Tuesday, October 25, 2005

Asal Muasal Pipi Tembam

Jadi, suatu ketika gw dan Mbak Eni harus makan di luar, karena kita mau ngapain gitu. Mbak Eni yang menyiapkan bekal makanan untuk dimakan berdua. Hemat dungs, makanya bawa makanan dari rumah untuk dimakan bersama di Trafalgar Square. Di tengah hajaran angin sore yang mulai dingin. Menu hari itu adalah nasi dan nugget.

Lalu terjadilah percakapan ini. Oh, bukan. Tepatnya, ocehan Mbak Eni.

"Gw bawa nuggetnya tujuh. Empat buat elu, tiga buat gw. Trus sendoknya juga dua dong. Gw pake sendok kecil, gw bawain elu sendok besar. Bener kan? Bener dong pasti gw..."

Tuh coba liat. Akyu kan jadi malyu. Kesannya kan makan gw banyak.

*kesannya? masa kesannya doang? kekekek..*

Kemudian scene lain, di dapur. Saat itu menu kita adalah sarden dan sepotong ayam. Mengapa aneh begitu menunya? Ya itu adalah hasil wangsitan Mbak Eni yang sepanjang hari itu gak berhenti memikirkan kombinasi menu sahur-buka mana yang paling tepat. Percakapannya adalah seperti ini. Ups, bukan percakapan. Ocehan.

"Jadi kita makannya sarden sama ayam sepotong. Biar besoknya kita bisa makan lagi dengan dua potong ayam. Nah, buat makan nanti, kan kita paroan ayam. Elu bagian yang besar deh..."

Tuh kelakuan. Ini kan memalukan jati diri saya sebagai pemilik tubuh agak sedikit montok yang menghindari baju bergaris horizontal ini...

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

sejarah pipi tembam, bukan karena makannya banyak...tapi karena urusan GENETIK.
Jangan mengingkari warisan nenek moyang, nak... -tatah

26/10/05 7:44 AM  

Post a Comment

<< Home