Sunday, October 02, 2005

Lantas Mengapa Disebut Festival?

Sabtu pagi. Bangun tidur, masak telor, sarapan. Nyalain laptop, ngecek dunia. Apa kabar? Semoga baik-baik saja. Lalu nyalain radio.

"There's an Oxford Street Festival here today, bla bla bla..."

Apa? Festival? Yuk! Segeralah pasukan dirapatkan (meski pasukan hanya terdiri dari Tika dan Mbak Eni belaka). Janji punya janji, kita janjian di perempatan Totenham Court Road - New Oxford Street. Sebetulnya gw pun gak punya bayangan, festival seperti apa yang gw harapkan. Melajulah kami dari lokasi masing-masing, gw dan Mbak Eni dari asrama dan Tika dari Pecham.



Begitu sampai di Oxford Street, ternyata hati langsung tertambat pada satu tulisan besar-besar di sebelah kanan. Virgin SALE! Omigod. Benarkah ini? CD yang biasanya berharga di atas 10 pounds, pada diskon semua. Dengan gugup gw langsung mengirim SMS berjarak ratusan mil. Tak lama, SMS dan kegugupan gw itu berbalas suara ceria di ujung telfon sana. Ah, kamyu pasti ingin berada di tengah sale ini!

Setelah dari sale CD, kami menunggu Tika. Untunglah Tuhan berbaik hati dan mempersatukan kita kembali. Tika pun datang dengan kabar gembira "Ada satu toko yang sale gitu lho, baju-bajunya 5-7 pounds gitu!" Slurup! Ah belagu betul kami ini, nyari sale baju di kota yang muahalnya amit-amit gini.

Kami pun berjalan menyusuri Oxford Street yang maha ramai ini sambil terus menduga-duga. Sebetulnya festivalnya tuh apa dan di mana ya? Ah, tapi sudahlah. Mungkin orang-orang pada segambreng ini pada ke festival semua. Atau emang Sabtu sore rame pisan gini di Oxford Street? Gatau juga. Wong kita bertiga orang baru di sini, huhuhuhu.

Sampai di tengah-tengah Oxford Street itu (setelah mampir di toko laknat yang disebut Tika tadi, oh no!), pertanyaan itu semakin bulat. Jujur saja lah. Festivalnya itu apa? Di mana? Tolong deh. Yang ada malah kita ngeliat panggung dibongkar. Sementara tak jauh di seberangnya ada tulisan gede-gede "Come to Oxford Street Festival!" Ah, penipu. Mannnnaaaa?

Akhirnya, penonton pun sepakat. Keliatannya festival ini memang hanya festival orang belaka.



Jalanan emang ditutup dari jam 10am-6pm, dan orang tumpah ruah di mana-mana. Yang jadi penanda festival mungkin (ini dugaan aja) adalah adanya sale di semua toko. Ada yang sanggup kita sikat, tapi banyakan siy kita pandang-pandangi saja dengan tatapan kesal. Salam sayang aja buat topi in pink stripes berikut syal dan sarung tangannya, jam tangan swatch, payung garis-garis, jaket item dan merah, serta pashmina beraneka warna dan garis-garis yang menjeritkan nama gw gitu. Haduh, kenapa barang mesti pada lucu-lucu sementara duit mesti gw hemat untuk bayar second installment asrama ya? Oh dunia sungguh kejam.

Eh pamer dong deh ya. Tuh pashmina oranye udah pasti barang baru. Juga pashmina merah gonjreng yang ada di kamar. Jaketnya dong, mana tahan. Baru juga! Hasil di Oxfam gak buruk toooh... Trus di dalam tas, ada belanjaan juga!

Astaga. Borong kok ya di London gitu. Ngakunya modal beasiswa doangan... ngakunya cekak.. ngakunya installment asrama gede...

Ah tak mengapa. Gw terinspirasi tagline Oxford Street Festival ini.

Dress to impress. Anjrit! Gw banget tuh! Huekekekekekek.

PS : Turut berduka cita untuk 2nd Bali Bomb Blast. Tiga tahun lalu pas kakak gw di London, ada bom Bali. Sekarang, gw di sini, bom Bali juga. Astaga. Ini pasti kutukan keluarga Sasongko...

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

kalo mo blanja blanji murah, tunggu yang namanya boxing day. di hari petinju ini yang terjadi adalah jotos-jotosan antaran para pengantri sale, hehehehehe... diskonnya bisa ampe 80 persen, lumayan buat nabung oleh-oleh. tunggu aja bulan desember nanti. dulu ada temen gue jam lima pagi udah ngantri di depan NEXT. JAM LIMA. BULAN DESEMBER. LONDON. haaaaa.... -gita-

9/10/05 5:12 PM  

Post a Comment

<< Home