Sunday, April 30, 2006

Jasa Proofreader

Neny yang semalem nginep di tempat gw ternyata membawa pencerahan tersendiri bagi kehidupan akademik gw di masa-masa mendatang. Tsah, ini kalimat bombastis amat...

Jadi semalem itu Neny nginep di tempat gw, setelah seharian kemaren (dan hari ini) rapat PPI UK. Trus tadi pagi kita sarapan bersama dong, berbagi suka duka tentang essay. Beneran deh, yang miss-all-the-fun dari semua kelaknatan bernama essay kayaknya Tika doang, wikikikik...

Dalam perbincangan soal essay itulah, Neny cerita soal jasa proofreader yang dia gunakan. Wooo ada toh jasa proofreader... Gw pikir selama ini tuh ketika orang ngomong 'proofreader' ya minta dibacain sama temen aja atau kita sendiri lah yang baca itu tulisan dengan jeda beberapa waktu dari tulisan itu dibuat. Biar fresh itu otak ceritanya.

Ternyata Neny (dan Pauline) adalah pengguna jasa proofreader. Proofreader-nya Neny itu tuh profesor di English Course-nya Birmingham University (atau University of Birmingham? Ah whatever dah) Neny memilih si proofreader yang ini karena secara tu orang dosen di kampus juga gitu, jadi dah tau lah style essay yang diinginkan. Jasa proofreader itu adalah seharga £20 per jam. Lho, kok jam-jam-an? *kayak hotel check-in* Soalnya satu jam itu biasanya dihabiskan untuk membaca essay sepanjang 3000 kata. Jadi kalo essay-nya lebih dari 3000 kata, ya berarti bayar lebih dari £20. Ooohhh gituuu...

Tadi Neny sempet buka email di kamar gw, trus dateng lah itu revisi essay Neny yang dibalikin sang proofreader. Essay-nya udah dikoreksi lengkap dengan coretan-coretan berwarna biru dan segala macem. Kalo kata Neny sih kalimat dia gak ada yang diubah, tapi dimodifikasi dikit aja dan jadi lebih enak dibaca.

Seketika gw kagum dong sama Neny. Secara dia pake proofreader segala buat essay-nya, berarti essaynya itu kelar jauh-jauh hari sebelum deadline. Karena kan mesti di proofread dulu itu. Idih gile, top bener. Gw langsung teringat essay horror gw yang baru kelar tanggal deadline jam 12 siang itu.. dudududu...

Kemudian terbersit (inget, cuma terbersit!) pikiran mulia bahwa disertasi gw kelak mesti pake proofreader. Huhuhuhu, disertasi kan 10 ribu kata. Mari kita berhitung, huhuhu berarti butuh lebih dari £60 buat proofreading disertasi.. huhuhu.. mahal.. yaoloh.. huhuhuhu.. gimana dong... kan mendingan buat plesir, makan, beli buku, huhuhuhu.. aduhh.. huhuhuhu...

Ah, hidup emang penuh pilihan-pilihan berat.

Saturday, April 29, 2006

Berjaya di Cambridge

Yang namanya berlibur di negeri bersistem-jual-tiket-aneh ini emang mesti cermat. Bikin essay emang butuh persiapan, tapi ngerancang liburan lebih perlu persiapan lagi. Walhasil, di tengah kegegap-gempita-an essay gw pekan-pekan lalu, gw menyempatkan diri melongok situs-nya toko buku Galloway and Porter di Cambridge dan menemukan bahwa ada sale di tanggal 29 April!

Plesir emang selalu butuh persiapan khusus. Ini serius! Selain pemesanan tiket bus ke Cambridge dilakukan saat gw (mestinya) sibuk essay, lalu semalem gw sibuk mempersiapkan segala sesuatu demi menjelajah kota berjarak 2 jam ngebus dari London itu. Ngeprint peta, ngecek rute bus, ngecek harga tiket bus di Cambridge, ngecek ber-punting di Cambridge, trus berbagi rencana perjalanan bersama rekan-rekan gw hari ini.



Kami yang beruntung untuk bersama-sama ke Cambridge adalah gw, Tika, M'Anta, Djatu-Dedy. Tadinya M'Eni semestinya ikut, tapi berhubung dia masih mesti berbakti sama satu essay-nya yang belum kelar, akhirnya itu tiket dilego ke Djatu, dan M'Dedy pun mencari satu tiket bus untuk dirinya. Syiiiipppp...

Dan sepanjang hari tadi kami menaklukkan Cambridge! Ciihuuyyyy...

Kita semua berangkat dengan bus National Express jam 08.30 teng. Kita bertemu di Victoria Coach Station Gate 3 dan kurang dari dua jam sudah sampai di Cambridge. Hore hore hore. Dari stop-an bus di Drummer Street, Cambridge, kita naik bus Citi3 menuju Chery Hinton Road, tempat Galloway and Porter berada. Cihuuyyy...

Untuuuung aja kita jalan-jalan sama Djatu-Dedy yang udah 4 kali ini ke Cambridge! Kalo gak, sumpah mampus gw gak bakalan tau turun di mana dari bus, huhuhuhu.. Jadi ya untunglah ada mereka berdua, jadi kita pun berhasil dengan selamat sentosa sampe di warehouse alias gudangnya toko buku ini.



Jadi berhentinya di mana? Di bus Citi3 ini, waspada begitu lewat stasiun kereta api, lalu setelah liwat putaran, berhenti pas ada plang biru di kiri jalan bertuliskan 'The Paddocks'. Sialnya itu toko buku emang gak terpampang di pinggir jalan, jadi sangat mungkin untuk gak keliatan. Dari pinggir jalan itu, jalan dikit ke dalem, trus nemu deehh...

Kenapa begitu penting bagi kita di dunia ini untuk berbelanja buku saat sale di warehouse-nya Galloway and Porter? Sebab semua buku berharga £1 sajaaaa!



Aih. Surga dunia emang ada di toko buku ini. Rasanya ingin menari-nari begitu liat ada buku segitu banyak. Ooohhh... Gw langsung berasa gak siap belanja buku gini mengingat gw cuma bermodalkan ransel merah gw, sementara M'Dedy menggeret koper! Huhuhuhu... Kata M'Dedy emang gitu deh, gak niat kalo ke warehouse dengan modal ransel doang, karena orang-orang itu bisa bawa koper atau bawa kardus! Huekekekek.. niattt bener daaahh..



Kita menghabiskan sekitar 2 jam di Galloway and Porter ini. Aih senangnya. Gw pulang dengan 16 buku gitu. Dudududu... Buku penting? Aaaahh enggak juga siiyyy... Tapi kan tetep aja buku itu penting! *membela diri* Kira-kira buku berjudul '101 things to do before you die' itu penting gak? Hmmmm... Atau buku yang ditemukan Tika khusus buat gw berjudul 'The survival guide to cooking in the student kitchen'.. itu penting kaaaannn... Buku yang paling penting tentunya buku yang paling bawah. 'Visually Yoga'. Wessss.. ini menunjukkan dedikasi gw yang tinggi akan berolahraga! Ya gak sih ya gak sih ya gak siiihhh...




Ini Galloway and Porter emang gak ada otaknya. Bayangin aja. Gw barusan menjumlah harga ke-16 buku yang gw beli, mengacu pada harga buku yang tercantum pada sampul belakang buku. Kalo diliat dari situ, maka harusnya gw menghabiskan uang sekitar £ 111.86, sementara gw hanya mengeluarkan uang berapaaa? Cukup £ 14.55 saja! Lihat! Gimana gw gak berasa menemukan cahaya surga di sini?? Padahal ini baru sale general books, apa jadinya kalo ini sale academic books? Gw bener-bener mesti siap lahir batin!

Kelar tengeng leher akibat memilih-milih buku di warehouse nan menawan itu, kita naik bus Citi3 lagi ke city center. Sasaran kita berikutnya adalah Nandos dan makan ayam endaaanggg... hore hore horeee... Setelah gw melakukan kunyahan kesekian, Djatu nanya,"Makanannya gak elu foto?" Ah betul juga. Tapi masa sih menghentikan kunyahan ayam di tengah deraan kelaperan yang mendalam demi foto? Ah ya sudah lah. Kapan-kapan kita makan di Nandos lagi dan poto-poto yaaakkk...

Abis makan, kita jalan lagi ke toko Galloway and Porter berikutnya. Jadi, di Cambridge ini total ada tiga toko buku berplang sama. Satu, si warehouse di Chery Hinton Road. Dua lagi di city center, yang pertama di Sidney Street (used and general books), dan satu lagi di Burleigh Street (children and reduced books). Sipp banget gak siiihhhh... Tapi berhubung kita ada agenda lain, maka cukup ke Sidney Street saja.



Hmmm... apakah agenda kami berikutnya? PUNTING!

Menurut kamus Oxford, 'punt' itu adalah "a long, narrow flat-bottomed boat, square at both ends and propelled with a long pole". Nah, jadi ya gitu deh, kita mau naik itu tuuuuhhh.. Karena Djatu-Dedy dah pernah berpunting-ria, maka jadinya mereka gak ikutan dan puter-puter di city center ajah. Dah kamyu, sampe ketemu abis kita punting yaaa..

Tadinya kita udah ada di ujung Sidney Street, tepatnya di Quayside yang menawarkan punting seharga £10. Wah, gak sesuai keterangan di website nih! Soalnya menurut website yang gw cek kemaren, harga punting itu £8 saja. Gak mau rugi dooong.. Demi ke-merki-an kita, maka kita merelakan diri berjalan sekitar 20 menit gitu menuju Silver Street. Soalnya di sana adalah lokasi punting yang disebut di website dengan harga £8 ituh. Dan voila, berkat kegigihan Tika, maka harga punting yang mestinya teteup £10 ditawar jadi £8! Horeeee... Lah masa iya kita udah jalan jauh-jauh trus puntingnya seharga £10 jugaa.. malesss dahhh...



Abis itu kita beli tiket dan nunggu 20 menitan lagi untuk menuju punt yang akan membawa kita berkelana. Aih aih, senangnyaaaa... Di punt itu tuh disediain selimut dan payung. Senang yaaaa... Trus ada juga orang-orang yang punting dengan sangat niat. Misalnya, mendayung sendiri, membawa teko besar berisi teh (aih kamu, orang Inggris banget seh!) atau bahkan membawa meja plus wine plus gelas kaca tinggi itu! Dasar orang Inggris emang gilaaaaaa... Punting 45 menit doang gitu lhooow... niatttt bener...



Kita akhirnya mulai punting juga deehh.. Total ada 12 orang yang ada dalam punt yang sama. Tentu saja ini punting yang dengan chauffeur alias pengendara alias... punter? Hhuehuehu, ini gw ngasal neehh.. hihihi.. Chauffeur kita bernama Brandon. Eh itu bukan ya namanya? Ah ya pokoknya Mas itu deh.

Di jalan Tika memulai dengan pertanyaan penting pada chauffeur punt-nya: apa nama sungai ini? Lalu sang chauffeur kami menjawab bahwa sungai ini bernama Cam. Lalu di bagian Quayside itu ada bridge hitam biasa banget yang melintas. Dari situlah muncul nama 'Cambridge'. Ampun dah. Gak kreatippppp dah.

Sepanjang 45 menit itu, si Mas menghibur dengan berbagai macam cerita seputar 'The Backs'. Kita ini tuh berpunting di sungai Cam dengan melintas bagian belakang kampus-kampus ternama di Cambridge seperti Kings College dan Trinity College (jangan tanya gw ya kenapa mereka ternama, google gih!) Jadi si Mas cerita lah tentang kampus-kampus ini yang dibangun sejak ratusan tahun silam.



Salah satu cerita awal yang asik adalah soal gedung dengan jendela yang super cilik. Kenapa cilik itu jendela-jendela? Soalnya kalo ada rumah dengan ukuran jendela yang besar, maka pemilik rumah mesti bayar pajak rumah yang lebih mahal. Taelah, naoon...

Atau dia juga cerita soal Prince Charles yang sekolah di Trinity College. Dia itu kan dikawal melulu sama body guard-nya, setiap saat, di mana pun berada, termasuk saat di ruang kelas. Walhasil, pas ujian, si body guard ini pengen ikutan ujian, toh selama ini juga udah masuk kelas dan ngikutin pelajaran. Si dosennya pun ngasih ijin buat si body guard untuk ujian. Gokilnya, hasil ujian si body guard ini lebih tinggi dari Prince Charles! Wakakakakakak. Saking tengsinnya itu keluarga kerajaan, akhirnya si body guard ini disembunyiin jauh-jauh. Lebih edan lagi, keluarga kerajaan minta si body guard ini ganti seksual, jadi perempuan. Termasuk ganti nama, jadi Camilla. Wekekekekek... bisssaaa ajeeee...



Akhirnya kita kelar punting sekitar jam 17.40 dan Djatu udah bulak balik miskol dan sms minta dikabarin ketemu di mana. Hokeh, mari kita ketemu di city center lagi ya! Eh tapi begitu kita nyampe di Tourist Information di Lion Yard, eh ternyata Djatu menyusul ke Silver Street! Lhoooo..



Ya pokoknya akhirnya kita bertemu dan menyempatkan diri melihat bagian depan Kings College dan Trinity College yang tadi kita liatin bagian belakangnya itu. Tentu saja kita gak masuk ke dalem, tapi cukup foto-foto di luarnya aja. Soalnya kalo masuk ya bayar. Masuk Kings College itu bayar £4.50, sementara masuk Trinity bayar £ 2.20 kalo gak salah. Ya males dong. Ngapain bayar selama bisa foto-foto gratis dari luar?



Perjalanan pun kita tuntaskan sekitar jam 18.30 karena kita mesti bergegas menuju Drummer Street, tempat bus National Express berada. Tentunya gw beli makan malem dulu di Subway, daripada di jalan gw kelaperan, trus migren, trus gak bisa menikmati perjalanan? Rugi doong.. jadi mendingan kita makan aja! Eh ternyata sepanjang jalan bukan cuma gw doang yang ngunyah. Kita semua sibuk berkemeresek buka plastik dan tas masing-masing ngeluarin peranti pengisi perut. Tika ngeluarin botol berisi Pepsi 2 liter, M'Anta dengan tortila chips rasa cool (halah), sementara Djatu dengan Oreo plus crisp Walkers rasa flamming hot (yang gak ada flammingnya atau hot-nya sama sekali itu).

Ngunyah-ngunyah sepanjang jalan kita jejali dengan cerita-cerita gak penting, tentunya seputar artis-artis ibukota. Tika muncul dengan cerita Leoni, artis itu lhow, yang pake hair extension trus merasa diikuti arwah gentayangan dan Ki Joko Bodo menyimpulkan bahwa si arwah itu adalah pemilik rambut yang dijadikan hair extension itu. Halah. Lalu Djatu muncul dengan hantu ayam botak di High Gate Cemetery, tempat Karl Marx dikubur. Halah, apa pula itu hantu.. udah ayam, botak pulaaaa... gak keren bangetttt.. huhuhuhu..



Kita nyampe London jam 20.50-an, seperti janji yang diberikan National Express dalam situsnya. Badan lelah, perut kenyang, hati senang, rak buku penuuuhhhh... senaaanggg!

Friday, April 28, 2006

Ah Aku Rindu

Kantor gw mah emang ahoy! Iklannya top banget! Mana pake Slank pula.. *terharu*


[MUSIK] SLANK: Selalu main vonis tanpa tanya-tanya, selalu menyalahkan tanpa pakai sidang...

VOICE-1: Apa yang salah dengan tubuh perempuan?

Musdah Mulia: Dari awal kita sudah telanjur salah kaprah. Kita hanya melihat pornografi hanya dari aspek moralitas. Sehingga yang banyak dilibatkan itu tokoh-tokoh agama. Tokoh-tokoh agama yang nggak mengerti persoalan, lagi.

Umdah El Baroro: Akhirnya yang terjadi bukannya mengatur pornografi yang beredar di pasaran, misalnya berupa media dan VCD (porno), tapi mengatur bagaimana perempuan berpakaian, bagaimana perempuan menampilkan tubuhnya. Bukan menyelesaikan persoalan, malah lari pada persoalan lain.

Becky Tumewu: Saya setuju banget. Saya se-tu-ju banget. Bener.

Cok Sawitri: Pengertian sensualitas kita beda. Pengertian erotika kita beda.

VOICE-1: Apa yang salah dengan tubuh perempuan? Mengapa punya pusar dan paha tiba-tiba mendatangkan pidana? Dan berpayudara dekat dengan pintu penjara?

VOICE-2: Tolak Rancangan Undang-undang Porno. Pesan ini disampaikan Institut Studi Arus Informasi, KBR 68H, PBHI Jakarta, LBH Jakarta, LBH Apik Jakarta, LBH Pers, Perkumpulan Seni Indonesia, Aliansi Jurnalis Independen, Srikandi Demokrasi Indonesia dan Radio Utankayu.

Diundang Lord

Hari ini gw baru aja menemukan surat undangan dari British Council untuk resepsi pertengahan Mei nanti. Entahlah sebenernya ini resepsi apaan, tapi konon ada Lord Triesman of Tottenham yang akan datang. Lord apaaa? Yaa gitu deh.



Yang bikin keder cuma satu aja sih. Tulisan di pojok kiri bawah undangan.
Ya itu. Dress : Lounge suit.

Lah naon. Pigimana itu maksudnyah.

Bang Bing Bung Yuk Kita Nabung

Tadi gw ke bank gw tersayang lagi, HSBC Charing Cross. Kali ini banyak tugasnya. Mau transfer duit ke Tika, trus mau bikin kartu kredit. Soalnya setelah menelusuri calon-calon tiket pulang kelak (duile, masih April dah mikirin pulang!), ternyata mesti bayar pake kartu kredit. Ah ya udahlah, mendingan diurus sekarang aja. Ceritanya kan gw orang yang well-planned banget getoh.. ya gak sih?!

Nah trus tadi gw ke bank, bersama belahan jiwa gw, M'Eni yang sudah kembali menapaki hidupnya di London. Jalan dulu ke Kings Cross, trus naik 91 sampe seberang HSBC. Nyampe deh kurang dari satu jam.



Oke, karena tugas pertama adalah mau transfer duit dulu ke Tika, sebaiknya mungkin kita cut the crap dan jajal pake cash machine alias ATM dulu. Masukin kartu, ketik PIN, hmm oke, ada pilihan transfer antar rekening. Trus disuruh milih, savings atau current. Secara bahasa Inggris dunia perbankan gw cekak ya, tentu saja gw hang mendadak. Current naon? Untunglah ada belahan jiwa gw. Ternyata rekening current itu rekening giro. Ooo mestinya sih gw gak punya ya, oke kalo gitu kita pilih savings. Lhooo ternyata gak bisa..

Kalo gitu kita mesti pake cara konvensional nih, ngantri. Gw longok dulu meja kecil tempat formulir-formulir itu, mana kira-kira formulir yang buat transfer antar rekening. Wah, kok ndak ada. Mumpung antrian nganggur, ya gw tanya aja sama mbak-mbak di loket. O ternyata emang gak ada form buat transfer antar rekening gitu. Yang ada, gw dikasih kertas kosong untuk nulis account details-nya Tika. Siip.. Abis gw isi, trus dia ngeprint selembar kertas yang berisi statement bahwa gw mentransfer uang sekian poundsterling ke rekening Tika. Oke, tanda tangan, beres deh!

Pelajaran yang gw dapat adalah bahwa tiap personil customer service itu tuh beda-beda. Ada yang mensuplai dengan berbagai informasi, ada yang cuma ngasih tau apa yang kita tanyain. Soalnya itu beda antara personil yang ngurusin gw dan yang ngurusin M'Eni.

Ini ketauan pas gw bikin kartu kredit. Bikinnya mah cepet. Tinggal ngasih liat kartu HSBC yang gw punya, trus lima menit kemudian si orang itu balik lagi dengan tiga kertas yang harus gw tandatangani dan kartu akan kelar dalam 2 minggu. Hmm oke deh. Sip. Tapi ya gitu deh, gw yang pemalu dan gatau apa yang mesti ditanya kalo urusan bank gini, jadinya suka speechless gini. Apalagi si petugas yang melayani gw ini gak royal ngasih informasi yang sekiranya diperlukan customer. Huh. Dan ini berakibat gw harus ngantri lagi demi memastikan kartu kredit gw itu ntar direct debit dari account gw. Hihihi, ya maap deh, eke kan suka keder gitu lho kalo di bank...

Pengetahuan baru yang gw dapatkan dari perjalanan gw ke bank hari ini adalah bahwa rekening gw sejatinya adalah rekening giro. Si current itu. Soalnya mbak-mbak yang ngurusin gw bilang kalo gw punya rekening giro, sementara rekening savings gw udah dibuka tapi nganggur karena gak ada isinya. Oooo masa sih gw punya rekening giro? Jadi ternyata selama ini rekening gw tuh rekening giro.. *ngangguk-ngangguk*

Bedanya mayan juga lho. Bunga-nya rekening giro itu cuma 0.60% sementara bunga-nya savings itu 2.7% Lahh mayan doong.. Semula gw ragu-ragu untuk mindahin current account gw ke savings account karena... mmm karena apa ya... mmmm.. ya mau pikir-pikir aja. Cieileh, mau pikir-pikir.. mikir apaan pula. Sempet ngobrol sebentar sama M'Eni, mmm ya boleh deh.

Kalo gitu separo duit gw di current account itu dipindah aja ke savings account. Itung-itung ini cara mulia gw untuk nabung deh. Terharu gak sih : gw pengen nabung di negeri mahal dan kampret kayak Inggris gini, huhuhuhu... Tapi niat mulia mesti dijaga dong. Makanya trus gw menetapkan hati untuk buka savings account itu.

Nah ini dia lagi edannya petugas-petugas customer service: gak ngasih tau nomor account itu kalo gak diminta. Halah. Siwalun. Berhubung gw gak cermat, gw gak ngeh dong awalnya kalo gw gak dikasitau nomor account itu. Dan lagi-lagi M'Eni dan petugas yang melayaninya dikasih tau nomor itu, tanpa diminta. Jadinya ya gw ngantri lagi untuk nanya itu doang. Fiuh.

Mmmm apalagi yang tadi gw lakukan di bank ya? Ooo iya. Gw meng-upgrade kartu debet gw dari Solo ke Switch. Biar dia gak balapan lagi *garing* Kata mbaknya sih Switch itu lebih dikenal secara internasional. Hmmm.. yaa boleh deh. Ingatan gw langsung melayang pada ebay dan barang-barang di toko online lainnya.. ooh...

Eh perasaan tadi gw niatnya mau nabung yak? Damn.

Monday, April 24, 2006

Final Countdown

Dua jam menjelang deadline pengumpulan essay, akhirnya kelar juga ngeprint tiga essay tersayang gw. Kekekek, giliran udah selesai aja baru deh gw bilang 'essay sayang', perasaan kemaren-kemaren gw sebut 'essay laknat', hahaha..

Total ada 14.989 kata yang gw hasilkan dalam waktu sebulan. Banyak ya bo. Gile aja pantes gw kurusan! *beneran lho*

Dalam rangka bikin essay ini gw telah dengan pedih menolak ajakan ke Kew Gardens, nonton Crash di PCC, nonton play-nya Shakespeare di The Globe, mmm apalagi ya? Tapi gak tahan untuk ketemu Arianto juga melakoni program Wok With Wan untuk kedua kalinya!

Tiap essay ini mesti dikasih rangkap dua ke Faculty Office, karena ntar essay ini bakal dinilai sama dua orang. Satu penilai utama, satu lagi buat pembanding gitu. Tadinya gw mau akrobatik buru-buru ngeprint satu kopi dari tiap essay, lalu lari ke kampus (on second thought, jalan juga gapapa kali) dan mem-fotokopi essay ini.

Tapi coba deh pikir-pikir. Fotokopi itu ongkosnya adalah 5p per lembar. Sementara tiap essay gw lebih dari 10 lembar, berarti tiap essay nyaris £1 gitu. Tepatnya, gw mesti fotokopi 50 lembar, berarti £2.5. Mmmm.. sementara kertas dan tinta yang gw beli patungan sama M'Eni masih baru bener. Mestinya sih lebih hemat ya. Eh lebih hemat gak sih? Lebih hemat dooongg.. gw kan gak jago ngitung neh!

Bodo dah hemat atau kagak, yang penting gw gak repot. Huh. *lho kok ngomel sendiri*

Ah tapi apa coba gunanya berhitung kata dan ongkos? Yang penting mah hati PUWAS. Tentu, belum saatnya jingkrak-jingkrak karena dapet ponten bagus, tapi yang pentin p.u.w.a.s karena kerjaan udah kelaaaarrrrr... On second thought lagi, emangnya penting gitu buat gw untuk dapet ponten bagus? Huekekekekek... *penting siy sebenernya, tapi kan kita gak boleh menggantungkan diri sama angka, ya gak*

Hmmm.. Saatnya memikirkan reward buat diri sendiri nih! Mmmm beli apa gitu ya? Atau makan enak? Atau merenungi nasib disertasi gw kelak sambil menyusuri Thames? Aih.

Saturday, April 22, 2006

Mau Marah Gak Sih?

Di glorious Saturday ini (seperti kata Virgin Radio), di tengah eureka moment essay gw ini, gw teringat Tika.



Ini soal tugas essay Tika. Mmm.. emang sih gak bisa ngebanding-bandingin tugas, karena kan fokus tiap sekolah itu beda-beda. Essay Tika yang secuprit mungkin gak ada apa-apanya dibandingin essay-nya Rini, misalnya. Soalnya Rini kan tiap dua minggu sekali pasti dihadang trio essay-presentasi-exam melulu. Belum lagi kuliahnya dia yang kayak SD: tiap hari, dari pagi sampe jam lima sore. Tapi kalo posisinya dituker, Rini mungkin juga pengsan kalo disuruh bikin film sebagai pengganti disertasi. Ya gak sih?

Kenapa gw teringat Tika? Soalnya begini.

Jumlah essay : 1 (SATU DOANG!!)
Jumlah kata : 3000 kata (YAELAH, TIGA RIBU GITU)
Deadline : 31... Agustus...

Mari kita bakar Goldsmiths College rame-rame!

Teman di Kala Duka



Bikin essay itu kan minta dilaknat tuh ya. Bangun pagi pengen ngetik, eh malah update blog. Tidur siang biar malemnya bisa begadang, eh tetep aja nguap dari jam 10 malem. Pasang radio biar gak ngantuk, eh nyanyi. Riset nyari bahan, eh end up di blog orang yang asik-asik. Ngunyah.. eh keasikan.. huhuhu...

Kalo kata Citta, ini dia alesan dia untuk rajin dan tekun belajar di perpus. Selain karena ada co ganteng yang menurut dia sengaja duduk di belakang dia, juga karena dia menghindarkan diri pada makanan-makanan gak berguna.

Aih. Masa iya gak berguna. Itu biskuit McVities enak deh boooo..

Eh ngemeng-ngemeng. Cemilan gw banyak amat yak. Itu bukunya sampe gak keliatan gitu, kikikikik...


PS: kenapa nyari dua ribu kata terakhir buat essay ketiga gw ini susahnya diamput banget ya? padahal semalem gw update blog 1500 kata gak pake mikir, kurang dari satu jam pula. hhhhh..

Friday, April 21, 2006

Tamu dari Berbagai Penjuru Mata Angin

Di tengah deraan essay menjelang deadline geneh, Mas Iwan dateng bersama istrinya, Mbak Eka dan mertuanya. Hualaah.. bad timing banget neeehh... Bukannya gak cinta lhow, tapi kan gw tidak bisa mendedikasikan waktu dan profesionalitas gw sebagai guide London terpercaya! Huhuhuhu...

Berhubung Mbak Eni masih di Makasar, sekali lagi kamarnya gw lego buat Mas Iwan dan rombongan. Siang tadi Mas Iwan dateng, nyampe rumah gw tanpa bantuan (hebat!) lalu sesiangan sampe malem jalan-jalan deh menjelajah London. Sebelum Mas Iwan cabut, dia sempet bilang pengen masakin buat kita-kita. Idih ya ampyuuun... gak usah repot-repot lhoo Masss... *basa-basi* Tapi dia ngotot.. gimana dong.. kekekek...



Lalu siang-siang, sembari mencari wangsit dan mewujudkan eureka moment buat nulis essay, gw mulai berpikir ulang. Dwoh, udah jam 1 siang gitu kali, belum sempet ngontak siapa pun buat acara masak-masak gitu. Lagian gw gak punya modal yang berarti kecuali sekilo beras. Itupun peninggalan (tepatnya, curian) dari dapurnya M'Eni. Huhuhu. Pigimana ini. Ada sih ayam, tapi kan sepotong dua potong doang. Waduh, berarti kan mesti mikirin masak apa, lalu bagi-bagi bahan masakan ke anak-anak, trus nyuruh pada belanja bla bla bla bli bli bli.. huuuuhhh.. repooottt...

Akhirnya dengan berat hati gw sms Mas Iwan, mengusulkan supaya program 'Wok With Wan' (mengutip Tika) ditunda jadi besok. Jadi cukup waktu gitu buat ngasih tau anak-anak. Okeh, delivered. Lalu tak lama kemudian Mas Iwan menjawab sms gw. Menjelaskan bahwa memang dia yang akan belanja dan masak, jadi kita semua tinggal terima beres. Lalu Mas Iwan bahkan menjelaskan bahwa kita bisa rikues masakan apa pun.

Lho! Apa-apaan nih! Dengan tangan gemetar dan hati terharu gw segera cetingan sama Citta mengabarkan berita gembira ini. Huhuhuu.. Asiiiikkkk... Cihuy!

Langsung deh gw bagi tugas sama Citta. Gw nelfon Pauline dan Rini, Citta ngontak Tika dan Sly. Ada M'Dedy online, langsung deh gw kasih tau. Pas gw nelfon Rini, gw terbata-bata nanya menu yang dirikues Rini, mengingat dia yang suka ngigo ngidam masakan Indonesia gitu. Dia langsung bilang, "Telur balado!" Hokeehhh.. gw sms Mas Iwan, mengabarkan jumlah tamu plus menu rikues-an Rini.

Gw melirik jam. Oke.. jam 2 siang. Hmmm.. masih ada waktu sampe makan-makan jam 6 sore nanti. Berarti dalam waktu 4 jam, otak gw ini mesti diajak kerja rodi dikit. Baca dan ngetik. Huhuhu.. essay gw masih kering kerontang neeeehhh... Hokeh. Hap hap hap, baca!

Gak lama setelah gw berniat baik itu, Tika nelfon. "Cit, di rumah kan? Gw di depan pager lo nih." He? Yaoloohh... Ya udah deh gw buru-buru ke bawah menjemput Tika yang naik sepeda. Gile aja. Dia naek sepeda dari Peckham yang ada di zona 15 itu ke tempat gw yang ada di pusat metropolitan? Fiuh!

Ternyata, Tika itu sejatinya janjian sama Mbak Iis di Leicester Square. Mbak Iis dateng dari Reading ke London untuk rapat apaa gitu deh. Di tengah penantian Tika sambil baca buku di taman serasa bule-bule itu, eh ternyata rapatnya Mbak Iis baru kelar satu jam kemudian. Trus tiba-tiba hujan rintik-rintik. Ya udah deh, buru-buru aja Tika berubah haluan jadi ke rumah gw. Berteduh dwongs...

Untung Tika baik hati dan pengertian. Oooh.. permataku.. Jadinya kita berdua diem-dieman gitu di kamar, ditemani sayup-sayup Virgin Radio. Gw baca dan Tika baca. Tekun deh pokoknya. Hokeh.. kayaknya sejam lah dapet nih kita baca-baca.

Lalu telfon gw bunyi. Mbak Iis di ujung sana. Dia ketawa-ketawa dulu dong di awal pembicaraan. Soalnya semalem pas Mbak Iis cetingan sama gw, dia emang sempet nanya,"Cit besok bisa diganggu gak?" Dan dengan kejamnya gw jawab tegas,"Enggak!" Dan voila... tak lama kemudian dia sudah hadir di kamar gw bersama Mas Okta, suaminya.

Yak.. the more the merrier.. semakin tidak konsentrasilah gw membaca... Awalnya sih sok gigih pake headphone trus dengerin lagu, biar gak tergoda ikutan ngobrol. Tapi apa daya.. oh.. kenapa huruf di bacaan gw pada lari-lari gini yak? Aaaahh ya udah deh ngobrol aja deehhh...

Dan berbunyilah sms gw. Mengabarkan berita... mmm.. agak gimanaaa gitu. Mas Iwan. Mengabarkan bahwa dia masih di tengah-tengah Thames, baru akan belanja, jadi mulai masak-masak jam 8 malam. Wakwakdut. Ah ya udah. Koki sudah bicara, apalah yang bisa kita katakan.. Ooh.. Lalu Tika pun eureka moment. Menurut dia, telur balado pasti terlalu gacel buat koki sehandal Mas Iwan. Jadi dia memutuskan untuk menguji Mas Iwan dengan merikues sayur lodeh! Yippiiee...

Tak lama, M'Dedy nelfon. Dia dah nyampe Kings Cross dari Kingston alias London coret, kekekek.. Nah, baru deh dia gw kasih tau kalo acara makan-makannya diundur jadi jam 8, dududuu.. Tapi berhubung dia udah jauh-jauh dateng gichuw lhow, jadinya ya bertahan aja deh. Tak lama, dia bergabung bersama kita semua di kamar gw dan segera bikin indomi karena udah kelaperan, hihihi...



Okeehhh. Gw teteup gigih, mencoba belajar. See, gw gigih banget kan anaknya! Tapi gimana dong, tamu-tamu gw begitu menggoda gitu lhow. Belum lagi tak lama kemudian kloter berikutnya datang, Citta dan Rini, yang dua-duanya abis seharian di perpus ngerjain essay. Aih, kalian tekun deh. Saya bangga pada kalian!

Yak, mari kita berhitung. Mbak Iis dan Mas Okta dari Reading, Tika, Citta, Rini, gw, M'Dedy. Tujuh orang. Wekekekek, banyak ya bo! Menunggu dengan perut lapar itu emang bikin suasana agak lebih dramatis. Terbukti M'Okta dan M'Dedy udah ganjel duluan dengan indomi dan kita semua dengan cemilan-cemilan yang ada di kamar gw. Biskuit McVitties coklat yang endang itu, crisp rasa barbeque, trus coklat Cadburry peninggalan dari Neny. Kikiki, cemilan gw banyak ya boooww..



Setelah dinanti-nanti, akhirnya tamu agung kita datang juga! Ooohh.. selamat datang Mas Iwan dan Mbak Eka! Rini langsung sukarela menemani mereka berdua menjajah dapur gw untuk masak. Tepatnya sih mengawasi dengan ketat supaya itu masakan bener-bener segera diwujudkan. Telur balado dan sayur lodeh. Udah pasti, sampe September besok pun itu dua makanan gak bakalan bisa gw masak... Hadoh itu gw Jepun amat! Peace boooowww...



Wok With Wan! Horee.. mulai jugaaa.. Rini mulai motong-motong segala macem, kecuali ngupas bawang merah. Tika muncul dan mulai motong-motong. Gw nyiapin piring dan gelas buat makan ntar serta masak nasi. Dan Citta.. hmm.. dia ngapain ya? Hmm.. oiya, foto-foto dan jadi mandor. Taela, mandor... Tuh liat tuh bahan-bahan masakan kita. Meyakinkan toooh... hihihi...



Di tengah-tengah sesi masak kita, datanglah Sly dari Hendon yang dibenci sama dia itu. Hihihi.. heran, benci kok ya sama tempat tinggal sendiri, kikikik.. Akhirnyaaa dia mau juga ikutan.. meski perlu diancem dan dibentak dulu buat dateng, hahaha.. Tapi setelah melihat peta tube-nya Sly yang udah jadi treasure map yang compang camping getoh sih, hummm.. mungkin itu sebabnya dia males jalan-jalan, huekekekek...



Hokeh. Kita kembali ke acara semula. Mas Iwan sudah berhasil menuntaskan tantangan yang diajukan ke dia. Telur balado dan sayur lodeh! Soal telur balado, ya mohon maaf kalo warnanya gak merah merona. Gw udah jelas gak punya cabe merah. Tomat pun gak punya. Jadinya ya gak bakalan lah ada warna-warna merah. Tapi tentu saja, kami tetap puwasssss... Berhubung seksi dokumentasi acara malam ini (= Citta) kurang giat bekerja *geram* jadinya ya gw gak punya foto teluar balado! Huh!

Aduuuuuhhh.. bener-bener dah ini Mas Iwan top jagoan seibukota dunia akherat! Endaaaannggg boooo telur balado dan sayur lodehnyaaaa! Meski dua-duanya agak pedes bagi lidah gw dan Citta yang rapuh ini, tapi hajar terus bleh! Makan pedes emang gak baik bagi lambung kami, karena begitu ketemu yang pedes-pedes, makan jadi cepet dan bawaannya nambah nasi... eh itu gw aja kali yak? Hihihihi...

Beras sekilo tandasssss dalam tiga kali masak. Sayur lodeh segambreng abis. Telur balado 12 butir berpindah tempat ke perut sebelas orang. Booo banyak bener ya booo makanan dan tamu-tamu gw malem ini!



Satu per satu tamu gw pulai mulai dari jam 10 malem. Mbak Iis dan Mas Okta mesti ngejar kereta ke Paddington sebelum tengah malem, lalu M'Dedy balik ke Kingston yang jauh itu untuk ke ke pub bareng temen-temen sekelasnya. Jadinya yang bersisa masih ada... ya sisanya deh. Banyak seeehh.. Makan-makan kita tutup dengan doa bersama *boong banget* trus makan cheese cake, chocolate eclairs, dan es krim vanila coklat. Waaa Pauline.. you missed all the fun!

Oooohhh.. senangnyaaa.. kenyaaanggg... bahagiaaaa... Makasih Mas Iwan dan Mbak Eka! Kalian telah membuat perut Londoners yang tak pandai memasak ini bahagiyeaahhh..



Pas pulang, udah berasa arisan aje. Semua pada pulang bawa buah tangan gitu. Kotak makan gw yang mini-mini beralih tangan ke Citta dan Rini, pada bawa lodeh dan telur balado yang tersisa. Sementara gw end up dengan cheese cake (amin!), chocolate eclairs (yeah!) dan sebutir telur balado (asik besok gak masak!)...

Mmm.. coba kita liat jam. Tika kayaknya masih di jalan neh, ngegenjot sepeda! Huhuhu.. permataku.. kan udah mayeemm.. (baca: malem).. ati-ati masuk angin yaaa..

Hoyah. Tricky question nih. Kalo kenyang gini enaknya tidur atau ngerjain essay ya?

Monday, April 17, 2006

Daftar Distraction



Dimulai dengan pagi-pagi buka laptop, trus tegor-tegoran sama M'Eni yang ultah hari ini. Hai kamyu, selamat ultah ya!

Siangan dikit, tuker-tukeran lagu sama Victor. Gak aci banget tukerannya. Single terbaru RHCP masa dibarter sama lagunya Inka Christie dan Amy Search! Buuuuullaaan madu diii awaann biiiruuuuuu... tiadaaa yanggg menggangguuuuuuu...

Abis itu mulai deh. Ngobrolin Republik BBM, berbagi gambar iklan (termasuk yang fotonya di atas ini, keren kan?), sampe meng-update dengan perkembangan Depok terkini. Yaoloh, masa sekarang ada Detos. Depok Town Square. Huahauhuahuau.. Abis itu juga ada Margo City. Halaaaahh... Margo = Margonda! Huhuhu... keren benerrrr booowwww...

Udah udah. Ngerjain essay!

Sunday, April 16, 2006

Mari Kita Yoga!



Hari ini gw mencoba yoga dengan baik dan benar, karena semua badan gw pegel linu total. Gile ini, sumpah mati gak pernah olahraga. Olahraga paling rajin cuma ngetik dan jalan dari kamar ke dapur. Gak ngaruh banget toh? Kekekekek... Makanya hari ini gw mencoba yoga dengan menggunakan panduan tertulis yang dikirim sama nyokap ke gw.

Enam bulan sebelum gw berangkat ke London, gw emang sengaja ikutan yoga di Pusat Kebudayaan India. Tujuannya jelas mulia, supaya selama di London gw bisa tetep olahraga dengan memanfaatkan ilmu yoga yang gw miliki. Tiga bulan pertama les yoga, sukses dong. Meski itu berarti mesti banting tulang bangun pagi di hari SABTU, setelah hari Jumatnya maen sampe malem. Huhuhu, perjuangan banget tuh. Rumah gw di Pondok Bambu, yoga-nya di deket Imam Bonjol. Huhuhu. Kalo nyokap gw pas mau nganterin mah ayo. Lah kalo mesti naek bis? Kejam emang dunia ini...

Tiga bulan kedua gw ikut yoga, semangat mulai kendur. Soalnya gerakannya itu-itu melulu. Gak pernah nyampe posisi terbang gitu lho. Atau tidur di atas paku-paku deh, kayak di Tintin. Padahal kan asik dong kalo bisa terbang. Impresif. Kekekekek...

Naaah, mengingat pegel linu gw udah makin akut, jadinya gw tadi yoga. Beberapa minggu lalu nyokap emang udah ngirimin gerakan yoga itu, karena nyokap juga ikutan kelas yoga itu.

Tapi sumpah mati gw pusing banget menerjemahkan instruksi yoga tertulis. Gw lupa blas sama semua gerakannya. Yang gw inget cuma posisi telentang sambil merem. Kekeke, gacel banget mah itu. Ada gerakan 12-langkah gitu yang cuma gw inget sebagai 'gerakan yang susah' tanpa gw inget sedikit pun gerakannya kayak gimana. Huhuhu gawat ini.

Gerakan yoga ini tuh terdiri dalam 4 posisi: berdiri, tidur telentang, tidur tengkurap dan duduk. Tapi proses mengingat gerakannya itu makan waktu banget.

Coba terjemahkan instruksi di posisi berdiri ini:
Stretching lain: tangan terbentang, pegang pergelangan kaki dengan tangan kiri, badan distretch ke samping belakang kiri. Tahan. Gantian tangan kanan.

He? Gimana gimana? Tangan terbentang, oke. Pegang pergelangan kaki dengan tangan kiri? Pergelangan kaki mana? Ha? Badan di-strecht ke samping belakang kiri? Di mana pula itu? Huhuhuhu... pusiiinggg... Tapi untungnya ingatan gw tajam seperti gajah (boong banget) sehingga gw akhirnya inget dan bisa melakukan gerakan ini.

Atau instruksi lain yang akhirnya gak gw kerjain, yaitu gerakan dalam posisi tidur tengkurap:
Relax, lengan ditekuk 90 derajat ditaruh di lantai, kaki ditekuk 90 derajat ditaruh di lantai, arah sama, tahan. Gantian.

Heee? Lengan ditekuk, kaki ditekuk, arah sama? Maksudnyaaaaahhh? Mendingan bikin panekuk dah!

Walhasil yoga yang mestinya gw lakukan dalam waktu 1 jam, cukup 30 menit aja deh, karena sisanya mesti menerjemahkan kode-kode rahasia gerakan yoga yang dikirim sama nyokap gw.

Yang gw paling demen itu instruksi yoga di gerakan-gerakan terakhir, dalam posisi duduk.
- Nafas panjang, sambil mendengung seperti lebah, kaki dilipat (sila khas yoga).
- Bersila, bungkuk, nafas biasa, tahan.
- Selesai.
- Makan bubur ayam.


Kekekekek... yuuukk yuukkk.. makan bubur ayam yuuuuk!

Saturday, April 15, 2006

Anak Dapur



Kayaknya gw makin menikmati kegiatan di dapur. Cieh, ih gw kagum sendiri gini.. Gw gak segetol dulu masak segunung-gunung biar gak masak keseringan. Soalnya lama-lama bega juga kalo makan ituuuu melulu dalam seminggu. Males dey bow. Setelah insiden M'Eni gak doyan soto ayam yang dia bikin trus dihibahkan ke gw dan berakibat gw DUA MINGGU makan soto ayam terus menerus... huhuhuhu, gak lagi-lagi dah!

Sebetulnya sih kemampuan masak gw juga gak berkembang amat yak. Gak terus pulang-pulang gw buka restoran gitu. Ya gile aja. Kalo gw sekolah kungfu dan dapet gelar Master of Kungfu, nah baru tuh bisa.. "You kill my brotha!" Ih apa seh gw...



Let's see, kemampuan gw apa aja ya? Rupa-rupa tumis sayur mah cincay. Selama tinggal potong-potong sayur, cemplungin, lalu ditambah penyelamat masakan sepanjang masa (bawang bombay dan saus tiram), semua beres. Gak ada masalah kalo gitu doang. Andelan sayur pertama gw adalah tumis sawi dan telur, plus minus bakso, crab stick dan udang. Andelan sayur kedua gw ya geng-nya brokoli bareng wortel, paprika merah-kuning-ijo plus minus bakso dll gitu. Mantep dah pokoknya...

Kemampuan gw yang lain apa ya? Hooo iya.. ayam masak.. hm, masak apa tuh ya? Ayam masak kecap? Yaa bentuknya kayak gitu deh. Pokoknya, semua bisa terjadi berkat Amoy All Purpose Marinade. Ih apa jadinya gw tanpa dia.. Kalo kakak gw memasukkan bumbu Kikoman sebagai keajaiban dunia ketujuh, maka gw memasukkan Amoy sebagai keajaiban ketujuh gw. Eh tapi ngemeng-ngemeng, gw jadi lupa deh, sebenernya keajaiban dunia ada berapa ya? Males nginget dan males nge-google neehh...



Hoke, apa lagi yang bisa gw banggakan? Ooo gw tau! Gw semakin pandai memilih bumbu instan! Eh, itu kemampuan bukan ya? Huekekekek... Yang jelas gw menemukan bahwa bumbu Brahim's itu endyang. Bumbu Brahim pertama gw adalah kuah masak merah yang membuat gw teramat bangga dengan masakan enak gw. Oh indahnya bumbu instan! Rini udah merasakan nikmatnya bumbu Brahim ini pas dia jajal masak rendang. Ah, top dah ini bumbu Malaysia..



Nah trus gw juga semakin cermat dan teliti memilih bumbu instan. Gw gak lagi mudah jatuh cinta sama judul masakannya, tapi gw segera membalik bungkus untuk memperhatikan cara masak dengan saksama. Gak lagi-lagi gw milih bumbu instan yang menjebak gw pada makanan lemon chicken. Enak sih enak, tapi instan kok repot gitchuw lhow.



Sebagai anak dapur, tsah, beginilah tampilan lemari dapur gw. Isinya apa aja ya? Bawang merah-putih-bombay, saus tiram, cornflakes, teh tongdji dari Djatu, rupa-rupa bumbu instan dalam plastik putih itu, beras, cadburry chocolate drink, dll. Di samping kompor, gw juga naro rupa-rupa bumbu. Kekekek, ya gak satu pun pernah gw pake dong. Untungnya bukan gw yang beli, karena ini adalah lungsuran dari Yudi dan Sari, sodara gw yang dah balik ke Jakarta itu lhow. Di antara bumbu-bumbu itu tentu udah ada yang kadaluarsa, tapi sutra lah. Mayan bikin temen se-flat keder!



Daaannn.. hari ini, secara gw masih punya utang essay gitu lho, tentu saja gw kembali menambatkan hati pada bumbu instan. Masih dari serial bumbu chicken lemon itu, entahlah merk-nya apa. Yang gw inget, judulnya itu Lee Kuan Yew. Tapi kan gak mungkin dong.. Masa mantan PM Singapura tiba-tiba bikin retail line berupa bumbu instan.. Eh apa iya ya? Ah bukan lah. Kali ini masakan gw berjudul Sweet and Spicy Ribs. Apa gw masak ribs? Ya enggak lah.. pake daging biasa aja lah, wong punya-nya daging, hihihihi...



Sejak gw semakin 'pandai memasak', gw udah gak pernah lagi masak sop. Karena apa? Terlalu gampang! Tsah, belaguuuu.. Juga gak pernah lagi goreng bakwan! Ah untuk yang satu ini gw bersyukuuuurrr banget. Karena tiap kali ide bakwan ini muncul di kepala M'Eni, walhasil gw jadi gadis pemotong bawang. Halah, males dong bow. Masa cakep-cakep motong bawang. Halaahh.. apa pula ini..

Udah udah. Essay masih 0 kata aja malah update blog. Huh.

Thursday, April 13, 2006

Hai Arianto!

Hari ini gw bangun ekstra pagi dengan hati berdebar-debar ingin bertemu Arianto. Siapakah Arianto ini? Hoho, gw gak kenal. Yang jelas, dia adalah laki-laki, aseli Indonesia, umurnya 17 tahun. Meski gak kenal, hari ini gw ngikut kru film yang bakal membuat dokumenter tentang Arianto.

Ini semua dimulai dari sebuah telfon kemarin pagi. Gw mendapat telfon dari seseorang bernama Sarah yang dapet nomor gw dari Mbak Dini. Bla bla bla, Sarah menjelaskan panjang lebar, gw diminta menjadi interpreter buat Arianto yang tengah perawatan dari dokter bedah di Inggris untuk tumor neurofibrioma di wajahnya. Tumor what?



Setelah telfon-telfonan sama Sarah kelar, gw langsung nge-google, mencoba berkenalan dengan Arianto. Arianto ini punya tumor di wajahnya. Beratnya lebih dari satu kilogram karena operasi besar pertama yang dilewati Ari adalah untuk mengangkat 950 gram tumor dari wajahnya. Saking besarnya tumor Ari, dia selalu pusing-pusing dan lehernya terancam patah karena harus menanggung beban berat itu.

Januari kemarin adalah operasi besar terakhir yang dialami Ari di Chelsea and Westminster Hospital School. Dagu, bibir dan hidungnya dibenerin sehingga kembali ke posisi semula. Karena tumor dan rangkaian operasi yang mesti dilewatin Ari , dia mesti bulak-balik Jakarta-London sejak April tahun lalu. Di Jakarta, Ari tinggal di Yayasan Sinar Pelangi yang emang mengkhususkan diri membantu orang-orang seperti Ari.

Menemukan akomodasi Ari ini sempet bikin gw bulak balik gak keruan. Ari ini tinggal di Mary Ward House, di Tavistock Place. Deket tuh sama rumah gw. Tapi petunjuknya adalah rumah ini deket Russel Square. Halah, pusing dah gw. Sempet telfon-telfonan dulu sama Zoe, salah satu kru film yang akan mendokumentasikan Ari ini, sampai akhirnya gw ketemu dengan Mary Ward House. Ternyata gw gak telat-telat amat. Karena beberapa menit setelah gw celingak celinguk di depan rumah itu, Zoe dan Mark datang.

Zoe dan Mark ini adalah kru film dari Firecracker Films, yang mengkhususkan diri pada film-film dokumenter. Mereka udah ngikutin Ari sejak lima bulan lalu, sampe ke Jakarta segala, tempat Ari tinggal di Yayasan Sinar Pelangi. Dokumenter tentang Ari ini nanti akan ditayangkan di Channel Four, bulan September mendatang. Huhuhu, semoga gw masih sempet nonton... Selain soal Ari, juga ada dua orang lagi, satu dari Kamboja dan satu dari Palestina, yang didokumenterkan untuk serial ini.

Naaahh... Firecracker Films ini ternyata PH yang bikin dokumenter "Hunting Emanuelle" yang semalem gw tonton di Channel Four! Idiiihh... keren tuh dokumenter! Tentang film soft-core pertama di tahun 70-an yang dibuat sequel-nya sampe banyak banget plus wawancara sama yang jadi Emanuelle pertama kali. Tooopp...

Hoke, kita kembali ke Ari.



Kenapa mereka difilmkan? Karena mereka semua punya masalah pada wajah mereka, facial disfigurement gitu. Mereka ini ditangani sama lembaga yang namanya Facing the World. Lembaga ini kerjanya emang mengupayakan operasi bagi anak-anak dengan facial disfigurement gitu. Pasien dari Indonesia sejauh ini baru Ari seorang. Naaahh... gini deh tampilan Ari setelah dioperasi beberapa kali...



Sesi pertama adalah syuting di kamarnya Ari. Ceritanya sih dia sambil beres-beres pakean trus ditanya-tanya sama Mark. Dweng dwong, Ari udah kelar ngepak dooong... hahahaha. Jadilah disuruh unpacking dikit sama Mark, trus dimasukin lagi, demi bisa ngambil gambar. Lalu mulai deh sesi tanya jawab yang gw terjemahkan buat Mark dan Ari. Ari-nya sempet grogi gitu. Di beberapa menit pertama dia sibuk aja gitu masuk-masukin baju ke koper tanpa ngomong apa-apa, hihihi..



Abis sesi di kamar kelar, kita menuju salon! Hiyaah, Ari mau potong rambut.. hihihi.. Dia bilang sih potong rambut terakhir itu bulan Januari, jadi sebenernya rambutnya Ari ini belum gondrong-gondrong amat. Ke salon hari ini adalah kali ketiga seumur idup Ari untuk masuk salon, karena biasanya dia potong rambut sama anak-anak yayasan.



Kita dateng ke salon pas salon itu baru buka. Zoe tentunya udah janjian dong sama orang salonnya. Lucunya, si mbak-mbak salonnya gitu yang sibuk sisiran karena dia juga bakal nongol di film, hahaha. Sementara Ari tenang-tenang ngeliat-ngeliat gambar jenis potongan rambut. Dia milih potongan rambut anak jaman geto deh, yang jigrak-jigrak di bagian depan. Mbak-mbaknya sampe berulang kali meyakinkan Ari apa bener mau potongan rambut kayak gitu, karena itu pendek banget. Ari mah yakin ajeh, ya udah, hajar bleh. Liat tuh hasilnya, jigrik-jigrik kan..

Setelah sesi potong rambut kelar, baru deh kita berkejaran dengan waktu. Waktu yang tersisa tinggal 1 jam, tapi mesti ada sesi Ari naik open-bus tour gitu. Jadilah dari salon kita naik taksi menuju Green Park, tempat halte open-bus itu. Idih, mahal juga ya bow naik bis tur gitu, masa £20. Ih, untung gw dibayarin! Padahal gw udah gak ada fungsinya gitu tuh di bis tur, hihihi, karena Mark cuma ngambil gambar Ari doang, sementara gw dan Zoe duduk sebelahan dan ngobrol. Eh jangan-jangan gw belaga gila aja ya ngikut ke bis... huhuhuhu... bodo aaahhh...

Kelar dari tur bis itu, kita ke Chelsea and Westminster Hospital, tempat Ari dirawat dan dioperasi. Mark dan Zoe mau ngambil gambar perpisahan si Ari dengan dokter-dokter dan perawat yang nanganin dia. Lalu kita sempet juga ketemu sama bayi perempuan cantik jelita dari Palestina yang akan jadi pasien berikutnya. Anak ini cantik banget dan yang mau dioperasi adalah bibirnya sumbing. Iiihh, beneran deh ini anak lucu banget. Sekali gw ngacungin jari gw ke genggaman dia yang cilik, gak mau dilepas gitu, hihihi. Tentu saja gw pingin motret dia doong, tapi muka emaknya jutek gitu, gw kan jadi serem...

Di rumah sakit, gw ketemu juga sama bapak tua bernama Pak Wilbert. Gw gatau asal muasal Pak Wilbert ini dari mana, karena kalo gw tanya sama Ari, dia cuma jawab,"Pak Wilbert itu orang Belanda." Udah gitu doang. Tadi sih dia pake topi Unicef ya, ngaruh gak ya? Pak Wilbert ini itungannya interpreter Ari juga deh, karena emang dampingin Ari sejak pertama kali banget nyampe di London. Pak Wilbert ini emang pinter bahasa Indonesia, karena sempet 30 taun tinggal di Indonesia. Idih gile, gw selalu ketemu aja ya bule-bule yang udah puluhan taun di Indonesia...



Sepanjang beberapa jam singkat itu sama Ari, gw gak sempet terlalu banyak ngobrol sama Ari. Karena pindah-pindah tempat, trus bulak balik keluar masuk taksi, jadinya kan ribet gitu kalo mau ngobrol. Yang jelas, dia kangen banget untuk pulang ke Indonesia. Tentunya, dia juga bete sama cuaca London, kikikik.. siapa siy yang gak bete sama cuaca gak jelas geneh...

Pas diwawancara sama Mark dan ditanya soal puas atau enggaknya dia sama hasil operasi, Ari sih bilangnya puas. Tapi setelah ditanya lebih jauh lagi, dia sebetulnya berharap dia bener-bener bisa tampil 'normal', seperti anak-anak lainnya. Soalnya kan hasil operasi itu masih ada 'sisa'-nya gitu lho, meski alis, mata, idung dan bibir Ari udah kembali berada di tempat semula. Gw juga gatau persis apakah operasi kemarin itu tuh bener-bener operasi terakhirnya Ari atau enggak. Ari juga kayaknya sih gatau ya, makanya dia bilang dia berharap dipanggil lagi sama dokter untuk operasi selanjutnya. Duh, semoga bener gitu deh...

Pas di rumah sakit, baru deh gw sempet ngobrol beberapa saat sama Ari. Wesss, ternyata dia selebritis abis gitu. Dia pernah nongol di Indosiar dan TPI serta nongol di koran Lampung Pos gitu (secara Ari tinggal di Lampung gichuw) dan dalam waktu dekat dia bakal nongol di Channel Four.

Gw juga baru sempet nanya-nanya soal penyakitnya Ari itu pas di rumah sakit. Ternyata semuanya bermula dari mata, ada titik putih di matanya gitu. Ternyata itu tumor, terus diangkat lewat operasi di RSCM. Tapi terus ternyata banyak lanjutan dari tumor itu di wajahnya. "Gerenjel-gerenjel gitu, kayak otak," gitu Ari menjelaskan tumornya. Sejak dia umur 7 taun, mulai deh tumbuh tumor itu di wajahnya. Dan di umur 17 taun sekarang ini, baru dia bisa dioperasi dan terbebas dari tumor yang bikin leher pegel itu. Well.. tentunya kita harus bersyukur karena operasinya berjalan lancar dan Ari-nya baik-baik aja.. tapi.. duh, gak tahan juga untuk berharap... andai saja operasinya membuat Ari bener-bener tampil 'normal'...

Ssshh.... ssshhh.. udah! Yang penting Ari sehat. Gitu kan?



Besok, Ari bakal pulang pake flight malam. Huhuhu, coba gw tau dari dulu ya ada Ari yang tinggal di deket rumah gw, pasti kan udah gw ajak jalan sama anak-anak!

Daaahhh Arriiii... sampai ketemu lagi ya!

Wednesday, April 12, 2006

Mari Membajak Lagu Trendi

Semenjak di London, gw jadi updated banget sama lagu-lagu terkini. Kikikik... biasanya mah.. wasalam aje. Nita juga bangga sama gw karena biasanya gw sangat tidak bisa diandalkan dalam blantika per-lagu-an. Kini, semuanya berbeda! Selain menjadi penikmat, gw juga menjadi pemilik lagu-lagu terkini itu. Idih, seneng gak siiih? Seneng dwongs.. lah wong gretong!

Semua ini berkat perpaduan ciamik antara radio, internet dan CoolPro.

Mari kita berkenalan dulu. Apakah cool pro ini? CoolPro adalah peranti lunak yang biasa dipake kantor gw untuk ngoprek-ngoprek file audio. Lalu radio yang biasa gw dengerin sehari-hari adalah Virgin Radio. Dengan internet broadband ini.. ah.. dunia ada dalam genggaman!



Biasanya semua berjalan seperti ini. Gw denger lagu di radio. Tentunya, gw gatau dong itu lagu baru atau lagu lama. Pokoknya sering diputer aja, gw mah hayuh aja. Dengan mengandalkan telinga gw yang tajam, maka gw mencari tau judul lagu yang diputer lewat cuplikan liriknya. Begitu denger lagu, klik google, ketik lirik yang ketangkep kuping, lalu search. Voila, muncul deh itu judul lagu, penyanyi, plus liriknya. Nah, jadinya nyanyi-nyanyi deh gw. Dan dari situ juga gw akhirnya tau itu lagu baru atau lama.

Ini yang terjadi dengan lagu-lagu Jack Johnson. Sejatinya, keberadaan Jack Johnson baru gw ketahui dari Anto. Tepatnya dari blog Anto ketika dia menulis lirik lagu "Better Together" pas merana dilanda rindu sama pacarnya. Dari situ deh baru gw tau "Ooo.. ada toh makhluk bernama Jack Johnson. Kirain adanya Jekjon doang!" Kikikikikik...

Ada banyak lagu-lagu yang gw temukan berkat metoda listen-and-google ini. Selain lagu-lagu Jack Johnson yang seriinng , juga "Somebody Told Me" The Killer atau "Put Your Records On" Corinne Bailey Rae. Yang paling caem tentu saja lagu "Crazy"-nya Gnarls Barkley yang ahoy banget. Bikin ngangguk-ngangguk kalo kata Victor.

Apakah gw berhenti di situ? Tentu tidak. Ingat, kita masih punya internet dan CoolPro. Apa yang akan kita lakukan?



Aih, tentunya kita gak boleh mengaku sebagai warga dunia ketiga kalau tidak melakukan apa...? M e m b a j a k. Kikikikik... duh, maaf ya Citta.. Elu kan sekolah jauh-jauh di Queen Marry untuk belajar hak cipta yaak.. Maaf juga ya bagi sodara sekalian yang mendukung copyright..

Caranya gimana? Download? Aih, susah nyarinya bow. Meskipun gw nemu juga sih situs MuchMusic yang baik hati ini. Dari sinilah gw mendapatkan lagu "Crazy"-nya Gnarls Barkley. Nah, tapi situs ini gak melulu menyediakan lagu-lagu terkini yang telah gw temukan dengan metoda listen-and-google itu.

Menyerah? Tentu tidak.

Langkah selanjutnya adalah pergi ke Yahoo Lauch Cast. Dulu gw pake situs ini cuma sebagai pengganti radio aja, karena dia menyediakan berbagai 'radio station' yang tematik gitu jenis lagunya. Cuma beberapa kali aja gw menilik video klip yang disediain di sini.

Tapi pikir punya pikir... tring! Ide cemerlang pun datang.

Jadi gini. Pertama, gw cari dulu lagu yang pingin gw dengar dan miliki. Tepatnya, mau gw bajak. Kedua, gw buka file CoolPro. Lalu secara simultan, gw klik video klip dari lagu yang mau gw bajak dan klik record di CoolPro. Voila! Lagu tertrendi pun berhasil gw curi dari dunia maya!

Berkat metoda ini, gw sudah memiliki lagu-lagu Jack Johnson, single terbaru Morrissey, lagu-lagu Graham Coxon yang gak masuk Indonesia buat minke, Arctic Monkey yang belum masuk Indonesia, terakhir "One"-nya Mary J Blige dan kini "Music is Power"-nya Richard Ashcroft.

Senang! Duh, udah bisa ikut Gita Remaja dwong neeehh..

Ngemeng-ngemeng, gw gak terpelajar bener yak. Yang di-download kok ya lagu gitu lho.. bukannya jurnal.. oh...

Tuesday, April 11, 2006

Mantra

Ucapkan tiga kali begitu ada gelagat meng-google hal-hal yang tidak berkaitan dengan tujuan utama berada di depan komputer. Seperti sekarang ini. Huhuhuhu...



Pain of discipline is temporary
Pain of regret is eternal

Pain of discipline is temporary
Pain of regret is eternal

Pain of discipline is temporary
Pain of regret is eternal

Hap hap hap! Kembali bekerja!

Sunday, April 09, 2006

Tante Citra



Wuaaa... Eci melahirkaann..

Perkenalkan, saya Tante Citra dari keponakan baru bernama Arkananta Damareswara. Selamat ya Eci dan Lala sayang..

Arkananta Damareswara. Hayyah, ribet banget nyebut nama anaknya Eci. Setelah tadi gw nelfon Eci, baru deh terungkap misterinya. Ternyata ini bermula dari Lala yang hanya siap dengan nama panggilan buat anaknya, yaitu Adam. Jadi Eci yang bertugas nyari nama lengkapnya. Muncullah Arkananta Damareswara itu. Lho, di mana Adam-nya? Dia muncul dari huruf "a" pada nama pertama dan "dam" pada nama kedua. Najiong, ribeetttt.

Tugas gw dalam waktu dekat cuma satu. Memastikan supaya Eci gak mempopulerkan panggilan "bun-cit" buat gw. Huh.

Saturday, April 08, 2006

Playboy dalam Genggaman



Majalahnya udah ada di Tika ya. 7 Apr 06, 11:10 (+62817xxx)

SMS dari minke ini udah bikin gw dagdigdug sejak Jumat pagi. Untuk itu gw gak sabar untuk segera bertemu Tika di Heathrow hari ini jam 7 pagi. Pagi yaw bow, huhuhu... Fiuh, hidup emang butuh perjuangan dan pengorbanan! *keluh*

Ah gapapa deh, demi Playboy Indonesia edisi perdana! Yippieee...

Sejak pertama kali gw tau Playboy Indonesia bakal terbit awal April, gw udah sibuk kasak kusuk. Temen-temen di Jakarta pada gw tinggalin offline message di YM, berharap mereka memberi kabar ke gw kalo ada pergerakan nyata soal terbitnya YM ini. Salah satu kawan yang gw kabari adalah Atik, mantan temen sekantor yang sekarang kerja di TV Belanda.

Sejak hari Kamis gw udah ribet sendiri meng-sms Tika dan minke soal majalah Playboy ini. Soalnya menurut berita di internet, majalah itu akan keluar hari Jumat. Nah pas banget tuh, karena Tika akan balik ke London dengan penerbangan hari itu.

Langsung deh gw sms Tika, nanya flight dia jam berapa. Kalo siang, setelah jam toko buku buka gitu, kan berarti masih sempet nitip beliin majalah itu, lalu dioper ke Tika lalu Tika terbang ke London dan menghantarkan majalah tersebut ke gw. Niat gw yang menghemat £5 terakhir di hp gw gagal sudah. Heran, banyak bener kegagalan terjadi pada gw ya akhir-akhir ini? Hihihihi..

Nah, hari Jumat jam 3 pagi gw dapet balesan sms dari Tika, yang ngabarin kalo dia akan berangkat pake flight jam 15 lalu berangkat dari rumah jam 12. Aha! Sempet dwongs neh. Untuuuuungg gw kebangun sama bunyi sms, jarang-jarang tuh! Abis itu gw ngecek pulsa, oh no tinggal 82 pence. Gak bisa nelfon pake hp daaah.. Dengan sangat terpaksa, sambil ngucek-ngucek mata, gw bergerak ke laptop, nyalain, trus mengaktifkan skype. Nelfon minke yang masih bersuara bantal, karena gw minta tolong dia untuk beliin majalah itu dan menitipkannya ke Tika.

Ahay, ternyata kasak kusuk gw dari jauh-jauh hari gak percuma. Karena ada sms dari Atik di hp-nya minke, yang mengabarkan bahwa dia udah beli majalah Playboy 4 eksemplar. Yuppie, jadinya minke tinggal ngambil deh ke Atik di kantornya yang cuma di sebelah RSCM itu, abis itu ke rumah Ucup di Cempaka Putih untuk ngoper majalah ke Tika. Hadoh, pada sepelemparan saputangan bapuncu ampat gini dari minke! Jam 11 siang waktu Jakarta, semua beres sudah, acik acik acik...



Perjuangan bukanlah perjuangan namanya kalo gak melibatkan bangun pagi. Dwoh. Tika nyampe di Heathrow jam 7 pagi. Berarti gw mesti siaga di sana jam segitu dong. Kings Cross station ke Heathrow itu satu jam, huhuhuhu, tidaaaakk... Gw cek journey planner. Ternyata tubenya nongol jam 05.55. Ooohhh noooo.. Dan jadilah gw berjalan di pagi hari pukul 05.30 dengan hati ceria ingin bertemu permataku.. ooh...

Jam 7 kurang gw dah nyampe di Heathrow.. fiuh.. gile bow. Pagi yeee.. huhuhuhu. Segera saja gw menuju Terminal 3. Tika bilang dia nyampe di sana jam 7 pagi, tapi entahlah naik flight apa. Gw ngeliat papan pengumumannya lalu menebak-nebak kira-kira Tika pake pesawat mana. Pandangan gw tertuju pada pesawat-pesawat dari arah Doha atau Dubai, mestinya sih dari situ. Karena gw teteup gatau Tika pake flight yang mana, akhirnya ya gw pelototin aja satu per satu orang yang keluar dari pintu Arrival. Mata gw sampe siwer, gabungan ngantuk sama puyeng liat orang banyak banget, kikikik...



Jam 7.31, Tika sms, cihuy! Ternyata dia baru sampe. Nah berarti setengah jam-an lagi deh Tika nongol di pintu Arrival. Syiiip... Jam 8 lewat, baru deh nongol ni anak. Mukanya bengep gitu, letih lesu gak bersemangat. Kikikik, ternyata sepanjang jalan Jakarta-London dia sibuk nonton film di pesawat, ada 4 film yang dia tonton, makanya gak tidur melulu, huakakakak...

Dan majalah itu kini ada di tangan gw. Ah, terima kasih permataku! Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah gw repotkan dengan pencarian collector's item gw ini... *terharu*

Kembalinya Tika ke London hari ini membawa kebahagiaan tersendiri buat gw. Semua barang penting bagi kehidupan gw selanjutnya ada dalam titipan itu.. ooh.. bahagianya...



Nyampe rumah, dah terang gene deehh... Just the right weather to start writing my essay, rite? Riiitteeee...

Friday, April 07, 2006

Kontemplasi Pagi

Essay horror = 3389 dari 3500 words
Essay diaspora = 2922 dari 5000 words
Essay playboy = 0 dari 5000 words

Susah bener nyari kata-kata hari gini. Kayaknya mereka semua beterbangan di udara. Kalaupun berhasil gw tangkap, maka harus gw sulap lagi dalam bahasa Inggris. Trus ntar begitu gw ketik, gw gak nyandak sendiri sama apa yang gw tulis lalu gw ubah lagi, gw ubah lagi, gw ubah lagi. Trus dikit-dikit ngecek tools-word count, berharap ada keajaiban terjadi dan tiba-tiba essay gw udah kelar.

Gak mungkin ya?

Gw easily distracted total. I mean, TOTAL. Langkah awal standar gw adalah invisible di YM. Tapi orang-orang mah udah tau sama tau aja, biar kata gak keliatan online, udah pasti online deh. Dan bener aja, godaan mah di mana-mana ada. Seperti kemarin, pas Arry ceting nanya soal Kew Garden. Huhuhuhu, pingin ke sanaaa..

Langkah kedua adalah nyalain skype, tapi di-invisible juga. Jieh. Abis skype bisa jadi sarana cetingan juga sih, jadi kan rawan ketak-ketik gak perlu neh. Lalu tiba-tiba ada cetingan di skype dari Anto: udah berapa kata? Aaarrrrggghhhh...

Duluuuu gw pikir belajar di perpus adalah ide yang bagus. Jadi kan gw gak tergoda melakukan hal-hal yang gak perlu. Konsentrasi gitu. Apalagi gw akan berada berdekatan dengan kumpulan buku-buku. Selain bikin jiper, juga memudahkan akses gw untuk bergerak ambil buku yang gw perluin. Teorinya gitu kan.

Tapi gak berlaku buat gw. Kalo belajar di perpus mah gw bawaannya ngantuk. Sumpeh mati bow. Perpus itu terlalu sepiiiiii buat gw. Dan karena terlalu sepi, gw berkecenderungan untuk mencari distraction. Kalo ada orang masuk, gw liatin. Kalo ada orang melakukan pergerakan apa gitu, gw noleh. Trus sok nengok-nengok ke arah koleksi buku. Yang gak puguh-puguh gitu deh gw kerjain, huhuhuhu...



Lalu kekurangan paling penting dari belajar di perpus adalah susah makan minum. Nah, bener kan. Coba bayangkan. Kita lagi asik-asik belajar (oooyyyeeeaaahh) lalu tiba-tiba laper dan makanan gak ada dalam jangkauan tangan. Mesti beres-beres barang dulu di perpus, lalu ke kantin, lalu makan dan balik lagi ke perpus. Belum lagi kalo balik lagi ke perpus trus udah gak kebagian tempat duduk di reading room. Tuh, males kan? Malesss dwongs.

Dan di reading room itu gak semua meja/tempat duduk ada internet point-nya. Let's say gw lagi ngetik essay di kampus dengan tumpukan buku di sekeliling gw. Lalu kalo ada bahan yang mau gw cari di internet gimana? Gantung kan? Masa gw mesti turun dulu ke computer room untuk mengakses internet? Ih ribet.

Gw sempet nemu tempat andelan untuk belajar di kampus, yaitu di learning resources-nya SOAS Language Center. Nah ini top banget. Ruangannya penuh jendela-jendela besar, jadi gak menimbulkan claustrophobic. Lalu meja diletakkan di tepi jendela gitu, nah asik kan. Trus di ruangan yang sama ada komputer plus internet yang bisa gw manfaatkan setiap saat. Tinggal pindah tempat duduk aja. Dan, ruangan ini tuh gak crowded, mungkin karena gak semua orang ngeh sama keberadaan tempat asoy ini ya. Tapi ya itu. Karena ada jendela gede, gw bawaannya pengen motret-motret luar gitu. Huhuhuhu..



Ah pencarian gw belum kelar soal perpus itu. Gw jajal Senate House. Siapa tau bisa belajar di situ. Halah, malah tambah enggak banget. Claustrophobic abisssss... bikin stres bow.



Hm, lalu sebenernya gw butuh suasana belajar seperti apa? Mungkin belajar sambil ngopi, bisa kali ya? Hoke, waktu dulu masih ada Bimo di London, gw sempet jajal. Waktu itu kita janjian di Starbucks Leicester Square, lalu gw mesti baca bahan. Sialnya, gak dapet tempat duduk di dalem. Gile aja, lagi winter terus belajar di luar. Brrrrr... salah banget daah..

Hadoh. Sulit yaw bow. Mungkin menemukan suasana belajar yang tepat itu sama sulitnya seperti nyari soulmate. Anjrit, daleeeem bennerrrr..