Pahlawan Printer
Perkenalkan, ini dia pahlawan printer Canon BJC-210s.
Namanya Mas Israr. Jauh-jauh didatangkan dari East Finchley dengan satu tugas mulia: ngebenerin printer. Dan lihatlah senyum di wajahnya, plus jempol di sebelah printer, pertanda Mas Israr telah memenuhi tugas mulia tersebut. Aaaahh... indahnya dunia!
Jadi nih ya, sejak pekan lalu, printer hibahan dari Djatu ini ngadat. Pertama, gw mau masang tinta, susahnya minta ampyun. Sumpeh dah, gw gak pengalaman sama printer Canon, jadi gitu deh. Tu printer udah gw jungkir balikin, tetep aja gak bisa. Lalu dengan segenap kepandaian, kecerdasan dan ketangkasan, akhirnya tinta itu nyantol juga di tempatnya. Ah.
Lalu gw jajal ngeprint dong. Sip, gw cari file yang gak banyak tulisannya, cukup buat jajal. Tapi kok, my God, kok tintanya antara ada dan tiada gini? Huhuhuhu.. kenapaaaa... Karena gw lagi cetingan sama Tika, lalu Tika memberikan ide brilian: bersihin aja dulu.
Tanpa pikir panjang, gw copot lagi tuh tinta. Dan setelah itu, durjana satu bersusulan dengan durjana yang lain. Lagi-lagi, gw kesulitan masang tinta-nya. Kemudian tiba-tiba engkolnya (itu tuh yang warna ijo) buyar berantakan. Gak, gak ada yang patah, tapi buyar aja. Ibarat lego, gw sumpah mati gak ngerti gimana ngerangkainya lagi supaya baik dan benar. Nah, lalu persoalan yang lebih misterius muncul. Ini agak sulit ya neranginnya.
Jadi tinta printer itu kan berjalan di atas sebuah rel gitu kan. Lalu, entah ada komponen apa itu menyembul dari balik dudukan tinta, menggelambir dan menyapaku dengan hangat. Dan entahlah dia itu sebenernya komponen apa. Ada fungsinya atau enggak, entahlah. Tapi dengan dia yang menggelambir itu (aih gw jadi ingin menyapa lemak-lemak pada perutku, haiii...), maka laju tinta itu jadi terhambat. Jadi dikit-dikit dia macet dan bergetar. Huhuhuhu, what have I done?
Karena sebab musabab itulah Mas Israr didatangkan. Gw jemput di Goodge Street Station setelah dia selesai shalat Jum'at. Trus kita naik 73 ke rumah gw. Dan mulailah Mas Israr pasang aksi ngebenerin printer. Di sela dengan berbagai cerita tentang Sudoku (ih, gw bentar lagi pasti ketagihan, ini mainan warga London banget neh, smua orang doyan Sudoku gini, semacam figjig-nya Intisari gitu deh), cerita tentang anak-istrinya, tentang teman-teman, dan banyak lain. Ah, tentu saja tema yang Mas Israr banget: Marx. Huhuhuhu..
Oke, lalu kita mencoba memecahkan masalah si komponen kecil yang menggelambir itu. Udah dijungkir balikin dengan berbagai cara, sampai akhirnya kita keluar dengan alternatif : gimana kalo ini diselotip aja, yang penting kan gak ngalingin jalan. Tapi trus kemudian gw yang penasaran. Gw ingin merasakan celah buat naro si komponen ini, karena Mas Israr udah menemukan celah itu. Tsah, gw langsung menyelipkan jari mungil gw itu dong (barang siapa yang tau rahasia jari-jari gw, diaaaaam!) dan voila... taraaaaa... tiba-tiba komponen kecil ngehe bajingan itu tiba-tiba udah terpasang manis di tempatnya.
Aaaaaahhhhh, unbelievable sodara-sodara! Udah dua jam kali gw nguprek itu gak bisa-bisa, trus bareng Mas Israr juga gak sukses, eh tiba-tiba kejadian ajah. Hiyaaaahhhh... cihuuuyyy...
Oke, lalu Mas Israr pun memecahkan masalah berikutnya, yaitu si engkol warna ijo itu dia rangkai lagi dengan pengetahuan lego yang lebih memadai. Tarrraaaa, akhirnya jadi juga.
Lalu saat yang dinanti-nantikan pun akhirnya tiba. Mari kita berdoa yang kenceng sama-sama... Kita tekan tombol power, aaaaahhhh tinta pun melaju tanpa halangan di atas rel-nya, seperti yang semestinya terjadi. Lalu gw cari lagi satu file untuk gw print, dan aaaaahhhhhh dia bekerja dengan baiiiiiikkkkk....
Terima kasih Tuhan! Uhuuuy, makasih ya Mas Israr. Atas jerih payahnya, di tas Mas Israr kini sudah ada satu kotak nastar lezat dan yummieh (tepatnya sih, terima kasih untuk Carrefour atas produk nastarnya yang enak, kekekekeke).
Ciiihuuuuuuyyyyy... kesampean juga punya printer!
Namanya Mas Israr. Jauh-jauh didatangkan dari East Finchley dengan satu tugas mulia: ngebenerin printer. Dan lihatlah senyum di wajahnya, plus jempol di sebelah printer, pertanda Mas Israr telah memenuhi tugas mulia tersebut. Aaaahh... indahnya dunia!
Jadi nih ya, sejak pekan lalu, printer hibahan dari Djatu ini ngadat. Pertama, gw mau masang tinta, susahnya minta ampyun. Sumpeh dah, gw gak pengalaman sama printer Canon, jadi gitu deh. Tu printer udah gw jungkir balikin, tetep aja gak bisa. Lalu dengan segenap kepandaian, kecerdasan dan ketangkasan, akhirnya tinta itu nyantol juga di tempatnya. Ah.
Lalu gw jajal ngeprint dong. Sip, gw cari file yang gak banyak tulisannya, cukup buat jajal. Tapi kok, my God, kok tintanya antara ada dan tiada gini? Huhuhuhu.. kenapaaaa... Karena gw lagi cetingan sama Tika, lalu Tika memberikan ide brilian: bersihin aja dulu.
Tanpa pikir panjang, gw copot lagi tuh tinta. Dan setelah itu, durjana satu bersusulan dengan durjana yang lain. Lagi-lagi, gw kesulitan masang tinta-nya. Kemudian tiba-tiba engkolnya (itu tuh yang warna ijo) buyar berantakan. Gak, gak ada yang patah, tapi buyar aja. Ibarat lego, gw sumpah mati gak ngerti gimana ngerangkainya lagi supaya baik dan benar. Nah, lalu persoalan yang lebih misterius muncul. Ini agak sulit ya neranginnya.
Jadi tinta printer itu kan berjalan di atas sebuah rel gitu kan. Lalu, entah ada komponen apa itu menyembul dari balik dudukan tinta, menggelambir dan menyapaku dengan hangat. Dan entahlah dia itu sebenernya komponen apa. Ada fungsinya atau enggak, entahlah. Tapi dengan dia yang menggelambir itu (aih gw jadi ingin menyapa lemak-lemak pada perutku, haiii...), maka laju tinta itu jadi terhambat. Jadi dikit-dikit dia macet dan bergetar. Huhuhuhu, what have I done?
Karena sebab musabab itulah Mas Israr didatangkan. Gw jemput di Goodge Street Station setelah dia selesai shalat Jum'at. Trus kita naik 73 ke rumah gw. Dan mulailah Mas Israr pasang aksi ngebenerin printer. Di sela dengan berbagai cerita tentang Sudoku (ih, gw bentar lagi pasti ketagihan, ini mainan warga London banget neh, smua orang doyan Sudoku gini, semacam figjig-nya Intisari gitu deh), cerita tentang anak-istrinya, tentang teman-teman, dan banyak lain. Ah, tentu saja tema yang Mas Israr banget: Marx. Huhuhuhu..
Oke, lalu kita mencoba memecahkan masalah si komponen kecil yang menggelambir itu. Udah dijungkir balikin dengan berbagai cara, sampai akhirnya kita keluar dengan alternatif : gimana kalo ini diselotip aja, yang penting kan gak ngalingin jalan. Tapi trus kemudian gw yang penasaran. Gw ingin merasakan celah buat naro si komponen ini, karena Mas Israr udah menemukan celah itu. Tsah, gw langsung menyelipkan jari mungil gw itu dong (barang siapa yang tau rahasia jari-jari gw, diaaaaam!) dan voila... taraaaaa... tiba-tiba komponen kecil ngehe bajingan itu tiba-tiba udah terpasang manis di tempatnya.
Aaaaaahhhhh, unbelievable sodara-sodara! Udah dua jam kali gw nguprek itu gak bisa-bisa, trus bareng Mas Israr juga gak sukses, eh tiba-tiba kejadian ajah. Hiyaaaahhhh... cihuuuyyy...
Oke, lalu Mas Israr pun memecahkan masalah berikutnya, yaitu si engkol warna ijo itu dia rangkai lagi dengan pengetahuan lego yang lebih memadai. Tarrraaaa, akhirnya jadi juga.
Lalu saat yang dinanti-nantikan pun akhirnya tiba. Mari kita berdoa yang kenceng sama-sama... Kita tekan tombol power, aaaaahhhh tinta pun melaju tanpa halangan di atas rel-nya, seperti yang semestinya terjadi. Lalu gw cari lagi satu file untuk gw print, dan aaaaahhhhhh dia bekerja dengan baiiiiiikkkkk....
Terima kasih Tuhan! Uhuuuy, makasih ya Mas Israr. Atas jerih payahnya, di tas Mas Israr kini sudah ada satu kotak nastar lezat dan yummieh (tepatnya sih, terima kasih untuk Carrefour atas produk nastarnya yang enak, kekekekeke).
Ciiihuuuuuuyyyyy... kesampean juga punya printer!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home