Berjaya di Cambridge
Yang namanya berlibur di negeri bersistem-jual-tiket-aneh ini emang mesti cermat. Bikin essay emang butuh persiapan, tapi ngerancang liburan lebih perlu persiapan lagi. Walhasil, di tengah kegegap-gempita-an essay gw pekan-pekan lalu, gw menyempatkan diri melongok situs-nya toko buku Galloway and Porter di Cambridge dan menemukan bahwa ada sale di tanggal 29 April!
Plesir emang selalu butuh persiapan khusus. Ini serius! Selain pemesanan tiket bus ke Cambridge dilakukan saat gw (mestinya) sibuk essay, lalu semalem gw sibuk mempersiapkan segala sesuatu demi menjelajah kota berjarak 2 jam ngebus dari London itu. Ngeprint peta, ngecek rute bus, ngecek harga tiket bus di Cambridge, ngecek ber-punting di Cambridge, trus berbagi rencana perjalanan bersama rekan-rekan gw hari ini.
Kami yang beruntung untuk bersama-sama ke Cambridge adalah gw, Tika, M'Anta, Djatu-Dedy. Tadinya M'Eni semestinya ikut, tapi berhubung dia masih mesti berbakti sama satu essay-nya yang belum kelar, akhirnya itu tiket dilego ke Djatu, dan M'Dedy pun mencari satu tiket bus untuk dirinya. Syiiiipppp...
Dan sepanjang hari tadi kami menaklukkan Cambridge! Ciihuuyyyy...
Kita semua berangkat dengan bus National Express jam 08.30 teng. Kita bertemu di Victoria Coach Station Gate 3 dan kurang dari dua jam sudah sampai di Cambridge. Hore hore hore. Dari stop-an bus di Drummer Street, Cambridge, kita naik bus Citi3 menuju Chery Hinton Road, tempat Galloway and Porter berada. Cihuuyyy...
Untuuuung aja kita jalan-jalan sama Djatu-Dedy yang udah 4 kali ini ke Cambridge! Kalo gak, sumpah mampus gw gak bakalan tau turun di mana dari bus, huhuhuhu.. Jadi ya untunglah ada mereka berdua, jadi kita pun berhasil dengan selamat sentosa sampe di warehouse alias gudangnya toko buku ini.
Jadi berhentinya di mana? Di bus Citi3 ini, waspada begitu lewat stasiun kereta api, lalu setelah liwat putaran, berhenti pas ada plang biru di kiri jalan bertuliskan 'The Paddocks'. Sialnya itu toko buku emang gak terpampang di pinggir jalan, jadi sangat mungkin untuk gak keliatan. Dari pinggir jalan itu, jalan dikit ke dalem, trus nemu deehh...
Kenapa begitu penting bagi kita di dunia ini untuk berbelanja buku saat sale di warehouse-nya Galloway and Porter? Sebab semua buku berharga £1 sajaaaa!
Aih. Surga dunia emang ada di toko buku ini. Rasanya ingin menari-nari begitu liat ada buku segitu banyak. Ooohhh... Gw langsung berasa gak siap belanja buku gini mengingat gw cuma bermodalkan ransel merah gw, sementara M'Dedy menggeret koper! Huhuhuhu... Kata M'Dedy emang gitu deh, gak niat kalo ke warehouse dengan modal ransel doang, karena orang-orang itu bisa bawa koper atau bawa kardus! Huekekekek.. niattt bener daaahh..
Kita menghabiskan sekitar 2 jam di Galloway and Porter ini. Aih senangnya. Gw pulang dengan 16 buku gitu. Dudududu... Buku penting? Aaaahh enggak juga siiyyy... Tapi kan tetep aja buku itu penting! *membela diri* Kira-kira buku berjudul '101 things to do before you die' itu penting gak? Hmmmm... Atau buku yang ditemukan Tika khusus buat gw berjudul 'The survival guide to cooking in the student kitchen'.. itu penting kaaaannn... Buku yang paling penting tentunya buku yang paling bawah. 'Visually Yoga'. Wessss.. ini menunjukkan dedikasi gw yang tinggi akan berolahraga! Ya gak sih ya gak sih ya gak siiihhh...
Ini Galloway and Porter emang gak ada otaknya. Bayangin aja. Gw barusan menjumlah harga ke-16 buku yang gw beli, mengacu pada harga buku yang tercantum pada sampul belakang buku. Kalo diliat dari situ, maka harusnya gw menghabiskan uang sekitar £ 111.86, sementara gw hanya mengeluarkan uang berapaaa? Cukup £ 14.55 saja! Lihat! Gimana gw gak berasa menemukan cahaya surga di sini?? Padahal ini baru sale general books, apa jadinya kalo ini sale academic books? Gw bener-bener mesti siap lahir batin!
Kelar tengeng leher akibat memilih-milih buku di warehouse nan menawan itu, kita naik bus Citi3 lagi ke city center. Sasaran kita berikutnya adalah Nandos dan makan ayam endaaanggg... hore hore horeee... Setelah gw melakukan kunyahan kesekian, Djatu nanya,"Makanannya gak elu foto?" Ah betul juga. Tapi masa sih menghentikan kunyahan ayam di tengah deraan kelaperan yang mendalam demi foto? Ah ya sudah lah. Kapan-kapan kita makan di Nandos lagi dan poto-poto yaaakkk...
Abis makan, kita jalan lagi ke toko Galloway and Porter berikutnya. Jadi, di Cambridge ini total ada tiga toko buku berplang sama. Satu, si warehouse di Chery Hinton Road. Dua lagi di city center, yang pertama di Sidney Street (used and general books), dan satu lagi di Burleigh Street (children and reduced books). Sipp banget gak siiihhhh... Tapi berhubung kita ada agenda lain, maka cukup ke Sidney Street saja.
Hmmm... apakah agenda kami berikutnya? PUNTING!
Menurut kamus Oxford, 'punt' itu adalah "a long, narrow flat-bottomed boat, square at both ends and propelled with a long pole". Nah, jadi ya gitu deh, kita mau naik itu tuuuuhhh.. Karena Djatu-Dedy dah pernah berpunting-ria, maka jadinya mereka gak ikutan dan puter-puter di city center ajah. Dah kamyu, sampe ketemu abis kita punting yaaa..
Tadinya kita udah ada di ujung Sidney Street, tepatnya di Quayside yang menawarkan punting seharga £10. Wah, gak sesuai keterangan di website nih! Soalnya menurut website yang gw cek kemaren, harga punting itu £8 saja. Gak mau rugi dooong.. Demi ke-merki-an kita, maka kita merelakan diri berjalan sekitar 20 menit gitu menuju Silver Street. Soalnya di sana adalah lokasi punting yang disebut di website dengan harga £8 ituh. Dan voila, berkat kegigihan Tika, maka harga punting yang mestinya teteup £10 ditawar jadi £8! Horeeee... Lah masa iya kita udah jalan jauh-jauh trus puntingnya seharga £10 jugaa.. malesss dahhh...
Abis itu kita beli tiket dan nunggu 20 menitan lagi untuk menuju punt yang akan membawa kita berkelana. Aih aih, senangnyaaaa... Di punt itu tuh disediain selimut dan payung. Senang yaaaa... Trus ada juga orang-orang yang punting dengan sangat niat. Misalnya, mendayung sendiri, membawa teko besar berisi teh (aih kamu, orang Inggris banget seh!) atau bahkan membawa meja plus wine plus gelas kaca tinggi itu! Dasar orang Inggris emang gilaaaaaa... Punting 45 menit doang gitu lhooow... niatttt bener...
Kita akhirnya mulai punting juga deehh.. Total ada 12 orang yang ada dalam punt yang sama. Tentu saja ini punting yang dengan chauffeur alias pengendara alias... punter? Hhuehuehu, ini gw ngasal neehh.. hihihi.. Chauffeur kita bernama Brandon. Eh itu bukan ya namanya? Ah ya pokoknya Mas itu deh.
Di jalan Tika memulai dengan pertanyaan penting pada chauffeur punt-nya: apa nama sungai ini? Lalu sang chauffeur kami menjawab bahwa sungai ini bernama Cam. Lalu di bagian Quayside itu ada bridge hitam biasa banget yang melintas. Dari situlah muncul nama 'Cambridge'. Ampun dah. Gak kreatippppp dah.
Sepanjang 45 menit itu, si Mas menghibur dengan berbagai macam cerita seputar 'The Backs'. Kita ini tuh berpunting di sungai Cam dengan melintas bagian belakang kampus-kampus ternama di Cambridge seperti Kings College dan Trinity College (jangan tanya gw ya kenapa mereka ternama, google gih!) Jadi si Mas cerita lah tentang kampus-kampus ini yang dibangun sejak ratusan tahun silam.
Salah satu cerita awal yang asik adalah soal gedung dengan jendela yang super cilik. Kenapa cilik itu jendela-jendela? Soalnya kalo ada rumah dengan ukuran jendela yang besar, maka pemilik rumah mesti bayar pajak rumah yang lebih mahal. Taelah, naoon...
Atau dia juga cerita soal Prince Charles yang sekolah di Trinity College. Dia itu kan dikawal melulu sama body guard-nya, setiap saat, di mana pun berada, termasuk saat di ruang kelas. Walhasil, pas ujian, si body guard ini pengen ikutan ujian, toh selama ini juga udah masuk kelas dan ngikutin pelajaran. Si dosennya pun ngasih ijin buat si body guard untuk ujian. Gokilnya, hasil ujian si body guard ini lebih tinggi dari Prince Charles! Wakakakakakak. Saking tengsinnya itu keluarga kerajaan, akhirnya si body guard ini disembunyiin jauh-jauh. Lebih edan lagi, keluarga kerajaan minta si body guard ini ganti seksual, jadi perempuan. Termasuk ganti nama, jadi Camilla. Wekekekekek... bisssaaa ajeeee...
Akhirnya kita kelar punting sekitar jam 17.40 dan Djatu udah bulak balik miskol dan sms minta dikabarin ketemu di mana. Hokeh, mari kita ketemu di city center lagi ya! Eh tapi begitu kita nyampe di Tourist Information di Lion Yard, eh ternyata Djatu menyusul ke Silver Street! Lhoooo..
Ya pokoknya akhirnya kita bertemu dan menyempatkan diri melihat bagian depan Kings College dan Trinity College yang tadi kita liatin bagian belakangnya itu. Tentu saja kita gak masuk ke dalem, tapi cukup foto-foto di luarnya aja. Soalnya kalo masuk ya bayar. Masuk Kings College itu bayar £4.50, sementara masuk Trinity bayar £ 2.20 kalo gak salah. Ya males dong. Ngapain bayar selama bisa foto-foto gratis dari luar?
Perjalanan pun kita tuntaskan sekitar jam 18.30 karena kita mesti bergegas menuju Drummer Street, tempat bus National Express berada. Tentunya gw beli makan malem dulu di Subway, daripada di jalan gw kelaperan, trus migren, trus gak bisa menikmati perjalanan? Rugi doong.. jadi mendingan kita makan aja! Eh ternyata sepanjang jalan bukan cuma gw doang yang ngunyah. Kita semua sibuk berkemeresek buka plastik dan tas masing-masing ngeluarin peranti pengisi perut. Tika ngeluarin botol berisi Pepsi 2 liter, M'Anta dengan tortila chips rasa cool (halah), sementara Djatu dengan Oreo plus crisp Walkers rasa flamming hot (yang gak ada flammingnya atau hot-nya sama sekali itu).
Ngunyah-ngunyah sepanjang jalan kita jejali dengan cerita-cerita gak penting, tentunya seputar artis-artis ibukota. Tika muncul dengan cerita Leoni, artis itu lhow, yang pake hair extension trus merasa diikuti arwah gentayangan dan Ki Joko Bodo menyimpulkan bahwa si arwah itu adalah pemilik rambut yang dijadikan hair extension itu. Halah. Lalu Djatu muncul dengan hantu ayam botak di High Gate Cemetery, tempat Karl Marx dikubur. Halah, apa pula itu hantu.. udah ayam, botak pulaaaa... gak keren bangetttt.. huhuhuhu..
Kita nyampe London jam 20.50-an, seperti janji yang diberikan National Express dalam situsnya. Badan lelah, perut kenyang, hati senang, rak buku penuuuhhhh... senaaanggg!
Plesir emang selalu butuh persiapan khusus. Ini serius! Selain pemesanan tiket bus ke Cambridge dilakukan saat gw (mestinya) sibuk essay, lalu semalem gw sibuk mempersiapkan segala sesuatu demi menjelajah kota berjarak 2 jam ngebus dari London itu. Ngeprint peta, ngecek rute bus, ngecek harga tiket bus di Cambridge, ngecek ber-punting di Cambridge, trus berbagi rencana perjalanan bersama rekan-rekan gw hari ini.
Kami yang beruntung untuk bersama-sama ke Cambridge adalah gw, Tika, M'Anta, Djatu-Dedy. Tadinya M'Eni semestinya ikut, tapi berhubung dia masih mesti berbakti sama satu essay-nya yang belum kelar, akhirnya itu tiket dilego ke Djatu, dan M'Dedy pun mencari satu tiket bus untuk dirinya. Syiiiipppp...
Dan sepanjang hari tadi kami menaklukkan Cambridge! Ciihuuyyyy...
Kita semua berangkat dengan bus National Express jam 08.30 teng. Kita bertemu di Victoria Coach Station Gate 3 dan kurang dari dua jam sudah sampai di Cambridge. Hore hore hore. Dari stop-an bus di Drummer Street, Cambridge, kita naik bus Citi3 menuju Chery Hinton Road, tempat Galloway and Porter berada. Cihuuyyy...
Untuuuung aja kita jalan-jalan sama Djatu-Dedy yang udah 4 kali ini ke Cambridge! Kalo gak, sumpah mampus gw gak bakalan tau turun di mana dari bus, huhuhuhu.. Jadi ya untunglah ada mereka berdua, jadi kita pun berhasil dengan selamat sentosa sampe di warehouse alias gudangnya toko buku ini.
Jadi berhentinya di mana? Di bus Citi3 ini, waspada begitu lewat stasiun kereta api, lalu setelah liwat putaran, berhenti pas ada plang biru di kiri jalan bertuliskan 'The Paddocks'. Sialnya itu toko buku emang gak terpampang di pinggir jalan, jadi sangat mungkin untuk gak keliatan. Dari pinggir jalan itu, jalan dikit ke dalem, trus nemu deehh...
Kenapa begitu penting bagi kita di dunia ini untuk berbelanja buku saat sale di warehouse-nya Galloway and Porter? Sebab semua buku berharga £1 sajaaaa!
Aih. Surga dunia emang ada di toko buku ini. Rasanya ingin menari-nari begitu liat ada buku segitu banyak. Ooohhh... Gw langsung berasa gak siap belanja buku gini mengingat gw cuma bermodalkan ransel merah gw, sementara M'Dedy menggeret koper! Huhuhuhu... Kata M'Dedy emang gitu deh, gak niat kalo ke warehouse dengan modal ransel doang, karena orang-orang itu bisa bawa koper atau bawa kardus! Huekekekek.. niattt bener daaahh..
Kita menghabiskan sekitar 2 jam di Galloway and Porter ini. Aih senangnya. Gw pulang dengan 16 buku gitu. Dudududu... Buku penting? Aaaahh enggak juga siiyyy... Tapi kan tetep aja buku itu penting! *membela diri* Kira-kira buku berjudul '101 things to do before you die' itu penting gak? Hmmmm... Atau buku yang ditemukan Tika khusus buat gw berjudul 'The survival guide to cooking in the student kitchen'.. itu penting kaaaannn... Buku yang paling penting tentunya buku yang paling bawah. 'Visually Yoga'. Wessss.. ini menunjukkan dedikasi gw yang tinggi akan berolahraga! Ya gak sih ya gak sih ya gak siiihhh...
Ini Galloway and Porter emang gak ada otaknya. Bayangin aja. Gw barusan menjumlah harga ke-16 buku yang gw beli, mengacu pada harga buku yang tercantum pada sampul belakang buku. Kalo diliat dari situ, maka harusnya gw menghabiskan uang sekitar £ 111.86, sementara gw hanya mengeluarkan uang berapaaa? Cukup £ 14.55 saja! Lihat! Gimana gw gak berasa menemukan cahaya surga di sini?? Padahal ini baru sale general books, apa jadinya kalo ini sale academic books? Gw bener-bener mesti siap lahir batin!
Kelar tengeng leher akibat memilih-milih buku di warehouse nan menawan itu, kita naik bus Citi3 lagi ke city center. Sasaran kita berikutnya adalah Nandos dan makan ayam endaaanggg... hore hore horeee... Setelah gw melakukan kunyahan kesekian, Djatu nanya,"Makanannya gak elu foto?" Ah betul juga. Tapi masa sih menghentikan kunyahan ayam di tengah deraan kelaperan yang mendalam demi foto? Ah ya sudah lah. Kapan-kapan kita makan di Nandos lagi dan poto-poto yaaakkk...
Abis makan, kita jalan lagi ke toko Galloway and Porter berikutnya. Jadi, di Cambridge ini total ada tiga toko buku berplang sama. Satu, si warehouse di Chery Hinton Road. Dua lagi di city center, yang pertama di Sidney Street (used and general books), dan satu lagi di Burleigh Street (children and reduced books). Sipp banget gak siiihhhh... Tapi berhubung kita ada agenda lain, maka cukup ke Sidney Street saja.
Hmmm... apakah agenda kami berikutnya? PUNTING!
Menurut kamus Oxford, 'punt' itu adalah "a long, narrow flat-bottomed boat, square at both ends and propelled with a long pole". Nah, jadi ya gitu deh, kita mau naik itu tuuuuhhh.. Karena Djatu-Dedy dah pernah berpunting-ria, maka jadinya mereka gak ikutan dan puter-puter di city center ajah. Dah kamyu, sampe ketemu abis kita punting yaaa..
Tadinya kita udah ada di ujung Sidney Street, tepatnya di Quayside yang menawarkan punting seharga £10. Wah, gak sesuai keterangan di website nih! Soalnya menurut website yang gw cek kemaren, harga punting itu £8 saja. Gak mau rugi dooong.. Demi ke-merki-an kita, maka kita merelakan diri berjalan sekitar 20 menit gitu menuju Silver Street. Soalnya di sana adalah lokasi punting yang disebut di website dengan harga £8 ituh. Dan voila, berkat kegigihan Tika, maka harga punting yang mestinya teteup £10 ditawar jadi £8! Horeeee... Lah masa iya kita udah jalan jauh-jauh trus puntingnya seharga £10 jugaa.. malesss dahhh...
Abis itu kita beli tiket dan nunggu 20 menitan lagi untuk menuju punt yang akan membawa kita berkelana. Aih aih, senangnyaaaa... Di punt itu tuh disediain selimut dan payung. Senang yaaaa... Trus ada juga orang-orang yang punting dengan sangat niat. Misalnya, mendayung sendiri, membawa teko besar berisi teh (aih kamu, orang Inggris banget seh!) atau bahkan membawa meja plus wine plus gelas kaca tinggi itu! Dasar orang Inggris emang gilaaaaaa... Punting 45 menit doang gitu lhooow... niatttt bener...
Kita akhirnya mulai punting juga deehh.. Total ada 12 orang yang ada dalam punt yang sama. Tentu saja ini punting yang dengan chauffeur alias pengendara alias... punter? Hhuehuehu, ini gw ngasal neehh.. hihihi.. Chauffeur kita bernama Brandon. Eh itu bukan ya namanya? Ah ya pokoknya Mas itu deh.
Di jalan Tika memulai dengan pertanyaan penting pada chauffeur punt-nya: apa nama sungai ini? Lalu sang chauffeur kami menjawab bahwa sungai ini bernama Cam. Lalu di bagian Quayside itu ada bridge hitam biasa banget yang melintas. Dari situlah muncul nama 'Cambridge'. Ampun dah. Gak kreatippppp dah.
Sepanjang 45 menit itu, si Mas menghibur dengan berbagai macam cerita seputar 'The Backs'. Kita ini tuh berpunting di sungai Cam dengan melintas bagian belakang kampus-kampus ternama di Cambridge seperti Kings College dan Trinity College (jangan tanya gw ya kenapa mereka ternama, google gih!) Jadi si Mas cerita lah tentang kampus-kampus ini yang dibangun sejak ratusan tahun silam.
Salah satu cerita awal yang asik adalah soal gedung dengan jendela yang super cilik. Kenapa cilik itu jendela-jendela? Soalnya kalo ada rumah dengan ukuran jendela yang besar, maka pemilik rumah mesti bayar pajak rumah yang lebih mahal. Taelah, naoon...
Atau dia juga cerita soal Prince Charles yang sekolah di Trinity College. Dia itu kan dikawal melulu sama body guard-nya, setiap saat, di mana pun berada, termasuk saat di ruang kelas. Walhasil, pas ujian, si body guard ini pengen ikutan ujian, toh selama ini juga udah masuk kelas dan ngikutin pelajaran. Si dosennya pun ngasih ijin buat si body guard untuk ujian. Gokilnya, hasil ujian si body guard ini lebih tinggi dari Prince Charles! Wakakakakakak. Saking tengsinnya itu keluarga kerajaan, akhirnya si body guard ini disembunyiin jauh-jauh. Lebih edan lagi, keluarga kerajaan minta si body guard ini ganti seksual, jadi perempuan. Termasuk ganti nama, jadi Camilla. Wekekekekek... bisssaaa ajeeee...
Akhirnya kita kelar punting sekitar jam 17.40 dan Djatu udah bulak balik miskol dan sms minta dikabarin ketemu di mana. Hokeh, mari kita ketemu di city center lagi ya! Eh tapi begitu kita nyampe di Tourist Information di Lion Yard, eh ternyata Djatu menyusul ke Silver Street! Lhoooo..
Ya pokoknya akhirnya kita bertemu dan menyempatkan diri melihat bagian depan Kings College dan Trinity College yang tadi kita liatin bagian belakangnya itu. Tentu saja kita gak masuk ke dalem, tapi cukup foto-foto di luarnya aja. Soalnya kalo masuk ya bayar. Masuk Kings College itu bayar £4.50, sementara masuk Trinity bayar £ 2.20 kalo gak salah. Ya males dong. Ngapain bayar selama bisa foto-foto gratis dari luar?
Perjalanan pun kita tuntaskan sekitar jam 18.30 karena kita mesti bergegas menuju Drummer Street, tempat bus National Express berada. Tentunya gw beli makan malem dulu di Subway, daripada di jalan gw kelaperan, trus migren, trus gak bisa menikmati perjalanan? Rugi doong.. jadi mendingan kita makan aja! Eh ternyata sepanjang jalan bukan cuma gw doang yang ngunyah. Kita semua sibuk berkemeresek buka plastik dan tas masing-masing ngeluarin peranti pengisi perut. Tika ngeluarin botol berisi Pepsi 2 liter, M'Anta dengan tortila chips rasa cool (halah), sementara Djatu dengan Oreo plus crisp Walkers rasa flamming hot (yang gak ada flammingnya atau hot-nya sama sekali itu).
Ngunyah-ngunyah sepanjang jalan kita jejali dengan cerita-cerita gak penting, tentunya seputar artis-artis ibukota. Tika muncul dengan cerita Leoni, artis itu lhow, yang pake hair extension trus merasa diikuti arwah gentayangan dan Ki Joko Bodo menyimpulkan bahwa si arwah itu adalah pemilik rambut yang dijadikan hair extension itu. Halah. Lalu Djatu muncul dengan hantu ayam botak di High Gate Cemetery, tempat Karl Marx dikubur. Halah, apa pula itu hantu.. udah ayam, botak pulaaaa... gak keren bangetttt.. huhuhuhu..
Kita nyampe London jam 20.50-an, seperti janji yang diberikan National Express dalam situsnya. Badan lelah, perut kenyang, hati senang, rak buku penuuuhhhh... senaaanggg!
2 Comments:
Kings college, bagus euy, arsitektur menarik. Spheres-nya gaya gothic kah?
Punt, LOL, gue pikir «punt» = to bertaruh.
Place your punt = place your bet; punt = bet
Beh ...
^^
Waduh itu buku begitu banyak entar pulangnya gimana atuh...
Mendingan dikirim by surface mail aja biar biayanya nggak mahal kali yah?
Pa2h
Post a Comment
<< Home