneran, asik deh kamarnya. Meja gede, rak buku lumayan, kamar mandi cukup, lemari doang yang rada cilik. Tapi ya gapapa dong, gak bakalan bawa gaun pesta yang roknya gembung itu kaaan...



3) Dapur luas. Bisa lari-larian di dapur, hihihi.. tapi ya jangan minta lari maraton ya, cukup lari-lari kecil ajah, kekekek.. Ada dua kompor, dua kulkas kecil, dua freezer kecil, beberapa lemari storage, dua microwave, dua pemanas air, dua sink, serta meja makan besar dan beberapa kursi. Asik deh pokoknya.

4) Ada telfon umum. Nah ini penting dwongs. Telfon umum yang tersedia ini berjenis BTLine (sebenernya sih gw juga gatau jenis telfon umum yang lainnya, kikikik). Sekali nelfon butuh 30 pence. Kalo masukin £1, waduh, bisa nelfon sampe nungging-nungging dah.. lama banget!

5) Internet dan telfon. Internet gratis, ah leganya. Tapi coba itu dipastikan apakah untuk tahun 2006/7 itu internet bakal gratis juga atau enggak. Kalau tiba-tiba disuruh bayar, tenang, masih ada computer room dengan akses internet lengkap dan tak terbatas di Vernon Square campus. Di kamar juga disediakan telfon, tapi mesti bayar biaya langganan lagi kalau mau difungsikan sebagaimana semestinya. Walhasil, telfon di kamar gw cuma diberdayakan sebagai pajangan dan intercom aja deh.

KEKURANGAN



1) Lokasi Paul Robeson House ini di daerah yang agak tinggi. Dengan begitu, kalau kita keluar dari asrama menuju lokasi X, kita akan menemui jalan turunan. Sementara kalo pulang, kita bakalan jalan agak nanjak. Tapi gapapa dwongs, itung-itung olahraga *masa?*

2) Tidak menyediakan seprei-bantal-duvet. Tapi tenang, semua itu bisa dibeli di Angel. Atau ya siap-siap terima lungsuran aja dari gw!

SYARAT UTAMA

Ini dia syarat utama dan agak berat kalau mau tinggal di Paul Robeson House. Mesti ramah dan siap sedia menampung kedatangan teman-teman dari penjuru London dan Inggris. Hihihi. Secara lokasi, asrama ini menguntungkan bagi yang gak paham London karena gampang dicapai dengan bis/tube. Secara ukuran kamar, kamarnya itu lega. Kamar gw pernah menampung 4 orang, bisa nambah 1-2 orang lagi kalo nekat. Karena itu,
kita mesti ramah, legowo dan ikhlas menampung kedatangan kawan-kawan dari non-London yang ingin mencecap gemerlap megahnya kosmopolitan London, kekekek... Ingat, tamu-tamu itu bakal datang dan pergi sesuka hati, baik saat kita lagi nganggur atau lagi banting tulang ngerjain essay, kikikik...

Wednesday, March 29, 2006

Skype + Super Asia = Perfecto

Ah indahnya dunia. Gw baru saja menemukan langkah terkini dan terjitu untuk menelfon ke Jakarta.

Beberapa waktu lalu gw sempet menyesal luar biasa karena gw terdampar dengan provider Vodafone yang muahal ini, instead of berpaling ke O2. Maklum, dulu kan beli Vodafone dalam kerangka agak panik dan langsung beli di bandara, hajar bleh gak pake mikir, apalagi riset. Setelah merenung, baru deh ketauan kalo sms ke Indonesia pakai Vodafone itu seharga 24 pence, sementara dengan O2 itu cukup 16 pence saja. Huaaaa....

Penyesalan berikutnya gw dapati di bulan Desember taun lalu, pas ketemu dengan Elizar dan Erwin. Dari situ gw baru tau bahwa dengan nomor O2 itu ada satu nomor rahasia yang bisa ditelfon demi bisa nelfon ke Jakarta secara gratis (nelfon ke landline, pas offpeak). Apa? Iya betul sekali. G R A T I S. Huaaaa... nangis darah...

Penyesalan berikutnya lagi (lho kok banyak?) adalah ketika Anto ngiming-ngimingin gw dengan dia berbagi pengalaman nelfon pacarnya berjam-jam tanpa pikir panjang dengan O2 gratis ini. Huhuhuhu.. bahkan Anto udah membagi gw nomor rahasia O2 itu demi meyakinkan gw bahwa ke-gratis-an ini benar adanya. Lagi-lagi gw nyaris beli dong, tapi karena gw udah tinggal 6 bulan lagi di sini, sementara kontrak-kontrak hp ini berlaku selama 1 tahun, plus gw berniat jadi warga negara yang baik (tsah), maka gw kembali mengubur keinginan ini. Sempet terlintas untuk beli sim-card O2 doang gitu lho, tapi menilik prosedur beli online-nya, gw agak gak yakin bakal bisa dapet.

Ah tapi bener. Gak boleh nyesel. Karena gw baru menemukan langkah jitu berikutnya untuk menelfon murah meriah.



Caranya adalah dengan mengkombinasikan Skype dengan Super Asia. Yeeeaaaa kenapa gak dari dulu yeeee... heran dah gw! Soalnya dulu kayaknya gw sempet nyoba nelfon nomor London Access-nya Super Asia, tapi gak bisa. Gw baru menyadari sekarang, bahwa dulu itu gak bisa karena gw langsung menelfon dengan 020xxx padahal mestinya +4420xxx. Huh, itu kan mudah dan logis sekali saudari Citra! Huhuhuhuhuhu...

Dan tadi baru saja gw jajal, tepat di ultah minke. Yuppie. Lancar dah di boncengan! Cihuy cihuy cihuuuyyy...

Mari coba kita bandingkan. Ongkos nelfon pake Skype ke nomor hp Jakarta adalah 8,8 pence per menit. Biasanya, kalo gw nelfon Jakarta selama 1 jam itu abisnya £5,2. Huhuhuhu, mayan dwongs. Dengan metode baru, maka gw mengkombinasikan Skype dan Super Asia. Mestinya emang lebih murah, karena kalo pake Super Asia kan gw nelfon ke nomor London Access, yang adalah nomor lokal gitu lhow, kan 020xxx ngono lho, di mana harga per menitnya adalah 1,2 pence. Weks, jauh toooh...

Dan tadi gw nelfon ke nomor hp Jakarta selama 1 jam, abisnya cukup 73 pence saja sodara-sodaraaaa... ah senangnyaaa.. Trus karena gw pakai kartu Super Asia, berarti nominal menit dan poundsterling di dalamnya juga berkurang dong. Untuk nelfon selama 1 jam itu, kira-kira abis £4 deh. Yaaahh lumayan lah, lebih hemat daripada langsung pake Skype doang. Ya kan? Ya? Ya? Ya?

Kalau diitung dengan cermat, mungkin itungannya sama kalo gw turun ke bawah dan nelfon di telfon umum. Menggunakan koin £1 di telfon umum kan berarti bisa nelfon sampe jongkok-jongkok di bawah telfon umum karena lamaaa banget. Tapi dengan kombinasi Skype dan Super Asia.. ah, perfecto! Gw gak perlu pake jaket dulu, nyari koin £1 dulu lalu ke bawah dulu untuk nelfon.

Keuntungan lainnya adalah gw bisa menghemat penggunaan Vodafone gw. Soalnya biasanya kan kalo gw keabisan Skype, maka gw nelfon pake hp gw ke Super Asia untuk nelfon ke Jakarta. Nah kalo pas offpeak sih gapapa, tapi kalo pas peak hour kan gw modar juga. Jadi sekarang Vodafone bisa digunakan untuk sms Jakarta dengan secukupnya dan sms pergaulan Londoners. Tsaaahh... sms pergaulan.. apa pula itu..

Ah bahagianya gw!

Sunday, March 26, 2006

Mari Pulang, Marilah Pulang

Semalem, Boer dan Mbak Eni sibuk ngepak-ngepak barang. Maklum, mereka pulang ke Indonesia hari ini. Jadinya ya gitu deh. Yang paling ribet buat mereka berdua tentu saja ngurus barang-barang titipan. Kikikik, ya gitu deh risiko pulang ke Indonesia dan ketauan orang banyak karena mendadak punya fungsi ganda sebagai jasa angkut barang, kekekek..



Pas gw lagi ngebantuin M'Eni ngepak barang di kamarnya, Boer nelfon. Minta gw supaya gak balik dulu ke kamar karena kamar gw berantakan banget. Hadoooh, bujubuneng dah tu anak. Pas gw balik ke kamar, wakakakak... barangnya Boer udah ke mana-mana. Dia lagi membongkar salah satu kotak oleh-oleh untuk dimuati dengan celana dalem, kikikik.. Barang berceceran di mana-mana deh.

Abis sesi beres-beres kelar, Boer minta ditemenin ngerokok di bawah. Tadinya mau ngerokok di dapur aja sih, tapi karena ngeri alarm bakal idup, jadinya dibela-belain deh Boer ngerokok di tengah udara tengah malam yang dingin di London. Huhuhuhu. "Dji Sam Soe ini mesti enak banget neh, kalo enggak gw rugi," gitu Boer mengancam rokoknya, hahaha. Akhirnya kita berdua ke bawah, gw nemenin Boer ngerokok sembari menyeruput jahe panas. Slurup, enaknya. Apalagi sambil ditemani nggosip ngalor ngidul tentang teman temin kita, kikikik..

Pas gw lagi di bawah, M'Eni nelfon, ngingetin kalo waktu udah berubah lagi. Udah masuk British Summer Time gitu lhow. Berarti jarak waktu antara Jakarta-London kembali berubah menjadi 6 jam, tidak lagi 7 jam seperti kemarin-kemarin. Hoke hokee.. waduh, tiba-tiba jadi kepikiran dong. Gimana dengan taksi yang kita pesen buat Minggu pagi ke bandara? Trus flight besok gimana? Dudududu.. berarti mesti tidur sesegera mungkin niy!

Paginya, tentu saja dong, kita bangun dengan tergesa-gesa. Eh mungkin bukan kita kali ya, gw doang tepatnya, kekekek.. Begitu bangun, gw langsung ke atas, ke kamar gw. Boer udah siap sedia rupanya. Pilihan berikutnya: gw ganti baju trus sarapan, atau sarapan dulu baru ganti baju. Boer pun terbahak-bahak,"Jadi tetep gak ada pilihan mandi ya?" Huhuhuhu, kan kemarin udah mandiiii.. eh bukan deng, itu dua hari lalu ya? Kekekekek.. ya udah deh akhirnya gw ngebut mandi dong. Lagian pas sisiran berasa deh rambut gw udah gak keren, pertanda gw mesti mandi dan keramas. Percayalah, rambut gw itu keren banget lho.

Kelar mandi dan nyiapin calon supermi buat Boer, gw lari ke bawah, mau nitip pesen sama security kalo ada taksi dateng, disuruh nunggu dulu aja. Eh ternyata taksi trus nyampe aja gitu di depan pager rumah gw. Yo wis. Bentar ya pak.



Gw lari lagi ke atas, nyuruh semua orang bergegas. Boer udah kelar makan, M'Eni masih siap-siap. Oke, Boer langsung gw perintahkan nunggu di bawah, gw bantuin M'Eni lagi. Sip beres deh semuanya. Ealah dasar kita semua ini warga banci foto, udah tau mepet gini masih sempet aja foto-foto.



Gak sampai satu jam, kita segera nyampe di Bandara Heathrow. Ternyata Boer dan M'Eni ini beda terminal, Boer di terminal 2, M'Eni di terminal 3. Soalnya kan Boer ini ke Munich dulu, baru dari situ ke Jakarta, sementara M'Eni ke Jakarta lewat Singapur. Oke, kalo gitu kita nganter Boer dulu karena pesawatnya dia duluan, naik Lufthansa yaitu jam 11.



Kelar urusan Boer, kita jalan ke terminal 3, M'Eni kan mau check in. Sip, gak berapa lama urusan check in semua orang pun kelar. Berarti saatnya berpisah. Gw segera mengeluarkan dua sapu tangan putih dengan ujung renda untuk menghapus air mata ketika melepas kepergian Boer dan M'Eni. Percaya? Keterlaluan. Ya enggak mungkin lah. Gile aje.

Abis kelar dadahan sama Boer, gw laper berats dwong, trus makan deh di Burger King. Perut kenyang, M'Eni segera ke departure gate. Belum ada nomor gate-nya sih, tapi biar amannya ya masuk ke dalem aja. Siapa tau gate-nya jauh gitu lhow. Ya gak sih? Ya iya dong.



Seperti biasa, ada perjumpaan, ada perpisahan. Dan setiap perpisahan baiknya ditutup dengan foto lagi, kikikik... ampun dah gak ada kelar-kelarnya kalo gini caranya.

Hokeh, berarti dalam waktu sebulan lagi, M'Eni akan balik dengan bumbu Munik! Cihuuuyyy..

Saturday, March 25, 2006

This is Anfield!

Sodara-sodara, tadi pagi gw bangun jam 4 pagi demi ke Liverpool! Pertama, udah kayak sahur ajah. Kedua, ke Liverpool lagi??

Jam 4 pagi Boer nelfon gw dengan ceria. Dia udah siap sedia berangkat dari hotelnya, yang di sebelah rumah gw ini, untuk ke Euston Station. Huhuhu, gw baru melek, trus langsung buru-buru bergegas dong. Apa seh, buru-buru bergegas.. pengulangan banget gak seh.. Eh, lanjut dwongs. Bangun, cuci muka, sikat gigi, siap-siap ransel, ke dapur manasin sarapan, bikin teh panas buat sangu, masukin apel ke dalam ransel, okeh siap. Gw jemput Boer dulu ke kamar gw karena dia mau naro koper.

Eh sebenernya mau ngapain sih ke Liverpool? Jadi ceritanya tuh ada pertandingan Liverpool vs Everton. Ini sejatinya adalah pertandingan yang seru karena dua klub ini musuh bebuyutan dan ada di satu kota, sama-sama di Liverpool. Liverpool berwarna merah dan Everton berwarna biru. Lalu apakah ini berarti gw suka bola? Ya enggak laaahhh... dikira gila apa gw? Gw sih penggembira aja bagi perjalanan kerja Boer, hihihi..



Jam 5 kurang, kita udah di halte bus depan rumah. Fiuh. Gile aja, niat banget siy bow. Gak berapa lama, bis yang akan membawa kita ke Euston pun sampai. Jeng jeng jeng, nyampe deh di Euston. Kita segera mencari platform untuk Virgin Trains yang akan membawa kita ke Liverpool. Kereta berangkat jam 05.31 dan sampai di Liverpool Lime Street Station jam 09.32. Sip, tidur lagi neh di kereta!

Sepanjang perjalanan, gak terlalu sukses sih tidur. Juga gak terlalu sukses belajar, seperti yang gw harapkan, hihihi. Yang ada cuma tidur-tidur ayam gitu sembari berharap supaya esok lusa pemerintah Inggris bikin kereta yang kursinya bisa direbahin, huhuhuhu...

Hokeh, kita sampai juga di Liverpool! Berhubung masih rada pagi, jadinya masih sempet ngapa-ngapain dulu. Jadilah kita bergegas ke Mathew Street untuk menjumpai Cavern Pub/Club, tempat The Beatles manggung ratusan kali di sana. Demi kawan Boer dong, masa udah berhasil menjejakkan kaki di tanah kelahiran The Beatles trus melewatkan momen emas begitu saja?



Setelah mampir di dua toko yang mengklaim sebagai original store-nya The Beatles, gw dan Boer berlari-larian menuju Queen Street Square. Di situ kita akan menunggu bis yang akan membawa kita ke Sandhills Station.

Sebelumnya, gw sempet nanya sama petugas di tempat informasi bis. Dia menyarankan untuk naik bis nomor 17 ke Anfield. tapi gw ngotot mau ke Sandhills dulu, soalnya dari sana ada soccer bus yang akan membawa kita ke Anfield. Nah dia heran dah. Soalnya Anfield dan Sandhills ini tuh letaknya berseberangan, satu di kiri, satu di kanan. Karena itu dia heran, ngapain gw mesti jauh-jauh ke kiri untuk ke kana. Eh paham gak sih maksud gw? Kekekekke.. yaaa pokoknya gitu deh!

Berhubung determinasi kita tinggi dalam menemukan Sandhills, kita ngotot cari tau bis mana yang ke sana. Oke, akhirnya nemu juga setelah tanya-tanya pak pulisi. Naik bis nomor 52 atau 53 dari bus stop nomor 11, berhenti di Stanley Street. Hokeh, mari kita laksanakan. Setelah kliwatan satu stopan, akhirnya kita menemukan jalan ke Sandhills Station ini. Selain dengan bis, tentu saja juga bisa naik kereta ke Sandhills, tapi pastinya dong kita cari jalan yang agak ribet dikit, kikikikik...



Begitu kita sampai di Sandhills, kita bertatapan lah dengan si soccer bus. Soccer bus ini beroperasi dua jam sebelum kick-off alias pertandingan mulai, bayarnya cuma 1 pounds sajah. Tampilan bus-nya sih gak menarik karena berwarna abu-abu, ih plain banget deh. Tapi mungkin gak berani pake warna tertentu kali yak, soalnya ntar dikira memberi dukungan pada satu klub tertentu, nah ini kan repot.

Soccer bus ini bekerja untuk melayani transportasi menuju tiga stadion di Liverpool, yang pasti salah duanya adalah stadionnya Liverpool dan Everton. Niat semula sih Boer udah mau bikin promo tivi sejak dari dalam soccer bus, tapi ternyata gagal karena isi bus tidak padat dan sesak seperti yang diharapkan. Oke, kita kubur dalam-dalam saja keinginan itu. Cukup nikmati saja perjalanan ini.. hihihi..



Dweng dwong, bus pun berhenti. Lah, tapi mana stadionnya? Ooo ternyata kita mesti jalan dikit dulu. Kita lewat ke satu jalan kecil yang terletak di belakang stadion Anfield, banyak rumah penduduk di sana. Daearah perumahan gitu lhow. Satu ciri khas yang gw tandain banget adalah karena jendela udah pada ditutup dengan tripleks atau dibiarin bolong dengan bekas pecahan kaca masih nempel di pinggiran jendela. Wekekekke, emang dah ini kelakuan para suporter! Sangar-sangar bener sih abis nonton bola. Kan kasian itu yang tinggal di deket stadion, tingkat stres mereka pasti melonjak setiap kali match day, huhuhuhu...

Setelah berjalan-jalan, gw dan Boer menemukan pintu masuk ke Anfield ini. Poto-poto, itu sudah pasti. Boer mulai bekerja dan menggarap promo tivi buat Liga Inggris di kantornya. Makin rame bow dan semua orang pada pake kaos merah semua. Aura merahnya Liverpool udah berasa banget dari tengah kota alias City Center-nya Liverpool. Meraaaahhh semua pisan. Di megastorenya LFC juga penuh abis dengan orang yang belanja pritil-pritil, kayaknya sih buat bekal menonton pertandingan yak.



Kembali ke Anfield, emangnya gw dan Boer punya tiket gitu buat nonton? Ya enggak laaahh... Tadinya sih emang Boer sempet berharap dapet ID untuk nonton bola di Liverpool, tapi ternyata gak kesampean. Tapi kenapa kita tetep ke Liverpool? Kikikik.. gile ya bow, militan betul bagi Boer untuk dateng ke Anfield tanpa bisa nonton di dalam stadionnya, sementara itu lebih militan lagi buat gw yang gak doyan-demen-tau-ngerti bola untuk mengarahkan kaki ke Anfield, hihihihi...

Jam 12.45, pertandingan mulai. Pulisi-pulisi berseragam kuning dan oranye mulai bersiaga nutup-nutupin gerbang menuju ke dalam Anfield. Pemeriksaan tiket rada ketat juga, trus kita sempet ngeliat orang dikeluarin dari stadion di menit-menit awal karena dia bawa handycam. Walhasil Boer jadi rada parno dong kalo ngeluarin handycam, kalo tiba-tiba diambil ya kan modar wae.



Nah, pertandingan mulai, suara-suara riuh mulai terdengar dari dalam stadion. Kami segera mencari pub terdekat untuk nonton bola. Inceran gw sih nyari tempat anget dan tempat duduk doang, kalo Boer kan emang pengen nonton bola, hihihihi.. Akhirnya nemu sebuah pub dan di situlah kita nonton bola. Dari tiga gol yang dihasilkan Liverpool, gak ada satu pun yang sukses diliat langsung sama Boer. Untuk gol pertama dan kedua, Boer lagi meleng, sementara untuk gol ketiga, Boer lagi nempelin double tape di bendera tipi yang dia bawa. Maklum, namanya juga on duty, hahaha...



Okeh, lima menit sebelum pertandingan usai, gw dan Boer udah meninggalkan pub. Kita kembali ke stadion untuk mencoba mencari peruntungan bentuk promo Liga Inggris yang lain. Secara Anfield itu gede gitu lho, maka pintu keluar/masuknya pun banyak bener. Nah, ini gak baik untuk kepentingan gambar televisi yang diinginkan Boer. Jadilah kita memutuskan untuk kembali ke jalan kecil yang jendela rumahnya udah pada butut semua itu.

Pas jalan-jalan ke belakang itulah, kita baru menyadari bahwa pintu stadion udah dibuka bagi penonton yang mau keluar dan gak ada pulisi yang jaga. Gw dan Boer segera berlari menuju pintu menuju Anfield itu.

Dweng dweeeennggg... we're inside Anfield!



Boer langsung sumringah bahagia gitu karena dia itu penggemar Liverpool. Kalo gw jelas girang, karena bisa masuk stadion tanpa mengeluarkan sepeser pun, kikikikik... Di dalem kita pas lagi di tengah suasana riuh rendah Liverpool yang menang atas Everton, lagi nyanyi-nyanyi lagu mereka lah. You'll never walk alone. Idih, untungnya gw ke situ bareng Boer yang doyan bola, kalo enggak mah nyanyian para suporter itu gak ada artinya buat gw, hahahaha...

Eh tapi asik juga ada di dalam stadion. Tsaaahhh.. Megah gitu lhow bow. Apalagi persis saat gw masuk itu pas para suporternya nyanyi-nyanyi gitu. Jadi berdesir gitu lho rasanya denger ada ribuan orang sama-sama nyanyi demi kemenangan Liverpool.. tsaaahhh...



Di dalam Anfield, gw dan Boer puas-puasin foto berbagai gaya. Mumpung di dalem gitu lhow bow, kapan lagiiiii? Besok-besok kan kalo mau masuk ke stadion itu mesti bayar tur stadion atau ya bayar tiket nonton bola. Wayah, daripada buat nonton bola, gw mah mendingan beli kartu super asia banyak-banyak biar bisa nelfon sampe nungging. Eh ya gak perlu nungging juga sih nelfonnya, cukup duduk manis aja.



Yang jelas siiyy, seberapa pun gw gak demen sama bola, berada di tengah keriuhan stadion itu pengalaman yang syedep benerrrr... gratisnya itu bow gak nahan! Kikikikik...

Wednesday, March 22, 2006

Pempek Termahal



Salah satu kenikmatan dunia yang terjadi hari ini adalah makan pempek. Real pempek. Huhuhuhu, gw masih menangis terharu dalam hati nih.. Tak habis percaya.. ooohh...

Pempek ini gw dapatkan dari Djatu. He? Djatu yang bikin? Ya enggak. Djatu beli sama orang lain juga dwongs. Pempeknya ini segede bagong. Ukurannya lebih gede dari telapak tangan gw, gendut dan bantet pula. Huhuhuhu, secara dia pempek kapal selam yah, jadi gw udah tergiur aja dengan telur di dalamnya.. huhuhuhu.. slurup..

Tapi ya namanya juga kenikmatan duniawi, tentu saja ada harganya. Ada rupa, ada harga. Gitu kata Rini. Karena rupanya pempek ini menawan, harganya juga mayan dong. £3. Coba itu dikurs. Dan coba itu bandingin sama harganya pempek nendyang di Megaria. Huhuhuhu...

Meskipun cuma makan pempek-nya begitu aja, cuma plus kuahnya gitu, gak pake mi dan timun, teteuuup aja dwong endang. Apalagi kuahnya gak pedes-pedes amat, jadi gw gak tersiksa gitu. M'Eni tentu saja menambah kenikmatan pempek dengan sambel kesayangannya: sambel setan. Kalo kata Boer: sambalnya sambal setan, masaknya di api neraka, kikikikik...

Tapi sayang sekarang pempek itu udah digilas di dalam lambung gw. Huhuhuhu.. I'm gonna miss you..

Djatu, kayaknya gw bakal menjadikan pempek itu sebagai kenikmatan bulanan deh. Sebulan sekali menyisihkan £3 untuk makan pempek. Kikikik.. hadoooh kesian bener gw ini!

Tuesday, March 21, 2006

(Almost) Missing in Action



Alkisah, sejak Senin kemarin temen gw, kawan Boer, lagi di London. Seminggu sebelumnya dia abis dari Munich, ikut tur piala dunia buat wartawan. Nah, seminggu ini, dia di London untuk ikut tur pippilotta. Kikikikik, enggak deng. Ada kerjaan dong (mestinya) dari kantornya Boer.

Senin malem sih Boer nginep di tempat gw, tapi trus dia jadi rontok hatinya begitu tau gw mesti sharing tempat tidur sama M'Eni karena Boer tidur di kamar gw. Akhirnya dia ngungsi ke Hotel Travelodge, di sebelah rumah gw. Hahaha, gak jauh-jauh amat kali boww.. Kenapa milih Travelodge? Yaaa semata-mata karena deket rumah gw aja sih, jadi gampang kalo ada apa-apa. Cerdas toh? Aih. Rate hotelnya mayan juga booow, £ 66 per hari. Dweng dwong.

Selasa sore, setelah gw nganter Boer ke Angel untuk nuker duit, Boer mulai check-in di Travelodge. Hoya, Boer juga cerita waktu siang tadi dia, Bagus dan Bayu ngecek kamar di Travelodge ini. Masih nanya-nanya rate kamar hotel ceritanya. Udah berhadapan muka sama resepsionis nih, Boer disuruh nelfon ke hotel untuk ngebooking kamar. Doileh, lah udah hadap-hadapan gitu lho, kenapa disuruh booking lewat telfon pula? Katanya resepsionis, harganya lebih murah. Okeh, dijajal lah sama Boer, dia cabut ke telfon umum terdekat dan nelfon hotel untuk booking. Idih giling, ajaib banget gak sih, secara tuh telfon umum letaknya cuma beberapa langkah dari hotel. Mana terus harga booking lewat telfon ternyata lebih mahal pulaaa.. Wakakakaka, edan!

Hokeh, pokoknya Selasa sore Boer udah mulai chek in di Travelodge. Gw sempet ngelongok ke kamarnya Boer. Well, untuk £66 yeeee, bentuk interior kamarnya Boer sama aja gitu kali sama Hotel Cemara di Jakarta. Wakakakaka, mahal pisan bow.

Abis kelar urusan check ini, gw dan Boer ke telfon umum terdekat. Boer minta diajarin make kartu Super Asia. Sip, lancar. Berhubung Selasa jam 6 sore gw ada kelas terakhir untuk kelas Diaspora Media, maka gw segera bergegas jalan ke kampus. Gw janjian sama Boer untuk jemput dia di hotel setelah kelar kelas, untuk jajal peruntungan ketemu Djatu-Deddy.

Selama di kelas, gw jadi sibuk sms-an gitu sama Djatu, nanyain dia bisa atau enggak digangguin malem ini. Niat gw emang pingin ngenalin Boer sama Dedy, supaya dapet wangsit-wangsit soal bola di London. Soalnya gw jelas clueless abis, gak ngerti mesti ngajak Boer ke mana yang ada kaitannya sama bola. Lebih tepatnya sih, mencari tempat yang berkaitan dengan bola yang membuat gw tertarik. Huhuhuhu, bola kan enggak gw banget!

Yuppie, ternyata Djatu bisa! Gw nanya tempat makan yang asik deket rumahnya dan dia merekomendasikan Ciao Bella. "Enak, porsinya astaga," gitu promosi Djatu. Kekekeke, ini cara paling jitu untuk promosi! Resto Ciao Bella ini deket sama rumahnya Djatu, tinggal jalan kaki sebentar ajah. Sip siiip. Lalu gw janjian lah sama Djatu untuk ke Ciao Bella ini, tentunya juga bersama-sama Boer dan Dedy.

Nah, berhubung gw dari kampus, dan rumahnya Djatu itu ada di antara rumah gw/Travelodge dan kampus, maka agak buang-buang langkah kaki rasanya kalo gw ke hotel dulu jemput Boer lalu balik arah lagi ke rumah Djatu, trus ke Ciao Bella. Walhasil, dengan cerdasnya gw sms Boer, nyuruh dia mencari jalan ke Russel Square Station. Bisa sih jalan kaki, meski gw agak cemas dia bakalan nyasar. Tapi ya sudahlah. Dari jam 7 malem gw sms ke Boer, supaya Boer punya waktu untuk nyasar juga gitu, hahaha.

Okeh. SMS sudah diketik, send. Nah lho nah lho, gak ada delivery report. Huhuhuhu. Ah tapi mungkin emang gitu. Soalnya Boer itu kan gak pake nomor selular London, tapi pake nomor selular Indonesia gitu. Eh tapi apa bedanya coba? Ah ya namanya percobaan menenangkan diri sendiri, hihihihi...

Sampe gw kelar kuliah, gak ada tanda-tanda juga dari Boer. Gw berprasangka baik, ah mungkin Boer udah di Russel Square Station. Gw ke telfon umum, nelfon Djatu, nanya lokasi persisnya resto Ciao Bella ini. Takut nyasar gitu gw. Abis itu gw bergegas ke Russel Square St. Nah lho, gak ada Boer. Ah mungkin Boer di tube yak, jadi gak ada sinyal, soalnya gw jajal ke hp Jakarta-nya Boer malah masuk ke mailbox.

Tapi kayaknya gelagat buruk nih. Oke, gw telfon ke rumah Djatu lagi. Yang angkat M'Dedy. Gw minta tolong di-google-in nomor telfon hotel Travelodge-nya Boer. Tapi trus gw lupa gitu, hotelnya Boer itu tuh judulnya Travelodge Islington atau Travelodge Kings Cross ya? Dudududud. Oke, kita jajal peruntungan, Travelodge Kings Cross. Gw minta tolong M'Dedy untuk cariin nomor telfonnya. Sip, dapet. 0870 sekian sekian. Oke, kita telfon lagi, dari telfon umum dong, biar gw gak sakit ati keabisan pulsa hp.

"Hello, may I speak to Mr Ravinoldy Boer? He's in room 227."
"Sorry, I think you reach the wrong hotel. We don't have a guest under that name."

Huhuhuhuhu, apa-apaan neeeh? Oke, gw minta nomor telfonnya Travelodge Islington, 020 783 sekian sekian. Oke, gw telfon. Sip bener! Di kamar 227 beneran Boer.

"May I speak to him? Could you direct me to him in his room?"
"No, I'm afraid we can't. You have to call him directly in his room. This is his room phone number..."

APA? Yaoloh. Dasar ini hotel edan. Kagak bisa nransfer telfon langsung ke kamar? Hadooooh.. perasaan begitu yang terjadi di Jakarta deh! Jadi gw mesti nelfon langsung ke kamarnya? Huhuhuhu.. Walhasil kan gw mesti cermat mendengarkan nomor telfon kamar Boer yang panjang itu, lalu nutup telfon karena koin gw abis, lalu masukin 30 pence lagi untuk nelfon ke kamar Boer. Hayyaaahhhhh... mate aku! Repot bangetttttt... huhuhuhuhu...

Oke. Hai Boer! Dengan segera gw perintahkan dia untuk bersiap-siap dan menemukan jalan ke Russel Square St. Petunjuk arah gw gak meyakinkan banget dah, soalnya gw gatau Boer itu lagi bawa peta atau enggak. Gw cuma bilang: elu ikutin jalan yang gw ambil waktu mau ke kampus, terus terus aja, ntar kita ketemu di tengah. Dweng dwong, apaa coba tuh ketemu di tengah. Kikikik... rawan nyasar banget gak seeehh..

Gw sempet protes juga ke Boer karena gw gak bisa sms dia. Nah tapi kata dia, Bayu sempet nelfon/sms dia di hp-nya dan lancar-lancar aja. Dari situ mulai deh muncul dugaan-dugaan serius. Jangan-jangan gw salah nyimpen nomor telfon Boer. Huhuhuuhuhu, dongki!

Oke, gw jalan menuju Travelodge sambil mengingat-ingat petunjuk arah gw bener atau enggak. HA! Ternyata salah! Huhuhuhu... Kan gw bilang teruuuus aja tuh trus ntar kita ketemu di tengah. Ternyata mestinya gw menyebut ada belok kiri, lalu baru terus terus lagi. Huhuhu gawatttt.. ntar Boer nyasar deh.

Walhasil gw lari. Iyeeeee, gw lari sepanjang jalan demi mengejar waktu dan berhasil meng-gep Boer di tengah jalan sebelum terlambat. Duileh, lari gitu bow gw di jam 8 malem dengan udara dingin menerpa gw gitu. Gw berasa kayak six million dollar man, kikikikik... Hap hap hap hap hap, lariiii melulu. Huhuhu kan capek bow.

Akhirnya kita sampai juga di perempatan, di mana Boer mesti belok kiri itu. Huhuhu gak ada tanda-tanda Boer! Gawat! Ilang neeeh ni anak... huhuhuhu.. Jadilah gw jalan lagi menuju Travelodge. Huhuhu mana ini Boer-nyaaahhh...

Oke oke, jangan panik. Gw telfon M'Eni. Berhubung dia yang menyambut kedatangan Boer pas nyampe di rumah gw, jadi siapa tau ada nomor telfon Boer yang bener. Ternyata yang nelfon M'Eni itu nomornya Bayu atau Bagus. Yaah boleh lah. Gw telfon nomor yang dikasih M'Eni dan ternyata itu adalah Bayu. "Hai Bayu, tau nomor telfon Boer gak?" Dan jawabannya: tidak. Huhuhuhu mati luuuu.. gawat gawat gawatttt..

Tidak ada cara lain selain berusaha mencari. Huhuhuhu, nyari ke maneee.. Tapi ya udah lah gw jalan ke arah balik aja berharap tiba-tiba ketemu Boer. Lalu dari jauh gw melihat sosok priya seperti Boer. Gw langsung teriakin gitu, tapi ya gak kedengeran. Abis itu gw lari lagi deh, mencoba mengejar sosok laki-laki yang gw duga Boer itu.

Ternyata benar! Hhhhhhhh leganyaaaaaa...

Ternyata Boer juga lagi nyasar. Yaaa iyaaa lah yaaa... kekekekke.. Dia gak inget jalan yang gw lalui pas gw mau ke kampus, lalu trus dia main jalan aja. Sampe di suatu jalan kecil yang gelap, trus ada mobil polisi dan pulisinya lagi marah-marahin orang. Kekekek, panik dong doi, kali-kali aja daerah itu ternyata tempat transaksi narkoba gitu, kekekekek..

Abis itu kita melanjutkan perjalanan ke rumah Djatu, lalu ke Ciao Bella bareng Djatu (karena Dedy masih sibuk masak sayur buatan Djatu.. uuuhh.. tooo twiiitt...) dan balik lagi ke rumah Djatu. Pas nyampe rumah Djatu, eh ternyata Mas Dedy lagi bersiap-siap menyusul ke Ciao Bella. Kekekeke.. kelamaan siiiyyy.. Di rumah mereka, seperti biasa gw dicekokin tempat plesir baru oleh Djatu, kali ini gw dicekokin Wales. Sementara Boer dan M'Dedy udah asik berbincang soal bola, seperti yang gw harapkan. Fiuh, lega. Ternyata besok (Rabu) ada pertandingan Chelsea vs Newcastle (idih gile gw inget, hebat gak tuh?) dan mereka pingin nonton.

Ngemeng-ngemeng, Ciao Bella ini patut gw datengin lagi nih. Dia resto kecil yang jual makanan Italia gitu. Porsinya bener-bener segambreng untuk harga £6-7 saja gitu. Sumpah, kenyang banget. Biar murah, minumnya tap water alias air keran aja dwongs, kikikik.. Yuk yuk, kapan-kapan ke situ lagi yuuukk.. slurup!

Misteri Kopi Pembuat Degdegan

*idih, kayak judul episode-nya doraemon gitu*

Dahulu kala, ketika gw baru dapet lungsuran dari Yudi, salah satu barang lungsuran adalah sewadah kopi dari Sainsburry. Wadah gede gitu. Kemarin-kemarin pas gw minum kopi dari situ, gw langsung deg-degan gak keruan. Karena itulah gw memutuskan bahwa mungkin tubuh gw udah emoh sama kopi. Jadinya gw gak minum kopi dari situ lagi. Tapi itu kopi teteup aja gw biarin di dapur.

Hokeh, lalu ceritanya gini. Kemarin sore kan Boer nyampe di London lalu nginep di tempat gw. Nah, tadi pagi kita sarapan bersama dong. Tepatnya, gw dan M'Eni sarapan, sementara Boer pingin ngopi doang.

Gw suguhkan dong kopi yang gw punya. Oke, Boer mulai menyendok kopi itu. Lalu dia mendekatkan wadah itu lebih dekat ke hidungnya.

"Kok gak bau kopi ya?"

Trus gw membantah dong. Ah masa sih gak bau kopi? Tapi kalo dipikir-pikir sih gw emang gak pernah nyium-nyium kopi itu sih ya. Jadi sejatinya gw gak inget-inget banget gitu.

"Kok baunya kayak palm suiker?"

He? Masa seeiiihhh... Oke, coba gw cium. Lho, kok iya ya? Oke, giliran M'Eni yang menghirup aromanya. Lho, iya ya. Paling enggak, gak bau kopi neh..

Kukukuk.. jadi 'kopi' yang kemarin-kemarin itu bikin gw dagdigdug itu ternyata palm suiker? Dogooolll...

Monday, March 20, 2006

Instan Kok Repot



Ini semua gara-gara dia.

Gw melihat dia di Manchester dan gw langsung membayangkan enaknya makan ayam bumbu lemon. Slurup. Yum yum. Akhirnya gw beli itu bumbu instan idaman, trus bertekad untuk segera memasaknya. Pikiran gw melayang ke freezer, di sana ada 8 potong ayam paha. Sip.

Nah, gw udah di dapur nih ceritanya. Oke, bumbu udah siap. Baca-baca dikit. Liat-liat bungkusnya sebentar. Waduh, ini ayamnya potongan gitu yak. Tapi kan ayam gw ayam paha.. waduh, gimana dong? Oke, sesuai saran M'Eni, akhirnya itu ayam gw kuliti dagingnya. Dalam hati gw menyesal, kenapa pula gw gak punya ayam fillet ya, jadi gak perlu sinting gitu melepaskan daging ayam dari tulangnya. Hhhh, tapi sudahlah. Apa pun yang terjadi, ayam bumbu lemon sudah memanggil dari kejauhan. Dengan susah payah, itu ayam berhasil gw potong kecil-kecil juga. Huhuhuhu, belom apa-apa kok udah pegel.

Hum, oke, kita ke dapur lagi. Baca bungkusnya. Corn starch. Waduh apaan tuh. Gw balik dulu ke kamar deh, nge-google dikit. Idih gile, gw modern banget dah, mau masak aja pake nge-google dulu, wikikikik.. Ternyata corn starch itu adalah tepung maizena. Ngublek-ngublek dikit, nemunya corn flour. Samakah dia dengan tepung maizena?

Oke, kita pencet nomor ekstension kamarnya Mbak Eni. Setelah berdiskusi sebentar sebagai non-kokiers, diputuskan bahwa mereka berdua sama aja. Apa pun yang terjadi. Gak ada yang bisa mencegah gw.

Gw balik lagi ke dapur. Siap memasak. Semua udah siap. Baca lagi bungkusnya. Mix chicken with egg. Mati gw. Telor terakhir gw udah berubah jadi telur orak arik sebagai temen roti goreng. Dan dia udah berada di dalam perut gw! Huhuhuhu.. Okeh, balik lagi ke kamar, telfon M'Eni, minta telor, turun ke bawah, ambil telor, naik ke atas, balik ke dapur. Ngos-ngosan.

Sip, sekarang udah siap. Bener-bener siap. I mean, really ready.

Okeh, ayam yang udah gw potong-potong itu gw masukin dalam telur yang udah dikocok. Lalu pindah ke mangkok berikutnya yang berisi tepung maizena, trus pindah ke piring datar sebagai tempat menaruh ayam berbalut tepung itu. Okeh, satu dua potong ayam sih lancar. Tapi trus kan maizenanya menggumpal-gumpal gitu. Trus lengket-lengket di tangan gw. Huhuhuhu ribetttt amattt boooo...

Ternyata lama juga membalur ayam-ayam laknat ini dalam tepung maizena. Huhuhuhu. Abis itu dateng Xiao-ying, flatmate gw. Dengan penasaran dia melihat hasil karya gw. Trus gw cerita bahwa sebetulnya gw cuma punya niat sederhana, masak makanan dengan bumbu instan, yang ternyata sebegini repot. Dudududu. Dengan baik hatinya dia berkata,"Yeah, it looks complicated.. but professional. You look more professional than the Chinese!" Yea yea yea yea... semoga aja enak jadinya. Huhuhuhu..

Tapi heran deh. Katanya ini bumbu instan, kalo baca dari step-by-step-nya juga terlihat sederhana. Tapi kok ribet geneeehh... huhuhuhuhu... Berhubung udah separo jalan, ya udah lah, hajar bleh aja. Kita pikirin yang enak-enak aja dah.

Abis itu gw nyalain kompor, manasin minyak. Oke, semakin dekat menuju tujuan. Oh, hatiku mulai berdebar-debar. Satu per satu ayam berbalur tepung maizena itu gw cemplungin ke dalem minyak panas. Cihuy, sampe sini lancarrrr...

Setelah semua ayam gw goreng dengan sempurna, minyak gw singkirin. Masukin lagi minyak untuk numis bumbu idaman ibukota itu. Set set set... sreng sreng sreng.. jadiii deeehhhhh...



Not bad toooohhh, kikikik...

Yang pasti, besok-besok kalo gw beli bumbu instan, maka gw akan cari yang seriueus instan...

Sunday, March 19, 2006

Manchie, Last Day

Yak ini dia hari terakhir tur dua kota Manchester-Liverpool kita bersama.

Dengan cemerlangnya, gw bangun jam 6.30 pagi. Tsaaaahh.. mau joging neng? Atau mau jojing? *apa seh* Trus gw mendapati Mas Iwan ternyata juga udah bangun. Hokeh, tanya password komputer bentar, trus baru deh mulai ngetak ngetik di kamar. Dari atas, gw bisa mendengar suara kesibukan di dapur. Aduh, jadi deg-degan, Mas Iwan masak apa lagi nih? Masa sih dia mau menyiksa kita lagi dengan masakan-masakan enaknya itu.. oohh...

Satu per satu, manusia di rumah Mas Iwan/Pak Sipri mulai bangun. Tapi kayaknya cuma Pak Sipri gitu deh yang berinisiatif untuk nongol ke dapur, kikikik.. Sementara yang lain pada ngumpet di balik selimut gitu, huhuhuhu.. Satu per satu juga mulai pada mandi. Hoyah, kamar mandi di rumah ini tuh agak bikin dag dig dug. Soalnya pintunya tuh gak bisa dikunci gitu. Dweng dwong. Jadinya ya setiap kali pintu kamar mandi tertutup, dilarang main hajar bleh masuk gitu aja. Mesti tanya-tanya dulu, daripada menyaksikan pemandangan yang enggak-enggak. Soalnya begitu buka pintu kamar mandi, langsung ketemu toilet. Kikikik, kan gak lucu banget kalo ke-gep dalam kondisi lagi ngeden mau pup, huhuhuhu..

Nah, udah deh tuh mulai ada kehidupan di rumah ini. Tapi jantung kehidupan teteup ada di dapur. Bau-bau semerbak mulai mengisi rumah. Huhuhuhu, bikin mandi jadi gak konsen dan pingin buru-buru ke bawah, menyaksikan keajaiban masakan Mas Iwan. Gak berapa lama, kita semua disuruh siap-siap makan. Duh, jadi gak enak.. gak bantuin apa-apa kok langsung makan.. Tapi bener nih? Boleh makan? Aduh, gak nolak lhoooww..



Nasi dengan kari ayam! Wuaduh, beraaattt bener sarapannya, hihihii... Citta langsung berasa lebaran gitu di rumah Mas Iwan, karena tiga hari ini makan enak-enak melulu.

Setiap orang langsung ambil posisi terbaik di ruang tamu untuk mulai menikmati hidangan. Nyam nyam nyam.. enaknyaaa makan nasi panas-panas dengan kari ayam tuop ini.. huhuhuhu.. *terharu lagi* Pas makanan kita udah ampir abis, tiba-tiba Mas Iwan mengeluarkan dua kotak... es krim! Apa-apaan nih?

"Iya nih kemarin malah lupa dikeluarin.." kata Mas Iwan dengan muka agak berdosa. Huhuhuhu.. ya ampyun deh.. ini sarapan serius amat yak. Biasanya sarapan terbatas cornflakes atau roti, eh tiba-tiba dapet sarapan nasi dan kari ayam, plus es krim pulaaa.. Bisa gila ini kita kalo kelamaan tinggal di Manchester!



Seperti biasa, turis-turis pemalas ini lama bener beraktivitas. Walhasil kita baru keluar rumah jam 10.30 gitu. Hadoh, mana nih rencana mulia untuk punya dua agenda sebelum rombongan pulang ke kotanya masing-masing? Hihihihihi.. Abis itu kita jalan ke halte bus dan menuju agenda satu-satunya kita di hari terakhir di Manchester ini. Anto yang lagi-lagi miss all the fun karena dia semalem pulang sehingga gak mencecap kebahagiaan bersama kari ayam, bulak balik nelfon pas kita di bus. Karena dia udah nyampe di tempat tujuan sementara kita masih dalam perjalanan.



Beberapa menit kemudian, setelah jalan beberapa saat, sampailah kita ke tempat tujuan: Manchester United! *cie, kayak yang doyan bola ajah, kikikik..*

Di sana, kita gak bisa masuk ke stadionnya. Gak bisa atau gak mau ya? Ah pokoknya kita end up di mega store-nya MU deh. Biasanya sih kalo pingin masuk ke stadionnya tuh mesti ikutan tur yang bayar gitu. Eh itu biasanya yak, gatau juga sih sebenernya. Abis MU ya meaningless aja gitu lho buat gw. Beda dengan tur The Beatles misalnya, yang udah pasti bakalan gw bela-belain yak (meskipun pas tur kemarin gw sempet ketiduran beberapa detik karena nguantuk byanget yak, dudududududu..)

Abis dari MU, kita bergegas ke tujuan berikutnya: Moonlight Cheese Cake! Tempat kue ini direkomendasikan oleh Tika sebagai cheese cake yang uenuak byanget... Nah, menggoda betul toh. Jadinya ya kita bela-belain deh pergi ke sana.

Pas mau pergi ke sana itulah, gw baru nyadar ada sistem transportasi yang beda dan ribet gitu di Manchester. Jadi di Manchester itu kan ada beberapa merk bus, ada Stagecoach, ada Firstline dan Arriva (kalo gak salah). Nah, kebetulan rombongan yang dari tempat Mas Iwan itu tuh beli tiket bus dayrider (berlaku untuk seharian, terserah naik bis berapa kali) dari Firstline, sementara Anto udah beli tiket dayrider-nya Stagecoach. Nah lho, dan ternyata tiket bus itu tuh gak bisa dipake menyilang gitu. Jadinya Anto mesti ke halte bus yang berbeda dan naik yang bis yang berbeda dengan kita.

Ih pusing deh bo. Kalo ada orang baru yang gak ngerti sistem ini gimana? Gimana coba caranya dia tau kalo tiket Firstline tidak bisa dipake di Stagecoach, rugi dong kalo udah beli tiket. Trus kalo misalnya dia lagi nunggu bis di halte, plang halte tuh cuma menyebutkan nomor rute bus, tapi tidak menyebutkan jenis bus. Hayo, mana bisa coba orang tau kalo bus 53 itu Firstline dan bukan Stagecoach? Idih, bikin pusing aja. Bagus sih jadi gak ada monopoli bus, tapi kan ngerepotin orang sekampung... Huhuhuhu.. hidup London! Lho, kok jadi gini?



Tapi biar kata sistem bus-nya ngebingungin, tombol pra-nyebrang jalannya keyen byener bow..

Pas kita nyampe di daerah di mana Moonlight Cheese Cake ini berada, barulah kita mendapati kenyataan pahit bahwa tokonya tutup! Huhuhuhuhu.. kejamnya duniyaaaa... padahal gw udah ngebayangin makan cheese cake yang lembut, enak dan menggemukkan itu.. huhuhuhu...

Karena gagal dapet cheese cake, akhirnya kita memutuskan untuk langsung ke pusat kota, biar gak telat naik bis menuju London, soalnya jam sudah menunjukkan pukul 1 siang lewat. Hap hap hap hap. Kita menuju Piccadilly Garden, yang gak ada pohonnya itu. "Ada tuh, pohon besi," kata Anto membela kotanya. Kikikikik.. ya deh.. Dari situ, rombongan pisah dua. Gw ditemenin Anto dan Elizar pergi ke Arndale Center, demi menuntaskan janjian ketemu sama Marini.

Siapakah gerangan Marini ini? Dia ini temen kuliah gw pas di FISIP dulu, anak Antrop 96. Dia lagi kuliah flute di Manchester. He? Kuliah flute? Haduuu senangnyaaa.. Nah, dia itu kalo akhir pekan selalu kerja di KFC Arndale Center. Jadinya lah gw nyamperin dia di sana. Niat semula sih nyari diskonan KFC sama Marin, tapi karena waktu udah mepet akhirnya rombongan non-Arndale ini beli makanan di Burger King.

Nyampe di Arndale Center, waaaa rame bener food court-nya! Tengak tengok dikit.. ooo itu dia Marini! Huhuhuhu, kenapa juga gw lupa poto-poto sama Marini yak? Marin lagi kerja, jadi kasir dia rupanya di KFC itu. Karena gw gak bisa kontak batin sama Marin dengan berharap dia tiba-tiba nengok ke arah gw, maka gw memutuskan untuk muncul tiba-tiba di depan dia. Pas gw nongol di depan kasir, dia langsung melotot sambil ngomong "Ya ampun!" Wikikikik, abis itu langsung gw tinggal, karena kan ada pengantri KFC lainnya di sbelah gw. Kalo gw sok-sok nekat mau ngobrol yang ada Marin dipetjat kaliii.. Abis itu dengan sangat terpaksa gw mesti dadah-dadahan deh sama Marin.. huhuhu, gak sempet ngobrol-ngobril deeey..



Kelar dari Arndale Center, kita bergabung dengan rombongan Burger King, lalu jalan menuju terminalnya National Express yang akan membawa kita ke London. Hap hap hap hap, jalan cepet lagi deh. Kita nyampe di terminal bus itu jam 2.45, berarti masih 15 menit sebelum bis berangkat. Hokeh, begitu nyampe, kita langsung nyari bus kita, ngasih liat tiket, lalu masuk ke dalem bus.

Hambatan-hambatan gak penting pun mulai muncul. Bapak-bapak yang jaga di depan bus bilang kalo gak boleh makan di dalam bus. Oke, kalo gitu kita keluar deh Pak, mau dadahan sama temen-temen sekaligus ngabisin makanan. Nah kita naro tas dulu dong. Trus turun ke bawah, eh trus dicegat sama mas-mas yang tadi ngeliat tiket kita. Kata dia, kalo mau nunggu itu, tas-tas mesti diturunin karena bus mau segera berangkat. He? Laaah bukannya masih 15 menit lagi? Tapi trus si mas-mas itu bilang kalo begitu penumpang lengkap, bus mau berangkat. Hadoooh apa pula seh niiiyy..

Jadilah kita pamit buru-buru gitu ke yang lain. Maaci Mas Iwan, Pak Sipri dan Anto darlings karena telah menjadi tuan rumah yang baik buat tur kali ini. Elizar dan Erwin pulangnya masih ntar, karena mereka akan naik kereta jam 5 sore menuju York. Daaaahhh teman-temaaaann.. ntar kita jalan-jalan lagi ya! Scotland? Lake District? Hayoooo siapa takuttttt..

Perjalanan Manchester-London makan waktu sekitar 4 jam. Seperti biasa, gw siap dengan bahan pengkeder, gw ngeluarin buku. Tsah, sok-sokan. Begitu gw ngeluarin buku, yang ada malah ngobrol di separo perjalanan sama Citta. Yaoloh, kapan belajarnya iniiihhh... Citta sih ngobrolnya gak kira-kira, nyomot coklatnya juga gak kira-kira. Dari potongan coklat kedua dia udah bilang, "Ini terakhir," tapi trus sampe potongan ke-20 kayaknya masih lanjut aja, kikikikik..

Di separo perjalanan berikutnya kita habiskan untuk mengaga, alias tidur. Huhuhu, capek juga ya bow. Bus-nya sih keren yak, lebih modern gitu lho keliatannya. Kursinya warna merah, di tiap bangku ada kantong plastik buat naro sampah (meskipun ini membuat bus tampak berantakan ya), tapiiiii masa sandaran bus-nya gak bisa direbahin! Bukan reclining seat getoh. Huaduuuuhh.. pigimana ini..



Jam 7.45 malem, kita nyampe di London. Begitu nyampe, langsung deh rasanya hampa. Damn! Balik lagi deh ke bumbu instan!

Saturday, March 18, 2006

Liverpool dalam Enam Jam

Yeeaaahh... *apa seh, mulai tulisan kok gini*

Seperti biasa, kalo dalam konteks plesir, maka bangun pagi itu suatu hil yang mustahal (hayoo ini dari komik apa? tebak tebaaakk..) Niat semula adalah berangkat jam 8.30 pagi. Jie. Ambisieus bow. Tapi emang mesti gitu sih, soalnya bis yang akan membawa kita dari Manchie ke Livie (idih, sejak kapan Liverpool jadi Livie?) berangkat jam 9.40. Setelah berlama-lama dandan, akhirnya kita cabut dari rumah jam 9. Waduh, sok mepetttt daaahhh.. Ealah, ternyata rada lama gitu deh bow bisnya. Jadinya begitu nyampe di pusat kota Manchester, kita mesti berhaphaphap alias lari-larian menuju Chorlton Street, tempat bis National Express menunggu.

Passss banget kita nyampenya, karena begitu kita duduk, semenit kemudian bis berangkat. Fiuh, leganya! Sepanjang perjalanan ke Liverpool, kita piknik banget gitu. Kotak makanan mulai dibuka sedikit demi sedikit, biskuit coklat diedarin. Yang kurang cuma baca bismillah rame-rame sebelum bis berangkat dan nyanyi sambil keplok keplok, kayak tur anak SD, hihihihi.. Lama perjalanan ke Liverpool cuma sejam, gak berasa lah hay, eh tiba-tiba udah nyampe ajah.



Selamat datang di Liverpool!

Tujuan pertama kita adalah menemukan tempat informasi turis. Soalnya magnet utama kedatangan gw ke Liverpool adalah The Beatles Story! Uhuhuhuhuyyyy... asek asek aseeekkk... Setelah jalan beberapa saat, kita menemukan tempat beli tiket tur The Beatles. Eeeh iya, jadi gini lho. Di Liverpool ini, selain ada museum The Beatles, juga ada tur The Beatles, seperti yang sudah dipromosikan oleh Djatu sejak berminggu-minggu sebelumnya. Gitchuw lhow bow. Berhubung tiket tur-nya rada mahal yaitu £11.95, maka cuma gw dan M'Eni aja yang berani menerima tantangan dengan ikutan tur. Yang lain memilih untuk poto-poto dan berencana ke Anfield (idih, gw baru tau gitu kalo itu nama stadion di Liverpool... kikikik.. meaningless juga sih sebenernyaaahh..)



Abis itu kita jalan lagi menuju Albert Dock. Belum ke Liverpool namanya kalo belum ke Albert Dock! Cieh.. Emangnya Albert itu siapa? Mbuh. Emangnya di dock itu ada apa? Uhm.. yaaa.. ada banyak deehh.. yang penting kan ganti background foto! Hahahahaha..

Jalan ala turis itu emang gak bakalan mungkin tepat waktu. Pastiii banyak mampirnya. Dikit-dikit berenti foto. Sok-sok nyari latar belakang yang beda, padahal gak tau juga nama gedung yang dijadiin latar belakang, huhuhu... Sekadar banci foto aja lah hay..



Akhirnya, nyampe juga ke The Beatles Story.. ooohhh... bahagianya dirikuuuu..

Dengan tergesa-gesa, gw segera turun ke bawah, karena museum ini letaknya memang di basement gitu. Harga tiket masuk untuk student adalah £5.99. Hajar! Yang memutuskan untuk menelaah museum ini cuma kita berlima, gw, Citta, M'Eni, M'Anta dan Anto. Begitu kelar bayar, kita langsung dikasih headset gitu, karena ternyata harga tiket segitu termasuk sama audio tour-nya. Waduh, maap, gak terbiasa sih masuk museum yang bayar, hihihihi...

Hadooooohhhh.. museumnya ini TOP abisssss.. Ibarat kata pujian orang Inggris: SPLENDID! Huahahahahaha.. Dateng ke museum asoy masoy kayak The Beatles Story ini membuat gw menangis dalam hati (jieh, serius amat).. kapaaaann coba kita bisa punya museum kayak gini. Gile aja, segala pritil pritil The Beatles ada semuaaaa kali di sini. Termasuk juga surat-surat yang udah rada kebakar gitu pinggir-pinggirnya, masiiih aja bisa selamet demi masuk museum! Huhuhuhu keyen bangettttt...



Museum ini letaknya di basement, trus rada sempit sebenernya. Apalagi pas kita dateng ke museum tuh pengunjungnya lagi rada banyak. Jadi mesti ngantri gitu berpindah dari satu bagian ke bagian lain dari museum ini. Huhuhu, tapi gapapa deh bow ngantri-ngantri begini. Asik bangeetttt semuanyaaaa... huhuhuhu... minke mesti ke sini nih!

Di bagian-bagian akhir museum, gw terpaksa bergegas. Soalnya tur The Beatles menanti gw! Oooohhhh tak sabar tak sabar tak sabaarrrr.. Cek jam, udah jam 2 siang. Gawat, belom makan siang! Ah, terima kasih ya Nenny darling untuk Cadburry mint-nyah, yang telah menjadi pengganti makan siang gw! Setelah ngecek sama mbak-mbak di museum, ternyata halte bis untuk menunggu bis tur itu ada di luar. Jalan keluar, trus belok kiri, nah nemu deh tuh halte.

Hokeh, gw dan M'Eni langsung berlari-larian keluar, menuju halte. The Beatles Story adalah boarding point kedua untuk tur ini, jadinya ya ketika bis nyampe di halte, bis udah rada penuh gitu. Huhuhuhu, gak dapet tempat duduk terbaik deeehh.. Tapi gapapa deh, yang penting ngikut tur!



Tur-nya itu sangat sangat sangat menyenangkaaaann.. Bapak tua yang jadi pemandu tur kita itu tukang becanda gitu, sembari tak habis-habisnya nyeritain sejarah The Beatles sembari melewati tempat-tempat yang bersejarah bagi kehidupan band itu. Huhuhuh senangnyaaaa... Buat tur yang kayaknya panjang karena berlangsung selama 2 jam, tur ini tuh worthed banget! Kita mampir di rumah George Harrison, lewat di rumahnya John Lennon, foto-foto di depan rumahnya Paul McCartney, berhenti di Penny Lane dan Strawberry Field, ditunjukin tempat-tempat yang disebut dalam lagu-lagunya The Beatles, diceritain soal Ringo Starr, dan terakhir ditutup dengan pergi ke Cavern Club, tempat The Beatles manggung pertama kali dan total manggung sebanyak 292 kali. Huhuhu senangnyaaaaaa...



Kelar tur jam 4.30 sore, gw dan M'Eni mesti berlari-larian lagi nyusul anak-anak. Mereka udah ada di Iceland, yang berarti gak terlalu jauh lagi dari terminal bis National Express yang akan membawa kita kembali ke Manchester. Hap hap hap hap... hadoh, tur kok diisi lari-larian melulu yaak..

Sebagai penumpang teladan, kita adalah penumpang pertama yang nungguin bis ke Manchester. Jieh, ceritanya sih belajar dari pengalaman sebelumnya, jadi ogah lari-larian lagi, hihihihi. Perjalanan sejam, balik lagi ke Manchester. Tidoooorrr dongs di jalann...

Setibanya kembali di Manchester, kita plesiran dikit dulu ke China Town-nya Manchester. Waduh, lebih lengkap gitu ya bow dibandingin Loon Moon di China Town-nya London. Yang jelas, tokonya jauh lebih lega dan barangnya juga lebih banyak. Mas Iwan beli ikan dan beberapa bumbu lainnya. Ikan? Iyeeaaahhh.. real ikaaann... bukan salmon fillet atau tuna kalengan.. reeeaaaalll ikaaaann...

Dengan tidak sabaran, kita segera menuju halte bis, untuk menuju rumah Pak Sipri/Mas Iwan. Lapeerrrrr boooowww. Begitu sampe rumah, kami para tamu langsung gak sopan gitu. Gw, Citta, M'Eni dan M'Anta langsung naik, masuk kamar, trus leyeh-leyeh. Tidur-tiduran, cek-cek email, ngobrol-ngobrol, trus begiliran mandi satu per satu. Wakakakak.. sementara di bawah Elizar dan Pak Sipri lagi motongin sayur dan Mas Iwan udah sibuk masak. Dududududu.. eh tapi gw ada partisipasinya lho! Motret.. kikikik... Eh tapi Erwin lebih gak sopan lagi. Soalnya dia tidur di sofa, persis di seberang Elizar dan Pak Sipri yang lagi motong-motongin sayur. Ck ck ck... (sambil geleng-geleng kepala)



Hoke, pertama, sayurnya udah siap, yaitu tumis labu siam. Uhuuuuyyyy... tentunya, dengan real bumbu dwongs, hasil racikan sendiri! Tapi menu utama yang ditunggu-tunggu belum tiba juga. Dag dig dug, perut udah mulai keroncongan, hati mulai cemas. Laper laper lapeerrrrr.. Akhirnya Mas Iwan menyuguhkan menu cemilan (taela, cemilan..) berupa ayam yang dicemplungin ke dalam bumbu rendang kemarin. Hihihihihi.. gw sama Citta udah rada cemas aja. Wah, perut bisa maknyos lagi neh... Tapi ternyata Mas Iwan membaca isi hati kami, sehingga bumbu rendang itu udah dikasih tambahan santan, jaidnya rasa bumbu rendang yang nendang itu tenang. Tssaaahh.. sok berima!

Jadilah kita makan dulu dengan tumis labu siam dan ayam rendang itu. Huuuummm.. nyam nyam nyammm... Secara makan siang kita gak proper banget itu, makan nasi anget dan lauk nikmat tentu amboy benerrrrrr... Hhhh, perut pun kenyang. Penuh? Belom dooongg.. kan masih menunggu menu utama.



Inilah dia menu utama kita! Ikan bakaarrrr... *menitikkan air mata*

Hadooooohhh... piring langsung terisi lagi dong dengan cuilan-cuilan ikan. Mbak Eni udah menyiapkan sambel andelan dia yang puedues banget. Eh ini katanya anak-anak lho, lah kan gw gak makan pedes, hihihihi.. Mas Iwan makan sampe megap-megap, mukanya merah dan keringetan karena sambelnya M'Eni, sementara si pemilik sambel tenang-tenang aja di boncengan. Sepanjang sesi makan, Mas Iwan gak habis-habisnya memuji sambal bikinan M'Eni serta menyesali kenapa beli ikannya cuma satu bungkus yang isinya 6 ikan. Aaaahhh... kita mah gak bakalan bisa berenti kalo makan ikan beginiiihhh...

Jam 11 malem, Anto baru balik lagi ke rumah Pak Sipri/Mas Iwan. Rupanya dia ketiduran. Dwoooohh.. payah deh luuu, miss all the fun! Sebagai penghapus rasa bersalah, Anto dateng dengan dua botol anggur putih. Ah untungnya kita juga mawas diri dalam makan ikan 'Nto, karena kita nyisain sepotong ikan, beberapa butir nasi dan sejumlah suap sayur buat elu, wikikikik...

Naaahh begitu Anto dateng, gw dan Citta mulai siap-siap. Psssttt.. asal tau aja ya, beberapa pekan sebelum trip Manchester-Liverpool ini, Elizar itu ulang taun! Tanggal berapa? Mbuh lah lupa.. ada deh pokoknya di Birthday Reminder-nya Friendster! Wakakakkaka...

Gw dan Citta menuju kulkas, membuka kotak kue yang udah dibeli Anto dan Erwin sejak hari Jumat malam di Sainsburry. Kue coklat kecil, yang terlihat nyamnyam banget. Sebetulnya Elizar udah bobo di sofa, di ruang tamu tempat kita ngumpul, ketawa-ketiwi, becanda becindi, makan dan minum-minum dari tadi. Settt, lampu dimatiin. Pinjem lighter dikit dari Mas Iwan.



"Happy birthday to youu.. happy birthday to youu.."

Elizar tetep gak bangun. Reseeeeeeee... Udah beberapa baris gitu kita nyanyi, Elizar ya masih tidur aja. Padahal Citta juga udah rada akrobat gitu bawa kue sambil nyalain lighter, maklum, gak ada lilin ulang taun. Akhirnya Elizar bangun juga, dengan muka kaget banget karena tiba-tiba kan ruangan gelap dan ada lighter yang nyala deket muka dia, hahahahah.. Pusing dah dia, wong ulang taun udah liwat.. hihihhi.. tapi gapapa dooongg. Yang penting kan.. "Potong kuenya... potong kuenya sekarang jugaaa..."

Sialnya, kita lupa memastikan supaya potongan kue pertama dikasih ke Erwin! Huhuhuhu.. masa dynamic duo tidak saling mengingat pas potong kue ulang tauuun.. hadooooh... ke'mana ini... (hihihi, ini gaya bahasa Aceh-nya Elizar banget nih!) Seedeeppp deh ini kuenya. Dalam waktu singkat, kue ulang taunnya Elizar udah tandas dari muka bumi dan beralih ke dalam lambung kami semua.. uhuuuyyy.. sedep sedeeppp.. boleh nih besok2 beli kue gini buat cemilan.. *he? cemilan?*

Di malam kedua ini, gak ada yang sanggup buka mata lama-lama. Akhirnya semua orang bersiap-siap tidur. M'Eni, Citta dan M'Anta udah langsung ngelungker di balik selimut, sementara gw masih sibuk browsing di internet mencari tempat seru untuk dicari di Manchester. Trus Anto dan Erwin sempet masuk ke kamar kita, untuk nebeng nonton film sebentar. Tapi gak lama, ya udahan, karena film 9 Songs ini agak 'berisik' dan membuat para peserta tidur itu agak kebangun. Jadinya ya sudah, Erwin dan Anto balik ke kamar sebelah deh.

Oahem.. bobo dulu deh boooww.. Besok masih ada tugas jalan-jalan di Manchester nih!

Manchie Munchie

Trip kali ini adalah Manchester dan Liverpool! Yuppiee.. wah asik bener nih bikin persami tiap bulan gini, bertandang ke dua pulau dalam satu sabetan, hihihi.. Nah, jadi kali ini perjalanan dari Jumat 17 Maret sampai Minggu 19 Maret yak. Keunggulan gw sebagai travel agent kembali dipertaruhkan!

Seperti mudah diduga, ditebak dan diperkirakan, gw jadi pemandu sorak dari London, haha. Rombongan kali ini adalah gw, M'Eni, M'Anta dan Citta. Seperti biasa, kita naik kereta menuju kota tujuan, yaitu Manchester. Kereta kali ini adalah Virgin Trains, naik dari Euston jam 8 malem, lalu nyampe di Manchester jam 10.30 malam.

Sebelum gw dan M'Eni berangkat dari rumah, kita mampir dulu ke fried chicken andelan, Kings Roaster. Soalnya, sebelum berangkat, gw sempet sms-an sama Erwin yang rikues ayam itu. Wakakaka, gila nih Erwin, kayaknya mulai ketagihan yang gak sehat, hahaha. Abis beli ayam buat Erwin, tengok jam, waduh gawat, terancam telat neh. Trus kita buru-buru jalan ke halte terdekat. Liat di papan, eh ternyata bis 205 ini lewat di Euston. Hayoh, tancap gas.

Begitu mendekati Euston, kita sok cool dan yakin aja kalo 205 akan mampir di stasiun Euston. Karena itu, kita cuek aja dan gak turun ketika bis lewat di seberang Euston. Ealah, ternyata itu bis belok kiri dan menjauh dari Euston. Waduh gawat, mana jauh pula jaraknya. Abis itu kita menanti halte terdekat berikutnya, eh trus dia belok ke jalan yang ada plang panah menuju Euston. Wah, berarti ini beneran ke Euston nih? Hayolah kita tunggu beberapa saat. Ealah, ternyata beneran ngawur ini prediksi kita. Bla bla bli bli, kita mesti naik 73 ke arah rumah untuk bisa nyampe ke Euston. Wakakakakak.. sok ribet gitu deh jadinya perjalanan ke Euston!

Kita nyampe di Euston ini udah rada ngepas, setelah dapet 2 miskol dari Citta dan 2 telfon dari M'Anta. Kikikikik, maafkaann...

Hap hap hap, nyampe juga kita di Virgin Trains yang akan membawa kita ke Manchie. Kita duduk di coach A, paling depan. Asik, biar cepet nyampe... *apa seh*

Dengan rentang perjalanan 2 jam, tentu saja yang perlu di-update adalah gosip-gosip artis serta sejumlah cerita-cerita gak perlu lainnya. Hahahaha... Kebetulan kita berempat duduknya berhadapan gitu, dengan meja di antara pasangan tempat duduk itu. Jadinya ya lebih gampang. Sejak duduk di bangku kita masing-masing, gw dan Citta udah ngeluarin bahan pengkeder alias sarana bikin keder. Gw ngeluarin buku, Citta ngeluarin fotokopian. Ceritanya siiihh.. mau belajar dalam perjalanan. Tapi kenapa ya kok gak jadi? Ah entahlah.. hahahha..

Selain bertukar gosip artis-artis ibukota, dengan sangat terpaksa kentang goreng, dari paket ayam Kings Roaster yang dibeli khusus buat Erwin, dicomotin satu per satu. Huhuhu, abis gimana dong.. laper siiiihhhh.. Abis itu tiba giliran biskuit-biskuit mini M'Anta dan coklat mint oleh-oleh dari Nenny. Yuppieee.. gembul.. gembul.. gembull... *ah gapapa dong, namanya juga lagi winter*

Kita nyampe di Manchie lebih lambat dari jadwal semula. Hadoh, gak terlalu asoy juga nih perjalanan dengan Virgin Trains. Perasaan sih keretanya lebih kecil dibandingin GNER yah, dan lebih remang-remang gitu lho lampunya. Lorong antara sisi kiri dan kanan bangku itu rapet banget, jadinya gak lega gitu lhow. Ditambah lagi, dikit-dikit ada pengumuman dari masinis gitu. Dari yang ngasih tau stasiun yang akan dituju sampe ngasih tau coffee machine udah beres dan bisa digunakan lagi. Hadooh.. mass berisik massss...

Dudidamdidam.. nyampe juga lah akhirnya kita di Manchie. Dari jauh sudah terlihat Mas Iwan dan Pak Sipri yang menghampiri kami. Hai kaliaaann.. Selamat berjumpa dengan Pak Sipri! Abis kan ini kali pertama gw ketemu Pak Sipri gitu lhow.. Nah, terus bergabung juga deh dengan Elizar yang dateng dari York.

Trala trilili, kita berjalan lah di kegelapan malam itu menuju halte bus terdekat. Lho, tapi mana Anto dan Erwin? Anto ini mestinya bagian dari pagar bagus Manchie yang menyambut kedatangan Londoners, tapi kok ngilang? Erwin juga, mengingat dia udah nyampe di Manchie (dari York) sejak siang. Tarrraaa... tiba-tiba muncul lah mereka itu, meski awalnya sok-sok ngumpet gak jelas gituh. Akhirnya, rombongan kumplit juga: 9 orang!

Naik bis dulu neh, sebelum akhirnya nyampe di rumah Pak Sipri-Mas Iwan (selanjutnya disingkat sebagai PSMI... yaolooh.. tambah repot ngkaliiii..). Rumahnya kecil, dua tingkat gitu, standar rumah di Inggris gitu deh. Begitu kita masuk, trus mau rehat sebentar di ruang tamu, eh disuruh langsung ke atas, ke kamarnya Mas Iwan. Hoooo boleeee... Trus abis itu kita ke bawah lagi dong.

Tentu saja kita bergegas turun ke bawah dan bergerak menuju dapur. Sambil agak lompat kecil-kecil gitu deeehh... Soalnya, iming-iming dari Mas Iwan sejak kita belum berangkat udah menampakkan bentuknya di dapur.



RENDANG!

Yummmieeehh.. tentu saja, patut diingat di sini bahwa rendang ini adalah buah karya Mas Iwan. Lalu, apa yang membedakan rendang Mas Iwan dengan rendang gw misalnya.. Ooo banyak dong. Pertama, rendang gw selalu punya kemungkinan untuk gosong. Kedua, rendang Mas Iwan udah pasti pake bumbu asli hasil ngeracik. Nah, di situlah gw keok, karena udah jelas setiap masak gw ngandelin bumbu instan, hihihihi...

Buru-buru dong kita ambil piring, nyendok nasi, ngambil rendang plus bumbu-bumbu, lalu duduk manis di ruang tamu. Mari-mari makan semuanyaaa... Apalagi yang bisa mengalahkan nikmatnya makan rendang hasil racikan Mas Iwan jam 12 malem, yang mana semua daging-daging itu HANYA akan berubah menjadi lemak dan tidak menjadi bahan-bahan lainnya... ooohhh... nikmat toooohhh..

Tapi... MAKNYOS! Rendangnya pedessss pissaaaaaaannnn... Gw sama Citta udah megap-megap gitu makan rendang. Enak sih udah pasti, tapi megap-megap kepedesannya itu lho yang bikin kecepatan makan kita berdua makin ngebut. Huhuhuu.. kan gw jadi gak bisa menikmati rendangnya gigit demi gigit... Dan itulah, kalo makan kepedesan, makannya jadi cepet, trus jadi bawaan nambah. Kan gak baik toh? Betul? Betuuull...



Sesi terakhir adalah ngumpul di kamar Mas Iwan sambil nonton Memoirs of the Geisha. Yang lain khusuk nonton, dengan layar monitor super duper geda di kamar Mas Iwan, kamar nan hangat, dan lampu dimatiin biar berasa kayak di bioskop, walaahh.. Anto malah kumat. Dikit-dikit komentar. Tentunya, komentar gak penting dan gak perlu, wikikikik..

Zzzzz... akhirnya kita tidur jam 3 pagi. Wah, beauty sleep wassalam dah.

Friday, March 17, 2006

Best Buy

Ini dia pembelian terbaik gw! Horeeee...



- How To Make Love Like A Porn Star
- The Q Book of Punk Legends
- The Top 25 Censored Stories

Coba tebak harganya berapa?

£10 sajaaaaa... hadoooohhh senangnyaaa... Kali ini, silahkan mengkonversi ke rupiah!

Sialnya, kenapa gw baru tau keberadaan toko buku murah meriah ini kemarin? Oooohh.. nestapa hidupkuuu.. Padahal ini tempat jualan buku cuma sepelemparan tisu dari SOAS. Tepatnya ada di University of London Union (ULU). Huhuhuhu, deket banget!

Kemaren-kemaren sebetulnya gw tau ada book sale di situ, tiap hari Kamis-Jumat pas term time (dan gw udah melewatkan hampir 2 term sia-sia begitu saja??? huhuhuhu). Tapi gw gak pernah mencari tau banget di mana lokasi jual buku ini. Sempet nyari sih, tapi cuma di ground floor aja, sementara si toko buku ini ternyata ada di lantai 3.

Well, gak sungguh-sungguh toko buku sih. Pokoknya dia jual buku-buku bekas, di salah satu ruangan yang ada di dalam gedung ULU ini.

Tapi itu lho, tetep aja. Kenapa gw baru taunya kemarin ya? Payah payah payaaaahhh...

Tahukah Kamu?

Kemarin gw dateng ke diskusi berjudul "Queer Transformation: The Portrayal of Gay and Lesbi Character in Indonesian Films". Pembicaranya tentu saja Ben Murtagh dwongs.

Di presentasinya, Ben cerita soal film-film Indonesia yang memuat tokoh gay dan lesbi. Ih gak nyangka, ternyata banyak bener yak. Dan ini terjadi sejak sebelum tahun 90-an. Idih gile, top banget ternyata.

Ada Istana Kecantikan (1987), yang menampilkan tokoh gay. Yang main film ini tuh Nurul Arifin dan Mathias Muchus. Wadoh, enggak banget deh itu Mathias Muchus dengan kumis tipis gituh, huhuhuhu. Narasi film ini juga ribet banget, tentang A dan B yang adalah pasangan gay, di mana salah satunya buka salon. Kemudian si A menikah dengan C (perempuan), tapi kemudian mendapati bahwa B tidur dengan C. Karena sebel, trus si A ini berusaha membunuh istrinya (C), tapi salah nusuk, jadinya nusuk si B. Film ini berakhir dengan A masuk penjara. Untuk pertama kalinya gw ngeliat footage film langka ini, meski kualitasnya udah jelek banget, huhuhuhu..

Lalu ada Gadis Metropolis (1991), yang menampilkan tokoh pembunuh lesbi. Di akhir cerita, si lesbi ini juga masuk penjara karena membunuh orang. Hadoh, keren amat bow! JB Kristanto dalam buku "Katalog Film Indonesia 1926-1995" menulis kalau yang penting dalam film ini bukan ceritanya, tapi tokoh yang ditampilkan di dalamnya. Hihihi, pasti lah, film Indonesia jaman itu kan pasti ceritanya ajaib-ajaib. Belum lagi tampilan co-ce di jaman itu yang.. hadoooohhhh... rambut megar-megar gitu deh buat ce-nya, hihihihi...

Tapi kenapa mesti masuk penjara? Ben mencatat bahwa di dua film ini, kedua tokoh tidak masuk penjara karena orientasi seksualnya, tapi karena kelakuan mereka yang membunuh orang. Well, at least they are not judged by being homosexual.

Selanjutnya tentu ada Kuldesak (1999). Tokoh Budi dan Yanto itu kan diliatin ciuman. Kalo versi bioskop Indonesia sih ciuman itu di-blurred-kan, tapi khusus LIFS kemarin kita berkesempatan untuk ngeliat versi uncensored. Yang bikin sedih tentu saja adegan pas Budi dipukulin orang-orang karena dia adalah gay. Huhuhuhu...

Tahun 2003, ada film Arisan. Tokoh Nino dan Sakti tentunya dwongs. Kalo menurut gw, tokoh gay di film ini ditampilkan berdasarkan sterotype gay di Indonesia. Misalnya pas Nino angkat gelas, dengan jari kelingking yang terangkat. Itu kan sempet dijadikan penanda seseorang itu gay atau enggak. Atau dengan Sakti yang makein eye shadow buat Meimei. Jangan lupa juga tokoh fotografer majalah yang naksir Sakti itu. Yang gw demen ya line-nya si fotografernya itu:"Uuuh, relationshipnya sama lekong atau perempewi?" Kikikikik... Ternyata Ben punya interpretasi yang agak beda soal film Arisan ini. Soalnya film ini kan emang tentang upper class people, yang sebetulnya juga gak nerima kehadiran gay, makanya Sakti parno gitu kalo ketauan dia gay. Lalu mereka juga digambarkan sebagai pasangan yang setia, monogami. Lalu apa ini berarti kalau jadi gay yang bisa diterima adalah jadi gay di kalangan tertentu upper class dan being monogamous?

Ada lagi Tentang Dia (2005). Ini gak teges-teges karakter lesbi sih, tapi ini dua perempuan kan sahabatan deket banget ceritanya. Gw sendiri sih belom nonton film ini jadi gak bisa komentar banyak.

Virgin (2004)kesayangan gw tentu saja gak ketinggalan dong! Semula gw lupa adegan mana yang dimaksud Ben sebagai menampilkan tokoh gay. Ternyata pas acara ulang taun yang didatengin sama trio Virgin ini. Si co yang ulang taun dijadiin obyek lelang. Laki-laki atau perempuan yang mengajukan penawaran harga tertinggi bagi si co, bakal bercinta sama ini co. Tak dinyata tak diduga, ada co yang nawar dengan harga tinggi. Wakwaawww... kikikikik...

Dan gw juga diingatkan bahwa Janji Joni (2005) juga menampilkan tokoh gay. Inget bagian awal banget film ini? Pas tiap orang dikenalin begitu terlibat dengan film di kehidupan sehari-hari itu lho. Orang ketiga (ce) suka film Last Samurai, begitu juga dengan orang keempat (co) yang suka film itu karena Tom Cruise itu seksi banget. Lalu pas adegan di toilet, yang dimainin sama DJ WInky dan Tora Sudiro itu lhow, ketika mereka ngobrol soal finding soulmate. Tapiiiii yang ngganjel adalah ketika Joni nyari taksi setelah motornya dicuri orang. Soalnya kan ada salah satu taksi yang supirnya agak 'melambai' gitu dan Joni memilih untuk tidak menggunakan taksi itu, meskipun dia sedang sangat terburu-buru untuk sampai bioskop. Huhuhuhu, mestinya adegan itu gak ada aja tuuuhhh...

Terakhir, Detik Terakhir (2005), yang tokohnya adalah lesbi. Huhuhu, gw belom nonton film ini nih...

Nah, banyak juga toh? Gile ya. Besok-besok gw mesti merhatiin lagi deh film Indonesia yang gw tonton dengan cermat supaya bisa mengamati gimana gay/lesbi digambarkan di film.

Hihihi, gw jadi inget lagi presentasi Ben kemarin. Dia mengacu pada buku Arisan, pas tulisannya si Surya Saputra. Di situ, dia menegaskan bahwa meskipun dia memainkan tokoh gay, dia bukanlah gay. Hihihi, penting banget ya bow ternyata untuk menegaskan bahwa dia itu bukan gay. Sama kayak pemerannya Brokeback Mountain yang juga menyempatkan diri untuk bilang bahwa dia bukan gay.

Kekekeke, masih parno ya orang-orang sama gay? Ck ck ck ck...

Thursday, March 16, 2006

Nasihat Terbaik

Beberapa hari ini gw bermasalah terus sama perut gw. Berasanya tuh asam lambung gw naik aja, jadinya sakit di ulu hati, trus berasa mual gitu. Gak jelas deh. Yang pasti, gak enak rasanya. Karena berasanya pingin gelege'an kampungan gitu. Huhuhuhu, mana sakit pula gitu rasanya kalo gelege'an. Ditambah lagi, kalo di kelas, mana mungkin pula gw gelege'an sembarangan?

Walhasil, gw konsultasi dong sama Rini. Ada dokter gratis di London, marilah kita ajak berdiskusi soal kesehatan, hihihihi. Tadi pagi gw ceting dong ke dia, dan kita terlibatlah dalam konsultasi seputar masalah pencernaan gw.

Bla bla bla, gw cerita dong masalah pencernaan gw di mana. Makan gw teratur, well kurang makan buah sihh.. tapi kan minum jus! Eh ngaruh gak ya? Minum air putih? Huhuhuhu, gw gak doyan air putiiihhh.. gimana doong?

Setelah mencermati gejala-gejala penyakit gw, Rini bilang, asam lambung itu naik kalo lambung dalam kondisi kosong, karena gak ada yang harus dicerna. Asam lambung itulah yang kemudian mengiritasi permukaan lambung. Lalu apa solusinya? Menurut Rini, setiap 4 jam sekali, gw harus memastikan lambung gw tidak kosong.

Wait wait. Coba mari diulang... Lambung gw gak boleh kosong, dan itu mesti dipastikan tiap 4 jam sekali...

Mari kita artikan ini dalam bahasa manusia.. berartiii.. gw mesti makan terus tiap 4 jam sekali? Yeeiiiihaaaaaa... idih top banget neh nasihat bu dokter!

Rini buru-buru meluruskan. NGEMIL.

Ah kamyu, kenapa juga mesti pake huruf besar.. biar gw merasa berdosa ya kalo gw ngemil dengan main course? Kekekekek...

Wednesday, March 15, 2006

Resonance of Bali

Barusaaan aja gw balik dari kampus, abis liat pertunjukan tari dan gamelan Bali. Tentu saja gw dateng untuk nonton Mbak Made, istrinya Mark Hobart itu lhow. Soalnya Mbak Made ini bakal tampil menari.



Acara ini judulnya Resonance of Bali, diisi oleh Gamelan Lila Cita dengan Lila Bhawa Dance Troupe. Di bagian awal, yang ngisi adalah ibu-ibu KBRI gitu deh, plus ada tarian burung. Anak-anak kecil gitu yang nari, huhuhuhu.. lucunya kamu nak..

Abis itu baru deh si Gamelan Lila Cita ini. Isinya bule-bule semua gitu, eh ada deng satu orang Bali-nya. Tentu saja mereka lebih jago main gamelan dibandingin rombongan ibu-ibu KBRI itu. Waduh, asik banget tadi permainan gamelannya.. meski gw harus nonton dengan kondisi ulu hati sakit dan rada migren.. huhuhuhu...



Yang pualing tuop tentu saja pas Mbak Made ini nari. Hadoooh gile dah itu orang top banget emang. Tarian tadi itu hasil koreografi dia. Secara gw gak pernah paham soal menari, buat gw tentu saja dia hebat banget. Tariannya sangat sangat sangat dinamis dan asik banget. Ilang deh migren gw sepanjang nonton dia nari. Ih tumben. Padahal biasanya migren gw ilang kalo lagi di toko, kekekekek...

Pertunjukan tadi itu tuh di Brunei Gallery-nya SOAS. Tempatnya tuh besaarr, pas deh buat pertunjukan panggung tadi. Dan, tadi itu.. PENUH BANGET. Gile deh, sumpah penuh banget. Gw aja sempet mesti duduk di anak tangga gitu karena gak kebagian duduk. Pas Gamelan Lila Cita ini memperkenalkan diri, baru deh ketauan kalo Marty dkk alias rombongan KBRI pada dateng. Wesss.. top dong. Sering-sering aja ke SOAS cing :D



Acara kelar sekitar jam setengah sembilan gitu deh. Ketemu Djatu dong, huhuhuhu sayangnya dia melewatkan tarian Mbak Made, karena dia dateng pas bagi-bagi door prize. Karena masih rame banget orang, akhirnya kita bertiga masih ngobrol-ngobrol dulu di deket pintu keluar, gw, M'Eni dan Djatu. Ngobrol-ngobrol sembari poto-poto dikit lah, standar. Juga sembari nungguin Mbak Made nongol, karena kita pingin foto bareng dia dalam kostum nari. Ealah, sialnya kita nemu Mbak Made udah dalam kondisi ganti baju. Huhuhuhu.. padahal kostumnya tuh keren pisan bow. Tapi teteup dong, mana ada yang bisa ngalahin niat buat foto bareng? Hihihihi..

Lalu kita melihat Marty dan istrinya. Ooo beneran ada Marty toh, hai kamyu. Trus tiba-tiba dia bergerak ke arah kami. Lho lho, apa-apaan nih. Eh beneran, dia bener-bener nyamper ke arah kita bertiga. Salam-salaman dong, "Hai Pak Marty!" Abis itu biasa dong, tanya-tanya kuliah di mana, memuji pertunjukan dan lain-lain. Untungnya kami bertiga adalah warga SOAS, jadi berasa berperan sebagai penerima tamu yang baik gitu. Trus dia terlihat antusias (atau ini perasaan gw aja? kekekekek..) begitu dia tau M'Eni kuliahnya itu social anthropology. Soalnya si istrinya Marty langsung menimpali,"Kayak Nisa yah." Oh betul sekali tante, anak tante itu emang sama-sama di social anthropology.

Abis itu sempet ngomongin soal pertunjukan tari dan gamelan Bali tadi. Mumpung udah masuk wilayah situ, gw sekalian aja ngasih tau dia kalo besok ada diskusi tentang film Indonesia lagi, tentang karakter gay dan lesbian dalam film Indonesia. Hayah, dasyat kan tuh! Trus Marty terkejut dong, karena kan London Indonesian Film Screening (LIFS) udah kelar. Dengan baik hati terus gw jelaskan kalo emang acara besok itu adalah acara yang berbeda. Yeah, kali-kali dia berminat dateng, kikikik...

Marty itu emang menawan hati deh. Setelah ngobrol-ngobrol itu, dia ngeluarin kartu nama lalu dikasih ke gw, Djatu dan M'Eni. Waduh, gimana nih, kita kan gak bisa keluarin kartu nama juga. Kalo gw keluarin oyster card gw, gimana? Kekekekeke... Sambil ngasih kartu nama, Marty bilang gini,"Nanti kalau ada apa-apa, kalau ada acara yang butuh didukung KBRI, bilang-bilang aja sama saya. Gak usah repot-repot deh, langsung aja bilang sama saya. Kalau ada masalah kuliah misalnya, juga bilang-bilang ya sama saya."

Aduh, kamyu. Ekye jadi terharu. Kamyu baik sekali sebagai dubes... jadi pingin poto bareng, kekekekek...

Meski ramah banget, Marty bukannya gak ada kekurangan. Berhubung tinggi kita sepantaran gitu yak, jadi wajah Marty itu kan terlihat jelas sekali ya bow. Aduh, maap-maap neh, kayaknya Marty lagi kurang merhatiin penampilan dia deh. Gengges bow, alias mengganggu benerrr deh itu kalo memperhatikan wajahnya. Resik sih seperti biasa, dengan rambut belah pinggir gitu. Keren mah masih, Marty kan emang keren.

Tapi itu lho. Hadoh, sumpeh deh gengges banget...

Kumisnya gak rata tebelnya di sisi kiri dan kanan.. huhuhuhu... genggessss... yang kiri lebih tipis gitu dari yang kanan.. huhuhuhu.. hadooohhhh... mbok ya ngaca gitu om.. Ntar kita kasih tau lewat Nisa deh yak, kikikikik...